Senja tertawa hambar, setidak percaya itukah sang Daddy kepada dirinya. Senja baru menyadari, ia sudah lupa bahwa dirinya hanya anak panti yang di adopsi oleh dia dan juga Kakaknya. "Sebenci itukah Daddy kepadaku? Bahkan aku yang sudah menjelaskan saja tidak membuat Daddy percaya." Ucap Senja yang kini air mata nya jatuh kembali di pipi mulusnya.
Senja menghapus air matanya kasar, ia tidak boleh lemah. Dunia akan bahagia jika melihat dirinya menderita, itu tidak akan terjadi, menjadi kuat adalah pilihannya dengan rasa sakit yang harus ia pendam sendiri.
"Saya memang membenci kamu! Jika kamu tidak kami adopsi, mungkin kami masih ada dan tidak akan berpisah seperti ini, kamu tahu? Saya belum siap kehilangan dia, sosok wanita yang mampu mewarnai hidup saya." Ucap Dapa semakin lirih di akhir, dia tidak mampu menyembunyikan rasa rapuh dan sakit nya, rasanya sulit.
Senja hanya termenung, dirinya merasakan yang sama. Tapi ia tahu, Daddy nya lebih sakit dan juga menderita karena kehilangan sosok cinta pertamanya. Ia melihat sisi rapuh dari seorang Daddy nya yang terbilang sangat dingin jika di luar dan akan ceria di dalam.
Dengan keberanian nya, Senja memeluk Dapa dari samping. Rasanya ia ingin sekali menjadi sandaran untuk Daddy karena melihat sisi rapuh dari sang Daddy. "Menangis lah Dad! Jangan di pendam, aku juga merasakan hal yang sama." Senja tersenyum kecil, senyuman yang mengisyaratkan luka.
Dapa menumpahkan segala rasa yang ia pendam tepat di depan Senja, Putri angkatnya. Ia merasa begitu tenang dalam keheningan ini, semua beban yang ia pikul selama 2 hari ini serasa menghilang setelah tangisnya pecah.
"Aku menyayangi mu, Dad. Tolong percaya padaku Dad, aku takut jika Daddy bersikap seperti ini." Bisik Senja lirih tepat di telinga Dapa, setelah itu melepaskan genggaman Dapa yang melonggar, sampai pada akhirnya ia berlari kecil meninggalkan Dapa. Rasa sakit dan juga bayang-bayangan pasca kecelakaan itu membuat Senja takut, takut untuk mengingatnya.
Dapa yang menyadari itu segera mengejar Senja, ia tidak akan membiarkan Putri nya pergi begitu saja. Apapun yang dia lakukan, harus di bayar dengan adil, tak ada pengecualian apapun.
Senja sudah masuk ke dalam mobil nya, ia menangis sejadi-jadi nya di dalam mobil. 'Sakit, sakit sekali.' Batin Senja sembari memukul dadanya yang serasa sesak seperti ingin mengambil nyawanya.
"Nona, apakah sesuatu terjadi?." Tanya supir nya yang kini menatap sedih ke arah Senja, ia merasa kasihan kepada putri dari majikannya yang terus menerus seperti ini.
Senja menggelengkan kepalanya dengan cepat, bukankah dirinya harus kuat dan menerima segala hal yang terjadi kepada dirinya?. "Saya tidak apa-apa, Pak. Sekarang kita pulang,Pak." Ucap Senja yang di angguki oleh supir.
TOK! TOK!
Ketukan yang keras di kaca mobil Senja membuat sang empu menatap nya langsung, ludahnya serasa sulit untuk menelannya. "Daddy." Hanya kata itu yang keluar di mulutnya.
"Keluar! Saya minta kamu keluar, saya belum selesai berbicara dengan kamu!." Ucap Dapa yang kini semakin keras mengetuk kaca mobil Senja.
Senja yang menghela nafasnya, "jalan Pak! Jangan hiraukan." Ucap Senja, ia tidak mau langkah yang ia ambil salah dan berakibat fatal untuk dirinya dan juga Dapa.
Supir mengangguk patuh, ia menyalakan mesin mobil setelah itu menancap gas. Senja meninggalkan Dapa di sana, bersama luka dan rasa sakit yang mereka rasakan.
"SENJAA!." Teriak Dapa sesaat mobil Senja melaju, meninggalkan makam yang bertempatkan Anjani di sana.
Dapa mengepalkan tangannya, ia dengan cepat berlari menuju mobil nya dan menjalankannya, pergi mengejar Senja yang kini tidak mengetahui niat Dapa.
Di sepanjang jalan, Senja hanya melamun. Entah apa yang saat ini pikirkan, rasanya begitu membebani pikirannya. Apakah waktu bisa di putar kembali? Ia ingin mengubah alur kehidupannya, ingin sekali.
CRITT!
Supir Senja mengerem mendadak membuat Senja maju ke depan, apa yang terjadi?. Mata Senja membulat melihat ke arah depan mobil, ia menatap mobil yang kini menghalangi jalan mobilmya.
"Maaf Nona, mobil di depan mencegat kita secara mendadak. Apakah Nona tidak apa-apa? Apa ada yang terluka." Tanya sang Supir sembari menatap khawatir putri majikannya.
"Tidak, saya baik-baik saja." Jawab Senja, ia menatap seseorang yang keluar dari mobil yang mencegatnya.
"Buka!." Ucap seseorang tersebut, ia tahu, yang mencegat nya adalah Sang Daddy.
"Saya bilang buka! Jika tidak, saya akan memecahkan kaca mobil ini." Ucap Dapa memberi peringatan keras, sedangkan Senja ia menghela nafasnya lelah, lelah dengan semuanya.
"Nona, biar saya saja yang keluar. Nona diam saja di dalam." Ucap sang Sopir sebelum dirinya membuka pintu mobil.
"Tidak usah, Pak. Biarkan saya saja, Bapak bisa awasi saya dari dalam." Ucap Senja yang akhirnya di jawab dengan anggukkan oleh sang Supir.
Senja membuka pintu mobil, pertama yang ia lihat dalah sorot mata Dapa yang sangat tajam mampu menghunus sorot matanya sendiri. "Ada apa, Dad?." Tanya Senja dengan perasaan takut, auranya saat ini benar- benar mencekam dingin.
Dapa tak menjawab pertanyaan Senja, ia mencekal lengan Senja yang berniat membawanya masuk ke dalam mobilnya. "Ikut saya!." Ucap nya.
Senja yang mendapatkan perlakuan itu mencoba melepaskan cekalannya, ia tidak memikirkan rasa sakit di lengannya, asalkan dirinya bisa lepas. "Mau kemana? Aku tidak mau, Dad. Please!." Ucap Senja lirih, ia dengan sekuat tenaga menahan lengannya.
"Kamu ikut saya! Jika tidak, kamu akan tahu akibatnya." Senja meneguk ludahnya dengan susah payah, ia hanya pasrah dan mengikuti Dapa yang ingin membawa nya pergi, entah kemana setelah mengucapkan kepada sang Supir bahwa dirinya akan pergi bersama Dapa.
Di dalam mobil hanya ada keheningan, Senja sama sekali tidak berniat memulai percakapan begitu pula dengan Dapa. Mereka sama-sama larut dalam pikirannya.
Senja tahu bahwa statusnya saat ini adalah Istri dari Daddy nya, rasanya ia takkan mampu untuk menjadi Istri. Senja tidak menjalankan kewajibannya karena ia tahu, pernikahannya hanya sebatas keinginan dari Anjani Mungkin sebuah amanah, tapi rasanya berat untuk menerimanya.
Mobil Dapa sudah terparkir rapih di depan rumah Senja, sang empu yang sudah menyadari bahwa dirinya sudah sampai bergegas turun, ia tidak ingin berlama-lama di dalam. "Saya akan masuk." Ucap Dapa yang mampu menghentikan aktivitas Senja.
"Masuk? Untuk apa?." Tanya Senja yang tak tahu maksud dari perkataannya, "untuk membicarakan sesuatu kepada orang tua kamu!." Jawab Dapa yang mampu membuat Senja penasaran.
Senja hanya mengangguk mengerti, ia dengan santai membuka pintu mobil dan berniat masuk ke dalam setelah itu langsung ke kamar dan beristirahat, ia tidak ingin mengetahui maksud dari tujuan Dapa, Daddy nya sekaligus Suaminya. Suami sah atau tidak? Entahlah!.
GREP!
Jemari Senja lebih dulu bersautan dengan jari Dapa, sedangkan sang empu yang menyadari itu mencoba melepaskannya. "Saya akan membawa kamu ke dalam penderitaan." Bisik Dapa sembari memperlihatkan senyum sinisnya, sedangkan Senja hanya bergidik ngeri mendengarnya.
"Dapa akan membawa Senja pulang bersama." Ucap Dapa tegas masih dengan menggenggam jari jemari Senja yang kini semakin erat.
"Papah tidak akan menentukan pilihannya, yang berwenang hanya Senja saja." Ucap Arman, ia tahu perasaan putrinya saat ini.
"Meski Senja menolaknya, Dapa akan tetap membawa Senja pulang dan tinggal bersama Dapa. Senja adalah Istri Dapa, dan sudah seharusnya seperti itu bukan?." Ucap Dapa yang menekan kata 'Istri' tepat di depan Senja.
'Kak, apakah Senja mampu melewati penderitaan ini? Apa juga yang di katakan Daddy benar bahwa aku adalah dalang dari semua insiden ini? Mengapa dia tidak mengambil nyawaku juga, jadi kita akan bersama di sana dengan bahagia.' Batin Senja mencoba menahan rasa sesak di dadanya.
'Awal penderitaan kamu akan di mulai, Senja. Saya tidak akan pernah jatuh cinta kepada Gadis yang tidak punya rasa sadar diri.'
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments