Kini Sinta, Arman, Anjani dan Senja saling melepas rindu. Suasana di dalam penuh dengan kehangatan yang di berikan satu sama lain. "Bagaimana Kakak kamu bisa kayak gini?." Tanya Sinta yang mencoba menginterogasi Senja anak bungsunya.
Anjani yang ingin memulai bercerita, tapi di tahan oleh Senja. "Aku aja yang cerita ya, Mom. Maaf, aku belum bisa panggil Mommy, Kakak. Aku belum merasa nyaman, tapi aku akan coba." Ucap Senja sembari tersenyum kecil.
Anjani mengangguk paham, "gak adik kecil, Kakak. Mau kamu panggil kakak, Mommy bahkan Nenek juga silahkan. Kakak gak masalah sama itu, asalkan kamu ada di samping kakak." Ucap Anjani yang mampu membuat perasaan Senja menghangat dan tentram.
"Jadi gini...." Senja mulai menceritakan semua insiden mulai dari awal hingga berakhir seperti ini, Anjani juga mengklarifikasi mengapa dia sampai melamun dan berakhir seperti ini.
"Maafin aku ya, Mom. Aku gak sengaja dorong Mommy yang berhasil membuat Mommy terbentur hingga seperti ini." Ucap Senja merasa bersalah, sepertinya ia terlalu takut untuk kehilangan Anjani karena nyaris tertubruk mobil.
"Kamu kayak gitu karena to-."
"Jadi kamu yang membuat istri saya seperti ini?." Suara bariton yang seisi ruangan tahu siapa pemiliknya, mampu memotong perkataan Anjani.
"Mas." Ucap Anjani pelan, sepertinya sang suami belum mengetahui insiden yang terjadi sesungguh. Memang benar firasat Anjani, Dapa tidak sama sekali menyelidiki mengapa ini bisa terjadi, ia hanya fokus dengan kesehatan sang Istri.
"Kamu? Yang sudah mencelakai istri saya, hah?." Tanya Dapa yang volumenya naik seoktaf. Senja yang mendengar itu seketika terdiam, ia harus meluruskannya! Dirinya bukan penyebabnya kan? Bukan kan?.
"B-bukan, Dad. Daddy sepertinya baru mende-."
Plak..
"Dapa, Mas."
Belum sempat Senja meneruskan perkataannya, Dapa sudah melayangkan tamparan yang membuat pipi Senja memerah dan mengeluarkan sedikit cairan merah di sudut bibirnya.
"Kamu itu gadis yang tidak tahu berterima kasih! Apa semua yang di berikan oleh saya dan istri saya kurang? Wanita kurang pendidikan dari mana kamu? Apa orang tua mu tidak pernah mengajari kamu sopan santun? Owh iya, saya lupa jika kamu di besarkan di panti asuhan tanpa kasih sayang dari orang tua, pantas saja orang tua kamu membuangnya ternyata kamu wanita tidak tahu malu." Cacian yang keluar dari mulut Dapa mampu mencubit hati kecil Senja yang saat ini masih tercengang dengan segala perkataan yang di keluarkan dari Dapa, Daddynya.
"Dapq! Jaga mulut kamu." Geram Arman, hati kecilnya sangat sakit mendengar perkataan menantunya, ia sepertinya orang tua yang tidak layak di sebut orang tua.
"Apa, Pah?. Memang benar, dia wanita kurang pendidikan, kasih sayang bahkan kurang sadar diri." Ucap Dapa, kemarahannya sudah mencapai batas maksimal.
Senja diam sebentar, ia menatap Dapa tak percaya. Daddy yang ia sangat sayangi dan hormati, mampu berbicara seperti itu. Senja tersenyum tipis, "iyaa, Dad. Aku anak yang kurang kasih sayang, kurang pendidikan bahkan kurang rasa sadar diri. Tapi, apa aku tidak boleh mendapatkan kebahagiaan setelah penderitaan selama 21 tahun ini?." Tanya Senja lirih, air mata yang ia tahan kini meluruh,membasahi pipinya yang terasa panas karena tamparan dari Dapa.
"Kamu memang pantas menderita, orang seperti kamu, tidak berhak dan tidak akan pantas mendapatkan kebahagiaan." Ucap Dapq terkesan dingin dan datar.
"Dapa! Sekali lagi kamu mengucapkan kalimat itu, Papah tidak segan-segan untuk menghajar kamu!." Peringat Arman, sedangkan sinta? Kalia tahu, dia menghampiri Senja dan memeluknya begitu erat, sangat erat untuk meredamkan segala kesakitan dan kepedihan sang Anak.
"Bukan seperti ini, Mas. Ini hanya salah paham, kamu belum mendengar semuanya." Ucap Anjani, ia bangkit dengan tertatih-tatih menghampiri Dapa, menenangkannya supaya tidak berbuat lebih dari pada ini. " Senja ini adalah-."
"Mom, jangan! Please, Senja mohon, jangan katakan itu kepada Daddy." Ucap Senja sembari menggeleng-gelengkan kepalanya dengan air mata yang sudah tidak terbendung lagi.
"Apa? Katakan apa? Katakan jika dia adalah gadis murahan?." Sentak Dapa yang dalam keadaan tak baik-baik saja.
Plak.
Sebuah tamparan Dapa dapatkan, ia merasa tak percaya siapa yang baru saja menampar dirinya, "ka-kamu nampar aku?." Tanya Dapq yang kini memegang pipinya bekas tamparan itu.
"Kamu jangan pernah memanggil Senja dengan sebutan 'gadis murahan', dia tidak pernah seperti itu, Camkan itu!." Ucap Senja dingin, ia sangat sakit hati ketika mendengar sang Suami mengatai sang adik 'gadis murahan' dan segala caci makiannya.
Tiba-tiba suasana menjadi ricuh tak kala darah keluar dari hidung Anjani yang mampu membuat yang lain khawatir. Hingga akhirnya, Anjani ambruk di tempat ia berdiri.
-
"Bagaimana dengan kondisi Istri saya,Dok? Apa dia baik-baik saja?." Tanya Dapa yang melihat sang Dokter keluar dari kamar Anjani.
Dokter menghela nafasnya pelan, "kondisi pasien sangat kritis, beliau ingin semua masuk. Dirinya ingin mengatakan sesuatu yang penting katanya." Ucap Dokter yang kini tak bisa berbuat apa-apa.
Mendengar itu, semua masuk ke dalam ruangan. Tapi sebelum itu, Dapa menghentikan langkah kakinya karena melihat Senja yang juga ingin masuk. "Kamu mau kemana? Kamu sudah tidak ada sangkut pautnya di keluarga saya, lebih baik kamu pergi dari sini!." Ucap Dapa yang terkesan dingin dan juga penuh dengan tatapan tajamnya.
"Maaf, pasien mengatakan bahwa yang bernama Senja wajib menemuinya." Ucap Dokter yang membuat Dapa saat ini membiarkan nya masuk.
"Mas, sini!." Ucap Anjani dengan selang infus serta selang pernafasan yang di pakai Anjani. "Apa sayang? Apa yang pingin kamu katakan?." Tanya Dapa lembut, ia melupakan kejadian sang Istri yang menamparnya tadi.
"Mas, aku pingin satu permintaan dari kamu, boleh?." Tanya Anjani yang kini sudah tidak bisa bernafas dengan baik karena sesak yang ia rasa.
"Berapapun permintaannya, akan aku turuti. Asalkan kamu tetap disamping aku, kamu jangan pergi kemana-mana." Ucap Dapa dengan senyum manis seraya mengusap pucuk rambut sang Istri.
"Aku pingin kamu menikahi Senja." Satu kalimat yang dikatakan Anjani mampu membuat orang tua Anjani, orang tua Dapa, Senja, Dapa terkejut.
"Kamu jangan becanda sayang! Aku ga suka kamu bicara seperti itu!." Ucap Dapa dengan tatapan tajam. "Aku serius Mas, aku pingin kamu menikahi Senja. Tolong terima, Mas. Ini permintaan terakhir ku." Ucap Senja seraya menatap sendu Senja yang saat ini menggeleng-gelengkan kepalanya berharap itu tidak akan terjadi.
Dapa diam sejenak, ia menghela nafasnya dalam. "Baiklah! Aku akan menuruti kemauan kamu,tapi kamu tetap berjuang untuk bersama sama aku kan?." Tanya Dapa
yang saat ini masih setia menatap Anjani
penuh sayang.
"Aku juga berharap seperti itu." Ucap Anjani tersenyum tipis, ia melambaikan tangannya supaya Senja mendekat kepadanya.
"Sayang, mau kan kabulin permintaan Mommy?." Tanya Anjani sembari mengelus pipi Senja dengan lembut, "Mom, jangan tinggalin Senja!." Lirih Senja, dirinya benar-benar belum siap untuk kehilangannya.
"Senja janji, kabulin permintaan Mommy?." Tanya Anjani sekali lagi, Senja yang mendengar itu dengan hati berat mengiyakan kemauan dari Sang Kakak sekaligus Mommy nya.
..."Aku mau ijab qabul nya di adain hari ini, Mas. Kamu bisa panggil orang penting yang di butuhkan 'kan?." Tanya Anjani, dia terlihat sudah semangat mendengar penuturan Dapa dan Senja yang menyetujui permintaannya....
***
"Sah!." Semua mengucapkannya yang berarti bahwa Dapa dan Senja sudah sah menjadi seorang Suami Istri.
Anjani tersenyum di atas ranjang nya, ia sangat bahagia bisa melihat adiknya akan aman bersama dengan Suaminya. Setidaknya, dirinya bisa melihat mereka berdua bersatu meski kemauan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
Merlani Hidayat
agak aneh masa adopsi anak umur 21 th
2023-05-03
0