Kesedihan Senja

2 hari sudah kepergian Anjani di dalam hidup Senja, rasanya hampa dan juga sepi tanpa kehadiran sosok Mommy yang sangat berharga di mata Senja.

"Dia adalah sosok Mommy dan juga Kakak yang sangat berharga dan juga penting di dalam hidupku. Mom, apakah tidak kesepian di sana? Aku kesepian disini." Gumam Senja lirih, air matanya tak sengaja jatuh di pipi mulusnya, lagi.

Sudah berapa kali Senja menangis? Entahlah! Tidak terhitung selama dua hari ini. Matanya yang bengkak dan juga kantung panda di bawah matanya yang menandakan bahwa dirinya kurang jam tidur karena terlalu memikirkan Anjani.

"Mom, Daddy sudah salah paham. Apa yang harus aku lakukan? Dia sepertinya sangat membenciku dan juga sangat marah kepadaku." Gumam Senja yang kini bertanya kepada dirinya sendiri. Hanya ini lah yang Senja lakukan, mengurung dirinya di kamar dan menangisi Kakak sekaligus Mommy bagi dirinya.

"Aku ingin seperti dulu lagi, Mom. Apakah bisa? Mommy bisa kembali ke sini kan? Aku ingin memeluk Mommy." Ucap Senja kembali, tangisnya semakin kencang tak kala mengingat momen kebersamaan nya dengan Anjani dan juga Dapa.

"Kamu cantik, Kak." Ucap Senja lirih memandangi foto Anjani yang kini ia pegang erat, semakin membuat hatinya sakit. Tangis nya semakin tak bisa ia kontrol, apakah dirinya sanggup jika sewaktu-waktu sosok suami dari Kakaknya yang juga Daddy nya kini mencacinya dengan segala perkataannya?.

'Mengapa kau ambil dia dariku secepat ini? Aku baru merasakan kebahagiaan itu, dan kau merenggutnya. Apakah aku terlalu tidak berharga?.'

"Aku, kangen kamu, Kak." Ucap Senja setelah itu pergi ke suatu tempat yang akan membuat hatinya tenang. Dan ia berharap tidak akan ada yang mengganggu nya, tak terkecuali sosok yang selama dua hari ini ia hindari.

-

-

BRUKK!!

Seluruh barang yang ada di atas meja kerja Dapa kini berserakan di bawah. Rasa sakit dan hancur yang kini meliputi dirinya membuatnya tak bisa mengontrol raga dan jiwanya.

"Sayang, kenapa kau harus pergi secepat ini? Apakah kau sengaja ingin pergi terlebih dahulu dan meninggalkan aku bersama gadis tak berpendidikan itu?." Gumam Dapa lirih, jiwanya kini rapuh, sangat rapuh. Tak jauh beda dengan Senja, mereka sama-sama sakit.

Sakit yang mereka rasakan adalah sebuah rasa sakit yang terpendam, jauh di dalam lubuk hati mereka masing-masing. Mereka memendam dan menelan rasa sakit itu sendiri, tak ada yang merasakannya, hanya diri mereka sendiri...yang tahu bagaiman rasa sakit itu.

Dapa merasa kepergian sang Istri membawa separuh hati dan juga nyawanya, rasanya ia ingin menyusul nya kesana dan hidup bersama di penuhi kebahagiaan. Ia sudah tak berniat lagi hidup di dunia ini, tak ada orang yang ia cintai di sampingnya.

"ARGHHH." Teriak Dapa di ruangan kerjanya, beruntung ruangannya kedap suara yang alhasil tidak akan menimbulkan suara di luar sana.

'Aku ingin sekali memeluk mu meski hanya di mimpi, aku tidak ingin kehilangan mu, Sayang. Maafkan aku yang tidak bisa menjaga Senja, ia adalah penyebab semua ini terjadi.'

Dapa mengambil kunci mobilnya dan berlari keluar dari ruangannya, entah kemana ia akan pergi. Rasanya ia butuh tempat untuk meredam segala emosi dan juga kebenciannya.

***

"Haii Mom, gimana disana? Sepi kan? Makanya Mommy kembali ke sini ya, temani aku." Ucap Senja sembari tertawa hambar di hadapan makam Anjani.

Air matanya kini kembali jatuh, ia tidak bisa berhenti menangis selama rasa kebahagiaan itu belum hadir di dalam hidupnya. "Aku menangis Mom, apakah Mommy tidak ingin menghapus air mataku?." Tanya Senja sembari mengusap nisan yang bertuliskan nama Anjani di sana.

Sudah setengah hampir 20 menit dirinya berada di sini, ia sama sekali enggan untuk pergi. Apakah dirinnya bisa menginap disini? Ia ingin menemani sang Mommy yang takut sendiri di sana. "Apakah Mommy tidak ingin aku temani? Mommy di sana sendirian, aku juga sendirian,mengapa Mommy tidak ingin menemani aku juga?." Suara Senja hampir hilang karena terlalu banyak menangis, hati nya sangat sesak jika memikirkan ini kembali. Kapan ini akan berakhir? Apakah harus Senja mengakhirinya dengan hal g!la?.

Karena hari sudah hampir sore, Senja berniat untuk pulang. Meninggalkan rasa rindu dan juga rasa sayang di makan Anjani, beruntung tak ada yang mengetahui dirinya disini. Senja tidak memberitahu Arman dan juga Sinta karena tidak ingin mereka menemaninya, ia ingin sendiri disini.

"Mom, aku pulang ya! Jangan rindu sama aku, aku juga gakan rindu, tapi tidak janji. Aku sangat menyayangi Mommy, i love you Mom." Ucap Senja sebelum ia melangkah pergi dari sana, dirinya kemari di antar oleh supir yang sudah di tugaskan oleh sang Papah dan Mamahnya.

DEG!

Tidak, ini tidak mungkin. Senja mungkin salah lihat orang di depannya yang terkisar berjarak tak terlalu jauh yang saat ini juga sedang menatap dirinya. Ia mungkin sedang lelah dan berhalusinasi, Senja mencoba mengedipkan matanya berulang kali berharap orang yang berada di hadapannya bukan orang yang ia pikirkan.

Senja membuka matanya, jantungnya semakin berpacu lebih cepat dari yang tadi. "Daddy!." Gumam Senja pelan, ia masih tak menyangka akan bertemu dengannya di sini.

'Aku harus pergi, aku tidak ingin masalah baru.' Batin Senja, dengan menguatkan hati, ia berjalan kembali yang sebentar lagi melewati sosok yang sangat ia rindukan, sangat dan sangat.

"Punya keberanian apa kamu datang kemari?." Sspertinya pertanyaan itu terlontar untuk dirinya, Senja tak ingin mencari masalah di dalam masalah. Ia akan pergi, pergi tanpa menjawab pertanyaan itu.

Senja yang berniat kembali melangkah maju, tetapi sebuah tangan mencekal nya berharap dirinya berhenti. "Saya bertanya, apakah kau tuli, hah?." Senja merasa tercubit dengan pertanyaan ini, rasanya mimpi sang Daddy mengatakan seperti itu terhadap dirinya.

"Tolong lepaskan, Dad! Aku ingin pergi." Rasanya ia belum siap berdebat dengan Dapa, ia masih memiliki hal yang lebih penting dari pada ini, percayalah!.

Dapa tertawa sinis, ia semakin mencekal tangan Senja lebih erat membuat sang empu meringis sakit. 'Sebegitu bencinya Daddy kepada ku? Aku ingin menjelaskan semua tapi aku tak percaya Daddy akan percaya.' Aku menghela nafasnya dengan pelan.

"Saya tidak sudi, gadis yang kurang pendidikan seperti mu memanggil dengan sebutan 'Daddy'. Rasanya tak pantas dan menjijikan." Senja semakin bungkam, rasa sakit di pergelangannya memang tak begitu menyakitkan di banding dengan rasa sakit karena ucapan Dapa, sang Daddy.

"Aku mohon, Dad. Aku ingin menjelaskan semuanya kepada mu, Dad. Aku benar-benar bukan dalang di balik semua ini, aku hanya berniat menolong Mommy dari insiden tabrakan. Aku tidak mengharapkan ini semua terjadi, ini semua murni kecelakaan, Dad." Ucap Senja panjang lebar, ia tak mau semakin di cap 'dalang' kecelakaan Anjani karena kesalah pahaman Dapa.

Dapa hanya tertawa sinis, ia tidak akan mudah percaya dengan perkataan gadis yang sudah menjadi dalang dari semua ini terjadi. "Apa kamu pikir saya bisa di bohongi? Tidak! Saya tidak semudah itu." Ucap Dapa dengan sorot mata tajam yang mampu menghunus sorot mata Senja.

Senja tertawa hambar, setidak percaya itukah sang Daddy kepada dirinya. Senja baru menyadari, ia sudah lupa bahwa dirinya hanya anak panti yang di adopsi oleh dia dan juga Kakaknya. "Sebenci itukah Daddy kepadaku? Bahkan aku yang sudah menjelaskan saja tidak membuat Daddy percaya." Ucap Senja yang kini air mata nya jatuh kembali di pipi mulusnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!