Kelakuan Clara

Suasana pagi hari ini tidak begitu dingin, tapi mampu membuat Senja yang sedang tidur terbangun karena kewajibannya saat ini. 'Lupakan kejadian kemarin, Senja. Jangan di ingat-ingat kembali.' Batin Senja seraya tersenyum kecil sebelum ia bangun dari ranjangnya berniat untuk membersihkan diri.

Setelah selesai, Senja segera turun ke bawah untuk membuatkan sarapan seperti biasa. Senja sama sekali tidak seperti kemarin, ia selalu ceria dan juga semangat tetapi kini tidak, sirna begitu saja tanpa ada rasa yang selalu ia dapatkan kala memasakkan sarapan untuk Dapa.

Kini Senja yang sudah selesai, menata hidangan sarapan untuk Dapa. Ia tata dengan rapih supaya enak untuk di pandang, karena terlalu fokus dirinya tak menyadari jika Dapa sudah berada di ruang makan.

"Jangan melamun!." Tegur Dapa yang langsung membuat Senja segera sadar dari lamunannya. "Tidak, aku tidak melamun." Sangkal Senja yang sebenarnya itu lah yang terjadi, entah apa yang ia lamunkan tadi.

"Mulut bisa berbohong, tapi sorot mata itu tidak akan bisa." Ucap Dapa yang kini menatap Senja tepat di kedua bola matanya, mata mereka saling bertemu dan bersitatap sekarang.

Senja dia sejenak sebelum memutuskan kontak mata dengan Dapa, jantungnya berdetak tak karuan. "Untuk apa mempermasalahkan hal seperti ini, sekarang sarapan! Nanti kau akan terlambat." Entah mengapa Dapa tidak suka dengan gaya bahasa Senja hari ini, ia seperti menggunakan bahasa yang sedikit baku, tidak seperti biasanya.

"Ada apa denganmu?." Tanya Dapa yang kini menatap Senja sangat lekat, ia ingin mencari sesuatu yang janggal dari diri Senja hari ini, ia hanya ingin memastikannya. "Tidak ada, sekarang kita sarapan!." Ucap Senja yang kini berniat menghindari kontak mata bersama Dapa, dengan cara mendudukkan dirinya di kursi tempat biasanya.

Belum genap Senja mendudukkan tubuhnya di kursi, sebuah tangan sudah menarik Senja masuk ke dalam kungkungannya. "Saya ingin mencari hal yang berbeda dari mu!." Ucap Dapa tegas yang kini posisi mereka adalah Dapa yang mendekap Senja dengan sorot mata yang tak pernah lepas dari mata Senja.

Senja diam sejenak, untuk saat ini ia ingin membiarkan posisinya seperti ini. Bohong jika posisi yang seperti ini adalah posisi yang ia nantikan sedari kemarin, tapi ada rasa sakit yang tiba-tiba muncul di benaknya dan juga hati. 'Saya masih mencintai Anjani sepenuh hati saya.' Kata-kata Dapa yang tadi malam di lontarkan seketika membuat Senja mendorong pelan Dapa yang tadinya sedang fokus menatap manik matanya.

"Kau harus segera berangkat, jadi cepatlah sarapan!." Ucap Senja yang kemudian berlalu menuju dapur untuk membuat secangkir kopi yang akan di berikan kepada Dapa, meskipun kemarin Dapa menolak, ia tidak akan pernah bosan menyediakannya.

Kini di ruang makan hanya tersisa Dapa seorang, ia termenung sejenak sebelum duduk di kursi biasanya. 'Sorot mata itu, seperti sorot mata Anjani. Ada apa ini?.' Batin Dapa yang kini termenung, ia sama sekali belum menyentuh makanannya sama sekali, sorot mata yang Senja miliki persis seperti sorot mata Anjani, mengapa ia baru menyadari sekarang?.

Tak lama, Senja datang dengan secangkir kopi di tangannya. Suasana nya sangat canggung karena peristiwa tadi, mereka tidak sama sekali berbicara. Hanya saling menikmati sarapannya di temani pikirannya masing-masing yang entah kemana.

-

Tak terasa waktu sudah siang sudah tiba, Senja kini berniat untuk membawa makan siang ke kantor Dapa sebagai ucapan permintaan maaf nya tadi pagi.

Senja tersenyum kecil, ia sudah hias menu makan siang hari ini dengan sekian rupa supaya terlihat cantik. Entah mengapa ia sangat ingin mendatangi kantor Dapa untuk siang ini, ia benar-benar menginginkannya.

"Sudah siap!." Ucap Senja yang kini tersenyum manis melihat hasil kreasinya. Setelah selesai menyiapkan semuanya, Senja dengan cepat naik ke atas untuk membawa tas beserta isinya.

"Bi!." Panggil Senja nyaring, setidaknya ia izin terlebih dahulu kepada kepala pembantu supaya tidak ada yang mencarinya saat ia tidak ada.

"Ada apa, Non?." Tanya Bi inem yang kini sudah berada di hadapannya sembari menunduk hormat. "Saya mau pergi, Bi. Tolong jaga rumah ya, jangan beri tahu jika Mas Dapa bertanya." Ucap Senja yang langsung di beri anggukkan cepat, ia sempat mengerutkan dahinya kala Senja mengucapkan kata 'Mas Dapa.

Perlu kalian tahu! Bahwa tidak ada yang mengetahui pernikahan Dapa dan Senja. Yang mengetahui hanya keluarga Senja dan juga Dapa, pernikahan mereka hanya di laksanakan saat di rumah sakit saja bukan?. Bahkan Dapa sampai sekarang tidak berniat memberi tahu kepada semua nya bahwa Senja kini sudah resmi menjadi Istrinya.

"Yaudah, kalau begitu saya pergi dulu." Ucap Senja sembari membawa Tupperware yang berisi makan siang untuk Dapa, rasanya ia tak sabar melihat ekspresi terkejutnya Dapa.

Senja memang sengaja tidak memberitahu Dapa mengenai dirinya yang akan pergi ke kantor, ia ingin memberi kejutan dengan kehadirannya. Dan perlu kalian tahu! Bahwa Senja baru kali pertama ini datang ke kantor Dapa.

Senja kini segera menuju ke kantor Dapa menggunakan mobil pribadi yang memang di sediakan oleh Dapa jika ada yang membutuhkan seperti ini. 'Semoga Mas Dapa suka.' Batin Senja tersenyum manis sembari menatap makan siang yang ia buat.

***

Kini Dapa sedang berkutik dengan berkas-berkas nya yang begitu menumpuk. Inilah kesehariannya bekerja, jika ada proyek yang harus ia handle sendiri, ia akan pergi di temani beberapa orang kepercayaannya.

Dapa menatap jam tangannya yang kini sudah menunjukkan pukul makan siang, ia memang sering memesan beberapa makanan secara Go-Food tanpa ingin meninggalkan kursi kebesarannya.

TOK! TOK!

Suara ketukan pintu mampu membuat fokus Dapa seketika terhenti, ia menoleh sebentar sebelum kembali berkutat dengan berkas-berkasnya.

"Masuk!." Ucap Dapa yang kini masih fokus, Dapa memang sosok yang gila akan pekerjaan, menurutnya waktu itu berharga yang bisa mengasilkan uang.

Pintu terbuka, memperlihatkan sosok cantik yang kini berjalan menghadap Dapa. Terlihat jelas parasnya yang begitu mulus, mungkin jika orang lain melihat akan langsung jatuh cinta kepada nya langsung, kecuali Dapa. Ia tidak akan semudah itu, Camkann!.

"Maaf Pak mengganggu waktu makan siangnya, saya hanya ingin meminta tanda tangan Bapak yang penting untuk berkas yang saya bawa." Ucap nya yang pasti tak jauh adalah Clara, Sekretarisnya.

Dapa menoleh sebentar sebelum kembali berkutat dengan aktivitas sebelumnya, "taruh saja di situ, saya nanti tanda tangani." Ucap Dapa tanpa menoleh, ia benar-benar tak tertarik dengan orang di hadapannya.

"Maaf Pak, berkas ini harus di tanda tangani saat ini juga." Ucap Clara kembali, ini adalah kesempatan emas untuk dirinya berdekatan dengan sang atasannya yang terkenal kejam itu.

Dapa hanya menghela nafasnya pelan, ia kini menatap Clara langsung. Senyuman manis yang di berikan oleh Clara membuat Dapa bergidik ngeri, entah mengapa ia sangat tidak suka dengan Sekretaris barunya ini. Ia bisa saja memecatnya, tapi dirinya memikirkan Sekretaris yang akan membantunya jika ada kesusahan, karena mencari Seretaris untuknya tidak mudah.

"Mana berkas yang harus saya tanda tangani?." Tanya Dapa yang masih memasang wajah datar, ia ingin Sekretarisnya segera pergi dari sini.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!