Bertemu Ayah Ibu

Ayah Jun menelepon seseorang lalu meminta dibawakan makanan. "Terkadang sulit memercayai seseorang untuk menyerahkan semuanya," tutur sang ayah lalu menghidupkan cerutunya.

"Ayah masih merokok saja." Jun pun duduk menjauh dari ayahnya.

Sang ayah menoleh ke putranya. "Dengan rokok ini ayah tidak terlalu menggubris kebawelan ibumu." Sang ayah tampak mengajak putranya bercanda.

"Hahaha." Jun pun tertawa. "Tapi bukannya semua perempuan itu jika sudah menikah akan bawel ya?" tanya Jun kepada ayahnya.

Sang ayah pun mengembuskan asap cerutunya.

"Dulu ibumu begitu anggun. Dia jarang berbicara dan mengeluarkan kata-kata. Dia terlihat pendiam sehingga ayah harus bersikeras untuk membuatnya bicara. Tutur katanya begitu sejuk untuk didengar. Ayah pun jadi terpesona padanya." Sang ayah mengingat akan kenangan masa lalu.

"Lalu bagaimana dengan sekarang, Yah?" tanya Jun lagi kepada ayahnya.

Ayahnya melirik tajam ke arah Jun. "Tak usah kau tanya lagi! Kau juga sudah tahu bagaimana ibumu!" Tiba-tiba saja raut wajah ayah Jun berubah. Yang mana hal itu membuat Jun tertawa sekeras-kerasnya.

Ayah Jun adalah seorang eksportir ikan segar. Ia bekerja sama dengan divisi kelautan negeri ini. Dan bukan hanya ikan saja yang dijualnya ke luar negeri. Melainkan lobster, udang dan kepiting.

Ayah Jun sengaja membeli beberapa ratus kilometer kubik area laut untuk dipeternakannya. Katakanlah jika budidaya laut itu berada di tangannya. Ia juga mempunyai banyak anak buah dan kapal pesiar sendiri. Ayah Jun merupakan orang terpandang dan kaya raya. Tetapi tetap saja di mata ibu Jun tidak ada apa-apanya. Sang ayah harus selalu mengalah kepada ibunya. Dan karena hal itulah Jun tertawa sekeras-kerasnya.

"Ayah, aku ingin bekerja di sini. Bisakah Ayah di rumah saja? Biar aku yang menggantikan Ayah?" celetuk Jun dengan seenak udelnya.

Saat itu juga sang ayah berdiri lalu memukul-mukul anaknya. "Dasar anak kurang ajar! Tidak tahu diri! Sudah dikasihani malah minta hati!" Pukulan sayang itu pun diberikan kepada putranya.

"Ampun, Ayah. Ampun! Aku hanya bercanda!"

Jun pun berusaha menghindari ayahnya. Sore ini keduanya bercanda sebelum memasuki obrolan penting. Jun akan membahas bidang pekerjaan di lautan bersama ayahnya. Ia bertekad untuk memenuhi kebutuhan Sona dengan bekerja. Dari hasil jerih payahnya sendiri dan tidak mempergunakan uang dari orang tuanya lagi.

Malam harinya...

Selepas menemui sang ayah, Jun segera menemui ibunya di sebuah perumahan terdekat pelabuhan. Tentu saja kedatangan Jun disambut suka cita oleh ibunya. Dan Jun pun segera mengutarakan tujuannya mengapa ia sampai datang jauh-jauh ke rumah ibunya yang berada di dekat pelabuhan. Tak lain tak bukan untuk meminta dukungan.

Jarak dari ibu kota ke pelabuhan muatan ikan sekitar dua jam perjalanan. Cukup jauh jika harus pulang-pergi dalam sehari. Sehingga karena hal itulah ayah dan ibu Jun membeli perumahan terdekat dari pelabuhan. Tak lain untuk menunjang pekerjaannya. Kebetulan ibu Jun juga seorang pejabat kelautan. Pekerjaannya tidak jauh-jauh dari apa yang dikerjakan ayah Jun. Tetapi Jun merasa heran saat melihat tidak ada pembantu rumah tangga di rumah ibunya ini.

"Bagaimana bisa di rumah sebesar ini tidak ada pembantunya, Bu?" tanya Jun kepada ibunya yang sedang mencuci piring, sehabis mereka makan malam bersama.

"Ibu masih bisa mengerjakannya sendiri. Jika ada pembantu nanti ayahmu malah jatuh cinta padanya," tutur sang ibu sambil membilas piringnya. Jun pun terkekeh mendengarnya. Ia segera teringat dengan Sona.

Terpopuler

Comments

Yuni Verro

Yuni Verro

bisa aja yah 😆

2023-03-03

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!