Kepergian Anjani

Anjani tersenyum di atas ranjang nya, ia sangat bahagia bisa melihat adiknya akan aman bersama dengan Suaminya. Setidaknya, dirinya bisa melihat mereka berdua bersatu meski kemauan dirinya.

"Adik, Kakak. Tolong jagain suami Kakak dengan baik ya, sekarang tugas Kakak sudah selesai, Kakak sudah selesai berjuang nya dan selanjutnya kamu menggantikannya. Kakak percaya sama kamu." Senja menitihkan air matanya, ia ingat kata-kata sang Kakak, Senja yang sudah menitipkan amanahnya kepada dirinya.

Anjani menutup matanya rapat, sebutir air mata jatuh di pipinya. Kini ia meninggalkan dunia nya dengan tenang tanpa khawatir yang akan terjadi kepada Suaminya, dirinya sudah memberikan semua kepada sang Adik.

"ANJANII!." Teriak Dapa tak kala Dokter mengatakan bahwa kini pasien sudah benar-benar pergi dengan tenang tanpa merasakan sakif lagi.

"Mommy baru sadar hari ini, kenapa Mommy cepat sekali menutup matanya kembali tanpa membukanya. Mommy jangan tinggalin Senja." Isak tangis terdengar di penjuru ruang rawat Anjani yang kini hanya tersisa orang tua Anjani, Orang tua Dapa dan sepasang baru.

Dapa bangkit, ia menatap Senja sangat tajam. "Kamu penyebab istri saya meninggal! Kamu yang seharus mat!, bukan dia!." Ucap Dapa sembari menyeret Senja keluar dari ruangan Anjani dengan kasar.

Bruk!.

Senja di dorong Dapa hingga dirinya ambruk di lantai rumah sakit, "saya bahkan tidak sudi memiliki istri seperti kamu! Kamu itu wanita murahan, kurang pendidikan." Ucap Dapa tajam, terpancar sekali rasa benci dari manik mata Dapa.

Senja hanya diam, ia harus sabar dengan segala kehidupan yang dirinya akan bangun bersama suami barunya, Dapa. 'Kakak, tolong kuatin Senja dari atas yaa.' Batin Senja seraya bangkit karena tak ingin dirinya di cap wanita lemah.

"Pergi kamu! Saya tidak sudi melihat wajah polos kamu seperti ini, akan saya ceraikan kamu dan tunggu saja surat cerai itu." Ucap Dapa sebelum dirinya masuk ke dalam ruang Anjani.

Senja berjalan ke arah taman rumah sakit dengan keadaan linglung, ia melamun memikirkan kehidupan dirinya kedepannya. 'Aku benar-benar belum siap, Mom. Aku masih baru mendapatkan kasih sayang dari Mommy.' batin Senja yang kini terduduk di lantai taman.

Gemericik hujan tak mampu membuat Senja bangkit di taman, para pengunjung yang berada di taman berlarian untuk berteduh. "Aku ingin bahagia, aku ingin tersenyum. Belum cukupkah penderitaan yang aku alami selama 21 tahun ini? Aku benar-benar lelah." Gumam Senja di bawah guyuran hujan yang semakin lebat.

"Sayang, sini peluk Papah." Ucap Arman sembari merentangkan kedua tangannya agar sang anak mendapatkan rasa aman di dalam dekapannya.

Senja terisak menangis, ia menghambur ke dalam dekapan sang Papah yang saat ini memeluknya dengan erat, di bawah guyuran hujan. "Pah, aku ga kuat menjalani ini. Kak Anjani wanita kuat, aku lemah." Ucap Senja sembari terisak menangis.

"Sayang, dengarkan Papah! Kamu dan Anjani adalah Adik Kakak yang sama-sama kuat. Seharusnya kami di sini yang meminta maaf karena kesalahan kami di masa lalu, membuat kamu kehilangan kasih sayang." Ucap Arman yang tak terasa air matanya jatuh, tepat di pipinya yang kasar.

Senja hanya menggelengkan kepalanya, ia semakin keras menangis. Semoga apa yang ia lakukan benar- benar membuat dirinya lega dan bisa melanjutkan kehidupannya penuh dengan kebahagiaan atau kehancuran?.

"Menangis lah, Sayang! Jangan memendamnya, apapun yang terjadi tetaplah ingat, bahwa Papah akan bersedia menjadi sandaran kamu." Ucap Arman, ia mengelus pucuk rambut sang Putri yang kini masih ia dekap erat.

"Aku belum siap menjadi istri dari suami Kak Anjani, Pah. Berat, sakit dan sesak yang aku rasakan saat ini, mengapa dunia begitu mudah memberikan jalan kehidupan yang rumit kepada penghuninya." Ucap Senja, rasanya ia ingin mencurahkan segala rasa yang ia pendam selama ini. Di balik sifat nya yang lembut dan kuat, dia benar-benar lemah dan sangat lemah.

Arman hanya mampu memberikan sedikit ketenangan, ia memang tak bisa berbuat apa-apa saat ini. Sakit sebenarnya melihat anak putri nya yang kini tersiksa dan menderita hanya karena kesalah pahaman yang terjadi antara dirinya dan juga Dapa.

Tangis Senja kini mereda, begitu pula hujan yang membasahi mereka kini sudah mengecil. Bayangan tentang kehidupan Senja yang harmonis bersama keluarga nya kini hancur, tidak ada kebahagiaan. Kepedihan dan juga kehancuran lah yang kini datang.

"Untuk saat ini, kamu tinggal sama Papah dan Mamah ya!. Papah tidak siap jika kamu harus tinggal langsung bersama Dapa, takut sesuatu terjadi kepada kamu." Ucap Arman sembari mengelus pucuk rambut anak gadisnya, pucat dan juga dingin yang kini Arman rasakan saat memeluk anak gadisnya.

"Sekarang kita urus semuanya ya, kamu akan tetap aman jika bersama Papah dan Mamah. Papah akan bicara dengan orang tua Dapa untuk memberi tahu bahwa kamu belum bisa tinggal bersama Dapa. Dan satu pesan yang harus kamu ingat, Papah dan Mamah sangat menyayangi kamu, papah dan Mamah tidak akan membiarkan sesuat terjadi kepada kamu, dan jika kamu ingin mengakhir pernikahan dengan Dapa, Papah dan Mamah tidak akan merasa keberatan." Ucap Arman panjang lebar.

Senja menggeleng cepat, ia harus memenuhi amanahnya kepada sang Mommy sekaligus Kakaknya. "Gak Pah, Senja gak akan berhenti. Senja hanya perlu waktu, menerima dan menjalani kehidupan ini sesuai dengan skenario yang sudah di tentukan oleh Alam. Senja gak mau buat Kak Anjani kecewa, dia sudah berkorban banyak." Ucap Senja, ia masih memiliki rasa hutang budi yang begitu besar.

Arman hanya mengangguk mengerti, sikap Senja sama persis seperti Anjani yang memang memiliki pemikiran yang panjang. Mereka tidak memikirkan diri sendiri, melainkan memikirkan perasaan semua orang, terutama orang yang mereka sayangi.

-

"Saya akan membawa Putri saya pulang, seperti nya tidak perlu jika Dapa

yang merawatnya. Kini Putri saya sudah menjadi tanggung jawab saya dan juga istri, saya akan secepatnya mengirim surat perceraiannya." Ucap Arman yang kini berbicara berdua dengan Romi, Papah Dapa.

"Tolong di pikirkan kembali, Pak Arman. Saya benar-benar meminta maaf atas kelakuan anak saya, untuk saat ini anak saya sedang di liputi perasaan sedih, hancur. Oleh karena itu, ia bersikap seperti ini." Jelas Romi yang mencoba mempertahankan hubungan anaknya bersama putri dari sahabat karibnya.

Arman hanya diam, ia masih belum menemukan jawaban yang pantas untuk penuturan sahabat karibnya. Tapi, untuk membawa Senja pulang bersamanya sudah bulat dan tidak bisa di ganggu gugat sama sekali.

'Biarlah seperti ini dulu, aku akan memikirkan cara supaya Senja bisa lepas dari Dapa. Aku takut, jika Dapa akan menyakiti Senja berakhir mengenaskan. Aku tidak ingim terjadi, mencegah lebih baik dari pada mengobati.' Batin Arman, memikirkan perihal ini memang harus menggunakan kepala dingin.

"Saya akan mempertahankan Senja." Ucap seseorang lantang sembari menghampiri Arman dan Romi yang kini menatap orang tersebut terkejut.

.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!