Sesuai dengan perkataan Anjani, ia kembali bersama dengan sang suami, Dapa Mereka sudah berbicara serius mengenai mengadopsi anak yang di inginkan oleh Anjani.
"Bagaimana dengan keputusannya, ibu Ayu?." Tanya Anjani, ia sudah tidak sabar untuk mengetahui hasilnya. Bahkan sedari kemarin, Anjani selalu memikirkan seorang gadis yang akan menjadi anaknya itu.
"Syukur, alhamdulillah, Bu. Pihak dari kami menyetujui pengadopsian Senja kepada pihak Ibu, saya sangat bersyukur jika hal ini terjadi." Ucap Ibu Ayu dengan senyuman manisnya, meski berat untuk melepaskan anak asuhnya yang sudah ia rawat sedari kecil.
"Mas, kita dapat adopsi Senja. Aku senang banget." Dapa bisa melihat wajah berbinar sang istri, bahkan ia tahu bahwa sang istri memang sudah menginginkannya sedari kemarin.
Dapa teringat dengan pembicaraan yang di obrolkan dengan sang Istri kemarin, bahkan tak mampu ia berkata setelah sang Istri menjelaskan semuanya. 'Saya bahagia bisa melihat kamu senang, Anjani. Saya berharap seterusnya akan selalu seperti ini setelah datang nya anak yang kita adopsi.'
Anjani sudah tak sabar menunggu kedatangan Senja yang saat ini sedang bersiap-siap, ia tak sabar ingin menyambut anak nya. 'Aku merasa, ia bukan seperti anakku. Melainkan seperti adik untuk ku, bahagia serta rasa haru ini tidak bisa aku kendalikan.'
Tak lama, Senja datang sembari membawa barang-barangnya yang sudah siap di dalam tasnya. Jantungnya berdetak lebih cepat, bahkan ia tidak bisa mengendalikan kegugupannya. Rasa bahagia sekaligus sedih menyeruak di dalam hatinya, rasanya ia ingin menangis karena hal ini. 'Kuat Senja, setiap hal baru pasti akan terasa berat tapi seiring berjalannya waktu akan terbiasa.'
"Senja, jaga diri kamu baik-baik. Ibu sudah tidak bisa menjaga kamu seperti dulu lagi, ibu berharap kamu bisa menjadi anak yang baik dan penurut untuk keluarga baru kamu, ingatlah! Ibu akan selalu menjadi rumah untuk mu jika sesuatu terjadi, pulanglah kesini jika terjadi sesuatu." Kata-kata yang di katakan oleh Ibu Ayu, mampu membuat hati Senja merasa hangat, secara ia masih mempunyai tempat di kala sesuatu yang tak terduga terjadi.
"Bu, terima kasih. Terima kasih karena sudah menjaga serta merawat Senja sampai sebesar ini, bahkan Senja merasa berhutang banyak budi kepada ibu. Senja sangat menyayangi, Ibu." Hanya sebuah perkataan yang mampu menggambarkan hati Senja saat ini, serta sebuah pelukan hangat yang ia dapat dari Ibu Ayu, ibu Pantinya.
Kini Senja sudah siap meninggalkan Panti Asuhan yang menjadi rumah pertama bagi dirinya, banyak sekali kenangan yang terjadi selama ia berada di sana. Dan sekarang, ia harus meninggalkannya karena seorang pasangan suami istri yang mengadopsi nya. 'Selamat tinggal, semua!.'
Mobil yang di kendarai Dapa melaju, meninggalkan panti asuhan dengan sejuta kenangan di dalam benak anak adopsinya. Bahkan ia masih terasa mimpi jika saat ini dirinya mempunyai anak, terbilang sudah dewasa karena usianya menginjak 21 Tahun yang terasa sudah bukan menjadi anak-anak.
Di dalam mobil, Senja hanya menatap jendela tanpa ingin memulai pembicaraan terlebih dahulu. Ia terlalu canggung dan malu, bahkan menatap kedua orang tua nya yang notabane nya keluarga barunya saja itu terasa berat dan takut.
"Hallo Senja, jangan merasa takut seperti itu. Kami tidak akan memakan mu." Ucap Anjani sembari terkekeh kecil, sedangkan Senja yang mendengar itu tersenyum manis.
Sosok wanita yang menjadi ibu bagi dirinya begitu sangat lembut serta penuh kasih sayang, bahkan dirinya begitu mendengar suara manis nan lembut yang di keluarkan oleh ibu sambungnya. Wajahnya yang begitu masih terlihat muda dan juga sikapnya yang begitu membuat Senja berdecak kagum dengan kelembutan dan kehalusannya. 'Aku harus bisa menjadi anak yang baik, aku tidak ingin mengecewakan keluarga baru ku. Aku berharap, setiap kebahagiaan selalu menghampiri kami.'
Dapa hanya mendengar setiap interaksi keduanya, sepertinya bukan keduanya tapi hanya Anjani saja. Disini, ia memang merasa paling banyak berbicara dan juga paling banyak tersenyum. 'Saya senang kamu bisa sebahagia ini, Jani.
Tanpa sengaja, sorot mata Senja dan juga Dapa bertemu di kaca depan pengemudi. Senja yang sudah menyadari itu, dengan cepat memutuskannya. Ia masih terasa canggung dan juga enggan untuk berbicara kepada 'Daddy' baru bagi Senja yang masih terasa asing saat ini. 'Tatapannya, tajam banget. Semoga, dia gak makan aku deh.'
Setiap di perjalanan, Anjani tidak membuang waktunya dengan sia-sia. Ia bercerita mengenai dirinya dan juga Dapa, ia berharap Senja akan terbiasa dengan segala peraturan bahkan perubahan nama kepada dirinya dan juga Dapa. 'Ja dia sama seperti kamu. Cantiknya, pemalunya dan juga yang paling penting adalah sorot matanya. Apakah dia pengganti kamu? Kemana kamu, Ja? Aku berharap kamu segera ada dan aku bisa memeluk mu dengan erat.
-
Suasana rumah yang baru bagi Senja, masi terasa belum nyaman. Ia berharap bisa membiasakannya karena sekarang, hari ini, detik ini, dia sudah pindah tempat tinggal. 'Gedek banget rumahnya,ctapi tetap aja aku gak bisa ketemu sama ibu.' Keluh Senja sembari menghembuskan nafasnya yang terasa begitu sesak.
"Kamu harus terbiasa ya, sayang. Mulai sekarang, kamu panggil aku, ibu, Mamah, Bunda, Mommy, itu terserah dan senyaman kamu. Dan kamu juga boleh panggil Suami aku, Ayah, Papah, Daddy, bebas." Senyuman Anjni mampu membuat Senja begitu tenang, rangkulan serta dekapan yang selalu di berikan oleh Ibu Ayu kini berpindah tugas menjadi Anjani, Mamah baru nya.
"I-iyya, Mommy." Senyum canggung yang Senja berikan mampu membuat Anjani terkekeh kecil, sepertinya rasa sayang yang Anjani berikan kepada Senja semakin bertambah dan tidak akan pernah pudar.
"Good, sayang. Sekarang kamu istirahat ya, kamar kamu ada di lantai 2, kamarnya di sebelah kiri. Mommy udah kasih nama di depan pintu kamu, kalau kamu butuh sesuatu, kamar Mommy ada di 2 kamar setelah kamu." Ucap Anjani yang di beri anggukkan oleh Senja, setelah izin, Senja bergegas naik ke lantai 2 untuk menyimpan barang-barang nya.
Setelah kepergian Senja. Anjani meraih ponselnya dan mengetikkan sebua nomer sebelum ia menekan tombol telfon. Ada sesuatu yang harus ia cari, sedari kemarin ia merasa amat penasaran dengan hal yang mengganjal di pikirannya.
"Halo, Bu. Selamat malam. Apa ada yang bisa saya bantu,Bu?." Tanya di sebrang sana, suara pria yang mungkin orang kepercayaan Anjani tanpa di ketahui sang Suami.
"Halo, saya mau minta bantuan kamu. Tolong kamu selidiki tentang .... . Jika sudah menemukannya, jangan lupa kabari saya langsung." Perintah Anjni kepada pria kepercayaannya, ia sudah memikirkannya secara matang.
Setelah panggillannya selesai, Anjani segera naik ke lantai atas menuju kamarnya. Senyum manisnya terbit kala melewati kamar Senja dan juga saat dirinya masuk ke dalam kamarnya, mendapati Suaminya yang saat ini sedang duduk di pinggir ranjang.
"Mas, kenapa? Apa sesuatu mengusik pikiran kamu?." Tanya Anjani yang kini duduk di sebelah sang Suami.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments