Momen Yang Jarang

Seminggu sudah Senja tinggal bersama Dapa, suasana tidak sama sekali berubah. Senja tetap dengan kehidupannya yang benar-benar di penuhi sejenak oleh penderitaan dan sejenak di penuhi oleh kebahagiaan. Dunia sepertinya sedang main-main dengan dirinya.

Pagi hari ini Senja lalui dengan senyuman, tak salahnya ia bahagia bukan? Untuk menutupi kepedihan dan kesedihan yang ia alami. Tak ayal jika dirinya terkadang menangis di pojokan kasur, merenungi kapan penderitaan ini akan segera berakhir? Lelah, Sesak dan banyak lagi yang ia rasakan, tapi tak bisa ia jelaskan dengan kata-kata.

Senja sedang asik memasak sarapan pagi untuk nya dan juga Dapa, suaminya. Kini dirinya akan membiasakan menerima kenyataan bahwa Dapa yang dahulu adalah Daddy nya, kini harus berganti menjadi Suaminya. Dirinya dengan sangat lihai memasak, kemampuannya tak bisa di anggap remeh. 'Semoga Mas Dapa suka.' Batin Senja, dirinya melupakan hal penting ini. Akan ia biasakan memanggil Dapa dengan sebutan 'Mas', karena itu sudah seharusnya. Mereka sudah menikah, dan juga statusnya sudah berganti menjadi Suami Istri dan bukan lagi Daddy dan Anak.

Kini Senja sudah selesai dengan acara memasaknya, ia tidak akan melupakan untuk membuat secangkir kopi buatan dirinya. Sudah menjadi kebiasaan Senja membuat Kopi untuk Dapa, ia memang sering melakukannya tanpa Dapa minta.

"Pagi Mas." Ucap Senja yang kini sedang merapihkan hidangan sarapannya agar tertata dan terlihat cantik.

Dapa tak menjawab sapaan itu, ia hanya diam dan duduk dengan manis di kursi yang biasa ia tempati. "Kamu mau makan sama apa? Biar aku ambilin." Tanya Senja yang bersiap untuk mengambil nasi dan beberapa lauk untuk Dapa.

"Saya bisa sendiri, kamu urusi saja hidup kamu. Jangan mengurusi kehidupan orang lain! Lagi pula saya tidak sudi diambilkan makanan dari tangan berdosa itu. Seharusnya kau sadar diri! Banyak-banyaklah sadar diri." Ucap Dapa dengan sadis yang terkesan sangat dingin dan datar, mampu membuat Senja tertegun dengan ucapannya.

Senja segera sadar, ia hanya tersenyum tipis. 'Sabar Senja! Kamu harus sabar, setiap kesabaran pasti membuahkan hasil.' Hanya itu yang mampu Senja ucapkan di dalam hatinya, berharap rasa sakit dan juga sesak yang menyeruak di dalam hatinya segera lenyap.

Dapa tanpa peduli dengan keadaan Senja, ia dengan santai mengambil nasi dan lauk. Sikap Dapa yang dulu dan sekarang memang berubah drastis, Dapa yang sekarang tidak pernah mengenal sama sekali kasihani, ia sangat kejam dan juga kasar, tapi kepada Senja saja. Tolong garis bawahi! Kepada Senja saja. Menyakitkan bukan? Haha.

Tak ada satupun kata yang keluar dari bibir Senja, ia melupakan bahwa Kopi buatannya belum ia bawa dan masih ada di dapur. "Tunggu sebentar ya!." Ucap Senja yang langsung bergegas berjalan menuju dapur, ia berharap secangkir Kopi ini mampu membuat hati Dapa tenang dan tidak di liputi emosi.

Senja kembali dengan senyuman manis yang mengembang di bibirnya, ia benar-benar membuatnya dengan hati yang tulus dan sayang sekali jika Dapa menolaknya. "Ini, aku buatkan secangkir kopi." Ucap Senja yang berniat menaruh kopi nya di pinggir lengan Senja sebelah kanan.

PRANG!

Senja terkejut bukan main, entah sengaja atau tidak sengaja Dapa menepis secangkir kopi yang Senja buat dengan sepenuh hati. Senja benar-benar tertegun dengan kejadian barusan, tangannya gemetaran di tambah tersiram air Kopi yang masih panas. 'Ishhh.' Ia meringis di dalam hatinya, luka di kulitnya tak seberapa tapi luka di hatinya benar-benar membekas.

Dapa yang melihat itu terlihat pucat, ia sebenarnya tidak sengaja menepis secangkir Kopi itu dan mengakibatkan jatuh serta air nya mengenai lengan Senja. Ia melihat seksama Senja yang kini mencoba menahan rasa sakit itu dengan menampilkan senyuman kecilnya.

Dapa berniat ingin memeriksa keadaan luka itu, ia takut terjadi sesuatu dan membahayakan dirinya. Ia tidak ingin di sebut laki-laki tak becus dan laki-laki yang tak bertanggung jawab. Camkan itu!.

"Tidak apa-apa, aku tidak apa-apa." Ucap Senja sembari menyembunyikan tangannya yang terkena air Kopi yang panas itu, ia benar-benar tidak ingin di anggap lemah oleh Dapa, Suaminya.

"Saya lihat!." Ucap Dapa tegas, ia benar-benar ingin memastikan saja. "Tidak perlu, ini hanya cipratan dan pasti akan sembuh. Kamu lanjutkan saja, aku mau ke dapur. Tenang lah!." Ucap Senja serasa tersenyum tipis, sangat tipis.

Senja dengan langkah cepat meninggalkan ruang makan serta meninggalkan Dapa yang kini berdiri tegap memandangi punggung Senja yang berangsur-angsur lenyap karena terhalang oleh pembatas tembok.

Kini keadaan di dapur tak seindah yang di bayangkan oleh Senja, ia merasa perih dan juga panas di bagian tangan yang terkena air Kopi panas itu. "Hiks, hiks perih sekali." Ucap Senja seraya menyalakan kran air agar di basahi dengan air dingin. Ia tidak bisa menutupi kesakitannya, ia masih gadis remaja yang labil, masih berusia 21 tahun. Seorang gadis yang perlu dewasa hanya karena keadaan, tetapi tak pernah mendapatkan kasih sayang dari orang tua kandungnya.

Senja menangis lirih, ia merasa sakit dan sakit. Ini bukan tentang sakit yang biasa, ini tentang sakit batin yang tak bisa di obati dengan mudah seperti sakit fisik. 'Kapan ini akan berakhir? Aku lelah, aku capek. Apakah aku harus menyusul Kak Senja supaya hidupku tenang dan juga tentram, semakin aku mencoba menerima, malah semakin banyak penderitaan dan kepedihan itu datang.' Kini hati yang belum sepenuh nya sembuh, harus sakit lagi dan ini semakin hari, semakin menjadi.

"Hiks, hiks perihh!." Hanya kalimat itu yang keluar di mulut Senja, ia benar-benar merasa perih, bohong sekali jika berkata 'tidak apa-apa dan baik-baik saja.' Nyata nya tidak!. 'Ishhh.' Ringisan itu keluar di mulut Senja sesaat dirinya memcoba memegang luka itu.

"Saya tidak suka orang pembohong!." Suara bariton itu mampu membuat Senja terdiam serta sebuah tangan yang membantu Senja memdinginkan luka tersebut.

Senja membalikkan kepalanya, ia menatap wajah tampan yang kini berstatus Suaminya. "Aku hanya terluka kecil, tidak apa-apa." Ucap Senja seraya tersenyum kecil, ia berniat mengambil paksa tangannya yang di pegang oleh Dapa dengan hati-hati tapi di tahan oleh sang empu.

"Aku sudah tidak apa-apa, aku tidak akan mengatakan ini kepada siapapun jadi tenang saja." Sakit rasanya mendengar perkataan Senja, sebenarnya Senja tahu maksud dan tujuan Dapa membantu, ia takut jika kejadian ini akan menyebar di keluarganya.

Dapa terdiam sejenak, ia meresapi setiap penuturan kata dari Senja. "Saya tidak peduli." Ucap Dapa datar, ia membawa Senja duduk di kursi ruang makan setelah itu dirinya berlari kecil berniat mengambil kotak P3K.

Tak lama Dapa datang, ia dengan hati-hati mengobati luka Senja supaya tidak infeksi. Senja hanya menatap Dapa dengan senyuman manis, ia suka jika Dapa melakukan hal-hal ini kepada dirinya. "Gak usah lihatin saya!." Ucap Dapa yang sebenarnya sadar bahwa Senja sedari tadi memperhatikan dirinya.

"Karena ganteng, jadi aku lihatin." Ucap Senja sembari tersenyum manis, ia sangat-sangat suka momen ini dan tidak akan melupakannya. Sejenak, rasa sakit itu sedikit terobati.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!