Siska mendengarkan semua cerita pembantunya dengan pikiran yang terus melayang ketika kedua orang tuanya meminta izin kepadanya untuk pergi ke Bandung.
Flash back on
Pagi itu Siska hendak berangkat ke sekolah. Kedua orang tuanya tampak sudah bersiap dengan membawa koper sedang dan bersiap untuk meninggalkan kediaman mereka.
" Ya ampun Siska! Kamu mau pergi ke sekolah kok menggunakan pakaian seperti itu sih? Benar-benar tidak layak dan tidak sopan! Kenapa kau menggunakan rok di atas lutut mu?" pagi itu ibunya Siska sudah mengomel melihat putrinya yang berpenampilan urakan dan membuatnya merasa pusing kepala.
" Ya ampun Mama ini benar-benar ketinggalan zaman. Model seragam seperti ini kan sekarang saya lagi ngetren mah di kalangan anak muda!" ucap Siska sekenanya. Sehingga membuat ibunya merasa jengkel dan langsung mengeplak punggungnya dengan gemas.
" Kamu itu seorang perempuan Siska. Tolong kau jagalah penampilanmu. Jangan membuat malu kedua orang tuamu! Penampilanmu itu terlalu urakan dan sangat tidak enak untuk dilihat! Kau tahu yang namanya tidak sopan? Itulah Penampilanmu saat ini! Pergi sana ke kamarmu ganti pakaianmu." ucap Hendri Prayoga kepada putrinya yang seakan acuh dengan apa yang dia katakan.
" Sudahlah Pah. Papa dan Mama kan mau pergi ke rumah kakek dan nenek ya kan? Udah sana pergi. Nanti kalau sudah siang kalian akan terjebak macet loh!" ucap Siska sambil tetap mengunyah makanannya dengan begitu santai.
" Sudahlah Pah! Biarkan saja anak gadis kita, maunya apa. Ayo kita segera berangkat saja ke Bandung. Kalau sudah siang nanti pasti akan semakin ramai jalanan, dan macet total." ucap ibunya Siska sambil menatap tajam kepada putrinya yang malah meringis.
" Memang mama paling the best!" ucap Siska sambil mengacungkan dua jempolnya kepada ibunya yang menghadiahkan dia pukulan telak di kepalanya.
" Dasar gadis urakan! Kau malah merasa bangga, tidak diperdulikan oleh kedua orang tuamu. Bagaimana hidupmu nanti kalau kami berdua tiba-tiba meninggal dunia, huh? Nanti siapa yang akan menegurmu, kalau kamu melakukan kesalahan?" ucap ibunya Siska dengan menatap tajam putrinya yang malah tersenyum tanpa dosa.
" Tidak mungkinlah Mah! Biasanya kan kalau orang yang nakal sama putrinya itu umurnya akan panjang. Karena diberikan waktu oleh Tuhan untuk bertobat!" ucap Siska sambil tersenyum ke arah ibunya yang malah melotot tajam kepadanya.
" Dasar anak kurang ajar! Kau mengatakan Kalau kami ini orang tua yang nakal kepada anaknya?" ucap ibunya Siska sambil berkacak pinggang di hadapan putrinya yang langsung pergi melarikan diri dari hadapannya.
" Ya ampun Pah! Putrimu setiap hari semakin membuat kepala pusing. Sangat sulit sekali untuk mengatur dia!" ucap ibunya Siska merasa frustasi melihat kelakuan putrinya yang sangat urakan dan selalu bersikap semaunya sendiri.
" Sudahlah Mah. Biarkan saja Siska mau melakukan apa. Mumpung dia masih muda. Sudahlah! Ayo kita segera berangkat saja ke Bandung. Kepala Papa pusing rasanya kalau melihat kelakuan Putri kita!" Hendri Prayoga sambil bangkit dari duduknya dan langsung mengambil koper mereka berdua kemudian memasukkannya ke dalam mobil.
" Mang Ujang. Tolong selalu antar jemput Siska ke sekolahannya. Jangan lupa untuk menjemput dia telat waktu ya? Kami berdua berangkat sekarang juga ke Bandung." pesan Hendri Prayoga kepada Mang Ujang sopir pribadinya.
" Tuhan tidak menggunakan jasa saya untuk perjalanan ke Bandung?" tanya Mang Ujang dengan pertanyaan polosnya.
" Kalau nanti Mang Ujang ikut kami. Kasihan Siska tidak ada yang ngantar jemput dia ke sekolahan. Biarlah saya nanti bergantian dengan istri saya kalau nanti kelelahan untuk menyetir!" ucap Hendri Prayoga kepada sopirnya.
" Mang Ujang! Cepatlah kita berangkat ke sekolah nanti aku bisa terlambat!" ucap Siska.
" Salaman dulu sama kedua orang tuamu. Nanti kalau tidak bertemu dengan kami lagi, kau baru menyesal!" ucap ibunya Siska sambil mendekati putrinya yang sedang meringis ke arahnya.
" Habisnya Mama selalu seperti singa betina yang selalu marah-marah padaku. Aku kan jadi takut untuk mendekati mama!" ucap Siska sambil tersenyum kepada ibunya.
" Mama itu selalu cerewet kepadamu, demi kebaikanmu Siska. Bukan karena Mama atau Papa membencimu. kami berharap kau bisa menjadi seorang gadis yang dewasa dan juga bisa bertanggung jawab dengan hidupmu, sayang. Sehingga kalau tiba-tiba kami berdua pergi meninggalkanmu kami bisa tenang!" ucap ibunya Siska sambil mengelus pucuk rambut putrinya yang sangat dia sayangi.
" Apaan sih Mama? Dari tadi ngomongnya kayak gitu terus. Siska yakin kalau mama dan papa pasti akan berumur panjang! Ya udah Siska pergi ke sekolahan dulu ya? Mama dan Papa hati-hati di jalan. Kalau sudah sampai Bandung Jangan lupa menghubungi Siska!" ucap Siska sambil mencium pipi Ibunya dan mencium telapak tangan kedua orang tuanya sebelum dia pergi menuju ke sekolahannya dengan diantarkan oleh Mang Ujang.
Flash back off
Seketika air mata Siska mengalir deras di kelopak matanya ketika dia kembali mengingat pagi itu sebelum kedua orang tuanya pergi ke Bandung.
Siska baru mengingat semuanya. Karena ternyata, sebelum kedua orang tuanya pergi ke Bandung, mereka berdua ternyata telah memberikan banyak sinyal dan pesan bahwa mereka akan pergi meninggalkannya untuk selamanya.
" Mamah dan papa semoga kalian tenang di alam sana. Siska berjanji akan berusaha untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi dan berusaha untuk menjadikan kalian bangga kepadaku. Tenanglah kalian di alam sana. Aku pasti akan baik-baik saja di sini dan selalu mendoakan kalian berdua!" ucap Siska dengan air mata yang terus mengalir di pipinya. Walaupun dia sudah berusaha untuk menguatkan hatinya. Tetapi dia tidak mampu untuk melakukannya.
" Kami sedang menunggu tuan Besar dan nyonya besar dari Bandung. Sebelum melakukan pemakaman Tuan dan Nyonya. Non Siska sebaiknya istirahat dulu ya Bibi akan menyiapkan makanan untuk non Siska!" ucap Bibi Meri sambil memapah Siska untuk duduk di ruang tamu.
" Tidak apa-apa Bi. Saya ingin duduk di sini bersama dengan Papa dan Mamaku. Siska ingin menemani mereka untuk yang terakhir kalinya!" ucap Siska sambil menghapus air matanya yang terus mengalir di pipinya.
" Ya sudah non Bibi akan mengambilkan makanan untuk Non Siska dulu. Bibi permisi dulu ya?" Siska hanya menganggukkan kepalanya kemudian matanya menatap jenazah kedua orang tuanya yang masih menunggu kakek dan neneknya dari Bandung untuk datang ke kediaman mereka.
Setelah dzuhur nampak ada dua orang tua yang sudah sepuh, dengan tergopoh-gopoh masuk kediaman Siska.
" Siska di mana kedua orang tuamu?" tanya neneknya Siska sambil memeluk cucunya yang masih sembab matanya karena kebanyakan menangis sejak tadi pagi.
" Mama dan Papa sudah dimandikan sekarang sedang dikafani oleh ibu-ibu majelis taklim dan bapak-bapak pengajian!" ucap Siska menjawab pertanyaan neneknya yang tampak lemas dan sedih mendengarkan kabar putranya meninggal secara tiba-tiba setelah pulang menjenguk mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 255 Episodes
Comments