"Good Girl sayangg!." Ucap Dapa, ia menarik Senja ke dalam dekapannya. Senja merasa sangat nyaman dengan pelukan ini, pelukan seorang Daddy kepada Anaknya. Ia begitu sangat bahagia dan bersyukur dengan kehidupan barunya.
Anjani yang melihat itu tersenyum manis, ia bahagia karena Sang Suami sudah menerima Senja dengan sepenuhnya. Bahkan dirinya tak menyangka jika kehidupannya bisa berubah 180° karena hadirnya Senja.
Senja ### menarik Anjani ke dalam pelukannya bersama Dapa, ia bisa merasakan pelukan hangat seorang Daddy dan Mommy saat ini. 'Aku bahagia, Ibu.' Batin Senja yang tak terasa cairan bening jatuh di pipi mulusnya.
-
Kini Anjani dan Senja sudah selesai dengan belanja bulanannya, belanjaan mereka sudah di bawakan oleh pesuruh Dapa yang sedari tadi memantau Anjani dan Senja dengan ketat.
"Mom, itu pesuruh Daddy benar-benar ngikutin kita ya." Ucap Senja yang masih memperhatikan beberapa pria yang mengikuti dirinya dan juga Anjani dari jarak lumayan jauh.
"Memang seperti itu sayang, ini sudah menjadi rutinitas Mommy jika belanja bulanan. Dulu, Mommy sendiri belanjanya. Sekarang sudah ada kamu." Ucap Anjani yang mampu membuat Senja mengukir senyum manis di bibirnya.
Anjani dan Senja sudah berada di penyebrangan jalan, mata mereka tertuju kepada lampu yang saat ini menampilkan warna hijau, yang mengartikan bahwa para pejalan kaki tidak di perbolehkan untuk melintas menyebrang.
Ting.
Suara pesan masuk dari ponselnya Anjani, ia segera membukanya yang ternyata pesan dari orang suruhannya untuk mencari informasi yang ia ingin cari tahu.
Lampu merah mengartikan bahwa pejalan kaki di perbolehkan untuk melintas, Senja dengan segera melintasi jalan yang saat ini lalui. Ia tidak menyadari bahwa Anjani masih tetap mematung di sana karena fokus membaca pesan dari seseorang.
Anjani membaca dengan teliti informasi yang di berikan dari orang suruhannya, pandangannya mendadak menjadi tak seimbang. Tangannya bergetar ketika membaca nya semakin serius, "jadi, Senja adalah adik aku. Adik yang aku cari selama ini, 1dia ada di samping aku." Gumam Anjani dengan lirih, ia menatap depan ke arah Senja yang saat ini sudah hampir melintasi jalannya.
Tanpa menengok kanan dan kiri, Anjani dengan gerakan cepat berlari untuk menghampiri Adik yang saat ini berada di hadapannya. Anjani merasa larinya seakan pelan, susah sekali untuk menggapai bahu sang Adik.
Para pejalan kaki berteriak karena dari arah kanan terdapat mobil yang melaju dengan kecepatan kencang, Anjani tidak mengetahui bahwa saat dirinya melintas sudah lampu berwarna hijau.
"Mommy!!" Pekik Senja, ia berlari dengan cepat untuk menggapai tubuh Anjani supaya apa yang ia bayangkan tidak akan terjadi.
Mobil yang berada di arah kanan mencoba untuk mengerem, na'as sekali itu tidak membuat mobilnya berhenti tepat waktu. Senja dengan sigap mendorong tubuh Anjani bersamaan dengan mobil dari sebelah kanan hampir menabrak Anjani dan juga Senja.
Bruk.
Kepala Anjani membentur pembatas trotoar membuat darah segar mengalir dari kepala Anjani serta luka cukup parah di siku dan juga dagu Senja. "Mom, kenapa Mommy bisa lakuin yang tadi?." Ucap Senja yang masih gemetar.
Anjani tersenyum tipis, ia mengusap pipi mulus Senja yang kini kotor dengan darah segar yang keluar dari dagunya karena telah menolong dirinya. "Sa-sayang, Kakak sayang sama kamu. Kakak bahagia bisa, be-bertemu dengan ka-mu." Ucap Anjani terbata setelah itu tak sadarkan diri, mungkin efek dari banyaknya darah yang keluar.
Pesuruh Dapa yang melihat itu dengan gerak cepat berlari menuju Nyonya nya, mereka akan mendapatkan masalah besar sepertinya. Nyawa mereka mungkin akan menjadi taruhannya bahkan kematian mereka sepertinya akan segera tiba.
"Nona, kita bawa Nyonya ke rumah sakit sebelum sesuatu yang tidak inginkan terjadi." Ucap Salah satu pesuruh Dapa, dengan cepat Anjani di angkat oleh salah satu pesuruh Dapa ala bridle style.
Sedangkan Senja? Ia berjalan dengan tertatih-tatih. Pikirannya masih terbayang dengan perkataan Anjani yang memanggil dirinya 'Adik'. Senja yang lemas, di tuntun oleh salah satu pesuruh Dapa dengan pelan-pelan.
Mereka segera melajukan mobil nya ke arah Rumah Sakit terdekat, nyawa Anjani lebih berharga dari pada harga rumah sakit yang akan mereka kunjungi. "Aku? Adik, Mommy?." Beo Senja yang saat ini masih bingung dengan perkataan Anjani.
Senja menangis kecil, hatinya sangat sakit ketika mengingat kejadian yang baru saja terjadi. Senja tak henti-hentinya mengusap wajah Anjani yang saat ini berada di pangkuannya, "Mom, bangun. Aku takut, jangan tinggalin aku." Ucap Senja lirih, tangisnya semakin kencang, dadanya terasa nyeri seperti di tusuk seribu belati.
***
Suasana Rumah Sakit terasa ramai, pesuruh Dapa dengan cepat mengangkat Anjani untuk masuk. Sedangkan Senja, ia berlari di belakangnya, ia sama sekali tak memikirkan luka di siku dan dagunya yan parah karena darahnya saat ini sudah mengering. Baju Senja, kini di basahi oleh darah segar Anjani yang saat ini belum berhenti.
"Tolong selamatkan Nyonya saya, lakukan apapun itu. Jika sesuatu terjadi kepada Nyonya saya, kalian semua mendapatka impas dari kami." Ucap pesuruh Dapa dengan ancaman yang benar-benar membuat Dokter dan juga para Perawat bergidik ngeri.
"Silahkan taruh disini, Kami akan bekerja dengan sebaik dan semaksimal mungkin." Ucap Dokter yang saat ini akan menangani Anjani.
Senja yang melihat itu mendekati sang Dokter, "Tolong selamatkan Mommy saya, lakukan yang terbaik. Saya mohon!." Ucap Senja di iringi tangis yang sedari tadi tidak berhenti, rasa takut sangat menghantui pikiran dan diri Senja.
"Saya dan yang lain akan mencoba dengan semaksimal mungkin, Anda cukup berdoa agar pasien bisa sembuh dan kembali seperti semula." Ucap Dokter setelah itu membawa Anjani masuk ke dalam UGD.
Senja sama sekali tidak kepikiran dengan menghubungi Dapa, ia benar-benar lupa bahkan ia juga lupa dengan luka yang saat ini di derita nya.
"Nona, luka anda harus segera di obati. Mari, saya antar untuk mengobati luka anda." Ucap salah satu pesuruh Dapa, hanya gelengan kepala yang Senja berikan, "saya tidak apa-apa, yang saat ini saya takutkan adalah keadaan Mommy saya." Ucap Senja lirih, rasanya kaki dia sudah lelah menopang.
Dari kejauhan kedengaran keriuhan antara pekerja rumah sakit dan seorang pria yang saat ini sudah tidak berpakaian rapi. Dia seperti?.... Daddy!.
"KALIAN SEMUA TIDAK BECUS MENJAGA ISTRI SAYA! UNTUK APA SAYA GAJIH KALIAN DENGAN TINGGI JIKA MENJAGA ISTRI SAYA SAJA TIDAK BECUS." Bentak Dapa menggelegar di seluruh penjuru rumah sakit.
Dapa sudah siap untuk menghajar salah satu suruhannya, tetapi sebuah pelukan dari belakang membuatnya mengurungkan niatnya dan membalikkan badannya, guna mencari tahu siapa 'dia'.
"Jangan lakukan itu, Dad. Sekarang pikirkan keadaan Mommy, aku takut, Dad." Ucap Senja lirih, tangisannya seketika meledak. Tangisan yang dirinya tahan, kini keluar.
Dapa mencoba mengontrol emosinya, ia membalas pelukan sang Putri. Ia paham, Putrinya saat ini pasti terkejut karena insiden barusan yang tak terduga.
"Tenang lah sayang, Daddy disini." Ucap Dapa lembut, ia mendekap Senja dengan erat. Memberi rasa nyaman dan aman kepada Putrinya yang tubuhnya saat ini sudah bergetar hebat.
"A-aku ta-kut, Dad." Suara Senja semakin mengecil karena terlalu banyak menangis. Ia memikirkan keadaan dari seorang Mommy atau Kakak?.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments