Sona ragu untuk menerima tawaran dari Tito. Tapi ia tidak enak hati karena Tito telah membayarkan iuran listriknya. Mau tak mau ia pun menerimanya.
Lantas keduanya berjalan bersama menuju parkiran. Tito pun membukakan pintu mobilnya untuk Sona. Sona pun segera masuk ke dalamnya. Keduanya melaju ke rumah Sona yang tak jauh dari sana. Di bawah sinar mentari yang menghangatkan menjelang siang.
Sementara itu di tempat pelatihan...
Jun tiba-tiba saja menerima pukulan keras dari lawannya saat berlatih tarung bersama. Tampak pemuda berkulit putih itu seperti kurang konsentrasi untuk menghindari serangan. Sang pelatih pun segera mendekatinya.
"Kau tak apa, Jun?" Teman berlatih Jun pun tak enak sendiri kepadanya.
"Tak apa." Jun tampak memegang pipinya.
Sang pelatih pun segera mengambil kendali. "Baik, latihan hari ini selesai. Kalian beristirahat dan asah kemampuan sendiri," perintah sang pelatih kepada anak didiknya.
"Baik, Kapten."
Para anak didik tempat pelatihan pun mengiyakannya. Setelah semuanya bubar, sang pelatih mendekati Jun.
"Kau baik-baik saja, Jun? Hari ini seperti kurang konsentrasi. Apa yang terjadi?" tanya sang pelatih yang tampak khawatir.
Jun mengusap-usap pipinya sendiri untuk menghilangkan rasa sakit. "Tak apa, Kapten. Mungkin hanya sedikit kurang tidur," jawab Jun sambil mengalihkan rasa sakit di pipinya.
Sang pelatih memberikan salep pereda sakit kepada Jun. "Apakah ada sesuatu yang kau pikirkan?" tanya sang pelatih kepada Jun.
Saat ditanya, saat itu juga Jun terdiam. Ia seperti bingung harus menjawab apa. "Mungkin hanya rindu rumah," timpal Jun ragu.
Sang pelatih pun tampak mengerti. Ia kemudian mengajak Jun untuk minum teh bersama. "Mungkin yang kau rindukan adalah isi rumahnya. Bukankah begitu?" Pelatih menerka apa yang dipikirkan oleh Jun.
Jun terdiam seketika. Tak bisa ia pungkiri jika memang merindukan isi dari rumah itu. Seorang gadis yang pernah mengisi rumahnya dengan ketulusan. Siapa lagi kalau bukan Sona seorang. Lantas Jun pun terdiam beberapa saat. Ia melemparkan senyuman. Saat itu juga sang pelatih mengerti kerisauan yang dialami Jun.
"Kau boleh pulang ke rumah. Sudah tiga minggu juga di sini. Temuilah apa yang menjadi pikiranmu." Izin pun akhirnya didapatkan oleh Jun.
Tanpa terasa sudah tiga minggu Jun tinggal di tempat pelatihan sejak meninggalkan rumahnya. Kontrak kerja Sona yang berakhir dengan pihak agensi, membuat Sona tidak bisa bekerja lagi. Sedang Jun merasa gengsi untuk memperpanjangnya. Alhasil Sona pun belum dapat pekerjaan kembali dalam sebulan ini. Ia masih menantikan panggilan selanjutnya.
Pada akhirnya Jun pun bergegas untuk kembali ke rumahnya. Pelatihan tiga minggu ini akan ia akhiri demi menemui Sona seorang. Jun pun seperti mendapat restu dari pelatihnya. Sehingga hal itu membulatkan tekadnya untuk menemui Sona. Tentu saja ia tahu di mana rumah Sona berada. Jun telah mengetahuinya dari data pribadi Sona sendiri. Dan Jun akan segera ke sana.
Belasan menit kemudian...
Sona baru saja sampai di depan rumahnya. Tito pun memerhatikan rumah Sona tersebut. "Kau tinggal di sini?" tanya Tito kepada Sona.
Sona mengangguk.
"Apakah lain kali aku boleh mampir ke sini?" Tito bertanya lagi kepada Sona.
Sona tersenyum. "Silahkan." Sona pun mengiyakannya.
"Hm, baiklah kalau begitu." Tito membalas senyuman Sona.
Tito merasa senang karena mendapatkan izin dari Sona. Ia kemudian berpamitan yang disambut lambaian tangan dari Sona. Dan entah mengapa saat itu juga terasa berat baginya untuk meninggalkan gadis ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments