Siska hanya mengangguk saja mendengarkan penuturan dari kakeknya yang memintanya untuk menggantikan Papanya di perusahaan sebagai seorang CEO.
" Tapi saat ini Siska sedang mempersiapkan diri untuk menghadapi ujian nasional. Bagaimana mungkin Siska bisa menjadi CEO sebuah perusahaan Kek?" tanya Siska.
" Kamu jangan khawatir Siska. Paman Adrian pasti akan menolongmu!" ucap pamannya Siska yang masih single yang bernama Adrian yang merupakan adik bontot dari sang ayah. Wajah Adrian yang sangat tampan membuat Siska menjadi kehilangan fokus.
visualisasi Adrian Prayoga
" Paman Adrian! Daripada Paman sibuk mengurusku untuk bersiap menjadi CEO di perusahaan Papa, lebih baik Paman bersiap untuk mencari calon istri saja daripada Paman menjadi jomblo Abadi!" ucap Siska sambil menatap pamannya yang sangat tampan itu.
" Siska! Berhentilah bersikap main-main. Perusahaan kedua orang tuamu bukanlah lelucon. Ada banyak karyawan yang sedang mempertaruhkan kehidupan keluarganya dan berjuang untuk masa depan anak mereka. kita harus berusaha untuk menyelamatkan perusahaan agar tidak sampai bangkrut. Kedua pamanmu mendapatkan tugas dari kakek untuk mengembalikan kejayaan perusahaan ayahmu. Perusahaan kakek di Bandung nanti akan memberikan dana segar untuk perusahaan ayahmu. Agar bisa bangkit lagi dan itu akan menjadi tugasmu dan juga kedua pamannya untuk kembali membuat perusahaan itu kembali stabil seperti sebelumnya." ucap kakek Andi kepada Siska.
Melihat keseriusan Kakek Andi, membuat Siska mau tidak mau ikut berpikir keras. Bagaimana caranya untuk mengembalikan pamor perusahaan ayahnya sebagai raja investasi di Jakarta.
" Paman Steven! Kenapa diam saja dari tadi?" tanya Siska sambil melirik ke arah pamannya yang sudah memiliki seorang tunangan.
visualisasi Steven Prayoga
Steven yang tiba-tiba ditanya oleh Siska, akhirnya mengangkat wajahnya dan tersenyum kepada keponakan cantiknya.
" Paman akan mengikuti semua pengaturan yang diberikan oleh kakekmu!" ucap Steven padat dan jelas.
Siska memutar bola matanya dengan malas mendengarkan jawaban dari sang paman tampannya.
" Oh, ayolah pamanku yang tampan! Apakah paman bisa memberikan jawaban yang lebih bermutu?" ucap Siska kepada Steven yang hanya bisa meringis kepadanya.
" Paman males berpikir keras Siska. Pokoknya Paman hanya akan bekerja sesuai arahan dari Adrian dan juga Kakekmu!" ucap Steven.
Steven kemudian sibuk lagi dengan ponselnya dan tidak memperdulikan perundingan yang dilakukan oleh keluarga besarnya saat ini.
" Bagaimana kalau kita melakukan pernikahan bisnis untuk Siska?" tiba-tiba saja nenek Aurel mengangkat isu sensitif bagi Siska.
" Ya ampun nenek! Nenek tidak usah berbuat aneh-aneh ya! Siska ini lulus SMA saja belum, masa disuruh untuk menikah sih?" ucap Siska sambil mengerucutkan bibirnya protes dengan pendapat sang nenek tercinta.
" Nenek kan hanya memberikan pendapat saja sayang. Kau tidak usah berlebihan begitu Siska!" ucap nenek Aurel sambil tersenyum kepada cucunya yang sudah misuh-misuh.
" Kedua Pamanku yang tampan saja belum menikah. Masa iya sih? Aku sebagai keponakannya malah menikah duluan? Ya ampun! Itu kan sangat tidak etis nenek!" ucap Siska sambil melirik kepada Adrian dan Steven yang langsung melotot kepadanya.
" Kami berdua itu tidak mempunyai tanggung jawab untuk menjadi CEO di perusahaan almarhum ayahmu! Jadi kami berdua tidak mempunyai kewajiban untuk melakukan pernikahan bisnis!" ucap Adrian langsung melakukan sanggahan terhadap ucapan Siska mengenai pernikahan bisnis yang hendak diatur oleh ibunya.
" Pokoknya Siska tidak mau! Siska masih ingin menjalani kehidupan sebagai seorang single bahagia!" ucap Siska sambil melipat kedua tangannya di depan dada dan menatap tajam kepada neneknya.
" Sudah! Kalian tidak usah meributkan sesuatu yang belum terjadi. Masalah pernikahan bisnis itu, akan Kakek pikirkan lagi nanti. Kalau sekiranya ada calon yang baik, tidak apa-apa kalau kita melakukannya!" ucap kakek Andi tapi tersenyum kepada Siska yang langsung cemberut kepadanya.
" Nenek saja yang menikah! Siska tidak mau!" ucap Siska sambil pergi meninggalkan ruang tamu yang sekarang sedang digunakan untuk berunding oleh keluarga besarnya.
" Seenaknya saja mengatur pernikahanku. Aku pacaran saja belum pernah. Masa iya sih, aku langsung menjadi istri seseorang yang bahkan aku tidak kenal?" ucap Siska sambil berjalan menuju kamarnya.
Siska melihat pertemuan itu dibubarkan oleh kakeknya. Kemudian mereka semua mulai bersiap untuk melakukan tahlilan nanti malam dan memberikan doa terbaik untuk kedua orang tuanya yang sudah meninggal.
Di dalam kamar Siska tampak memainkan ponselnya dan memeriksa pesan-pesan yang diterima olehnya sehari sebelumnya.
Mata Siska terbelalak ketika dia melihat Pesan Terakhir dari ayahnya.
" Maafkan kami Siska. Kalau kami sebagai orang tuamu tidak bisa memberikan yang terbaik untukmu. Siska kami sangat berharap kalau kamu bisa menikah dengan Farel Handoyo dan berusahalah untuk menyelamatkan perusahaan keluarga kita dari kehancuran!" Makasih kamu boleh sempurna mendapatkan pesan terakhir dari ayahnya.
Siska melihat jam yang tertera di dalam pesan sang ayah.
" Itu artinya Papaku mengirimkan pesan ini sebelum dia mengalami kecelakaan!" ucap Siska sambil memijit pelipisnya yang tiba-tiba terasa pusing sekali.
" Ya Allah! Apa yang harus kulakukan sekarang? Kenapa Papa harus meninggalkan surat wasiat seperti ini?" tanya Siska kepada dirinya sendiri yang sudah mulai pening kepalanya.
" Siapakah laki-laki yang bernama Farel Handoyo ini? Kenapa bisa Papaku sampai menginginkan aku untuk menikah dengannya untuk wasiat terakhirnya?" tanya Siska merasa penasaran.
Siska kemudian mengambil ponselnya lagi dan mengetikkan nama Farel Handoyo di google-nya.
" Ya ampun ternyata dia adalah laki-laki yang cukup terkenal di dunia bisnis. Kenapa bisa Papaku sampai menginginkan aku menikah dengan laki-laki ini?" Siska benar-benar penasaran dan sangat heran dengan wasiat dari ayahnya yang menurutnya tidak masuk akal sama sekali.
" Lulus SMA saja belum. Bagaimana mungkin aku bisa menikah dengan laki-laki seusia dia? Apakah Papa tidak memikirkan masa depan putrinya sendiri? Sungguh egois!" karena kesal suka kemudian melemparkan ponselnya ke sembarangan arah dan dia pun memilih untuk tidur untuk mengistirahatkan otaknya yang terasa hampir meledak gara-gara wasiat terakhir yang diberikan oleh ayahnya untuk dirinya.
visualisasi Farel Handoyo
Sementara itu di kediaman Handoyo tampak seorang laki-laki tampan sedang melihat tabletnya.
" Tuan saya mendapat kabar dari sekretaris Pak Hendri Prayoga, bahwa atasannya hari ini meninggal!" ucap Oskar asisten dari Farel.
" Meninggal karena apa?" tanya Farel tanpa melihat kepada Oskar yang sedang melaporkan sesuatu kepadanya.
" Kecelakaan mobil saat mereka melakukan perjalanan ke Bandung untuk menengok kedua orang tuanya!" ucap Oskar dengan wajah sedih.
" Apakah mereka sudah dimakamkan?" tanya Farel sambil mengangkat wajahnya dan menatap Oskar.
" Sudah dimakamkan tadi siang Tuan!" ucap Oskar tanpa melihat kepada Farel.
" Dasar asisten bodoh! Kenapa kau baru memberitahukannya padaku, huh? Aku jadi tidak menghadiri pemakamannya, gara-gara kebodohan kamu itu!" ucap Farel dengan amarahnya yang membuncah di dadanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 255 Episodes
Comments