Minta Bantuan

Ibu Jun sepuluh tahun lebih muda dari ayahnya. Jarak usia yang jauh itu tentu saja membuat Jun bertanya-tanya mengapa sang ibu mau kepada ayahnya. Tetapi ia sedikit ragu untuk menanyakannya. Jun khawatir malah membuat ibunya marah. Karena selama ini Jun hanya sekedarnya saja bercakap dengan kedua orang tuanya. Jun lebih dekat ke bibinya.

"Bu, aku mau mengambil ujian percepatan agar bisa mendapat ijazah sarjana." Jun mulai mengatakan keinginannya.

Sang ibu menata piring di raknya. "Tumben. Ada apa?" tanya sang ibu lalu mengelap tangannya dengan handuk kecil.

Sang ibu kemudian keluar dari dapur. Jun pun mengikutinya. Keduanya lalu duduk di sofa ruang keluarga. Sedang sang ayah tampak belum pulang dari pelabuhan. Karena masih banyak pekerjaan yang harus segera diselesaikan.

"Aku ingin mendapatkan ijazah lalu bekerja di perusahaan ayah, Bu." Jun menjawabnya.

Sang ibu mengangguk. "Kau ingin jadi seperti ayah atau mengurus administrasinya?" tanya sang ibu lagi.

"Administrasi saja, Bu. Jadi aku lebih bisa menghitung pengeluaran dan pemasukan perusahaan perikanan kita," kata Jun lagi.

Sang ibu meneguk teh yang sudah disediakan di atas meja. "Ibu tidak masalah jika kau menginginkannya. Tapi jika ingin ikut ujian percepatan, setidaknya selama dua minggu harus fokus terhadap ujian. Kau sanggup?" tanya ibunya lagi.

Jun mengangguk.

"Baiklah. Besok ibu akan mengurus semuanya. Kau tenang saja." Sang ibu pun mendukung.

"Terima kasih, Bu. Jun sayang ibu."

Jun pun memeluk ibunya. Terlihat keduanya seperti kakak beradik saja. Ibu Jun masih terlihat muda dan juga cantik jelita. Tidak akan ada yang percaya jika ia adalah ibu dari seorang pemuda berusia dua puluh tiga tahun. Ibu Jun modis dan juga trendy. Ia seperti wanita sosialita masa kini.

Dua minggu kemudian...

Jun fokus menghadapi ujian percepatan agar bisa mendapatkan gelar sarjana. Sedang Sona berdiam diri di rumah sambil mengisi waktu dengan banyak membaca buku kesukaannya. Dan kini gadis cantik itu sedang bertutur sapa dengan ibu dan kedua adiknya. Mereka melakukan video call. Tentu saja penampilan Sona kali ini membuat ibu dan kedua adiknya pangling seketika.

"Kakak cantik sekali. Apakah kak Jun yang membiayai perawatannya?" tanya Yana tak sungkan lagi.

"Kak Sona, Mina mau dong dibelikan peralatan make up agar bisa berdandan," celetuk adiknya.

"Hei, sudah-sudah. Kalian ini banyak mintanya. Yang penting kak Sona sehat di sana. Dan kita juga sehat di sini. Bukankah begitu?" tanya ibu kepada kedua adiknya.

Sona tersenyum mendengar percakapan mereka. Ia merasa senang karena bisa melihat ibu dan kedua adiknya. Tapi di saat bersamaan terdengar suara bel rumah yang berbunyi. Sona pun berpamitan sebentar untuk membukakan pintunya.

"Ibu, adik, tunggu sebentar ya. Sona bukakan pintu dulu." Sona pun membiarkan video call itu terus berlangsung.

Sona lekas-lekas menuju pintu. Ia pun mengintip siapa gerangan yang datang. Dan ternyata, seorang pria yang ia kenal lah yang datang. Pria itu datang sendiri dengan mengendarai mobilnya. Sontak Sona tidak jadi membukakan pintu begitu mengintip siapa yang datang.

Astaga, Tito?!

Pria yang datang itu memang benar adalah Tito. Tito datang sendiri ke rumah Jun dengan mengendarai mobilnya. Tentu saja Sona segera melarikan diri dari ruang tamu lalu berjalan cepat ke ruang TV. Sona pun segera mematikan sambungan video call-nya. Ia lalu pura-pura tertidur di atas sofa. Ia khawatir jika ke lantai atas Tito akan melihatnya. Karena rumah Jun banyak kacanya. Sehingga bisa melihat ke dalam.

Terpopuler

Comments

Yuni Verro

Yuni Verro

nah kan

2023-03-03

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!