Ditanya seperti itu oleh Ega, tentu saja Erina merasa terkejut. Pasalnya ia belum siap untuk menjadi seorang Nenek. Ia merasa masih muda dan cantik. Sepertinya untuk menjadi seorang Nenek itu terlalu cepat untuk Erina.
Begitu pun juga dengan Ega, ia belum siap menjadi seorang Kakek. Usia Emil pun masih terlalu muda untuk mempunyai seorang anak, Ega berharap jika Emil menggapai cita-citanya dulu baru memikirkan masalah anak.
Sedangkan Boy, saat Ega mengatakan masalah anak. Pikirannya langsung mengarah pada proses pembuatannya. Ia jadi teringat saat tadi mencium Emil, tangan nakalnya hampir saja menyentuh balon helium milik Emil.
Boy tadi hampir lepas kontrol, untung saja suara petasan banting membawakan kembali ke alam sadarnya.
"Aku belum siap jadi nenek Aa, nanti dulu punya anaknya," ucap Erina.
"Makanya, jangan biarin mereka bercocok tanam dulu. Nanti kalau benih udah tersebar gimana coba. Nanti kita bakal panen cucu," ucap Ega. Emil yang memang kurang paham dengan pembicaraan mereka pun memilih untuk memejamkan mata saja. Apalagi kepalanya masih terasa berdenyut ditambah ucapan kedua orangtuanya membuat Emil menjadi semakin pusing saja.
Melihat Emil yang menutup matanya, mereka semua pun pergi keluar dari kamar Emil dan membiarkannya beristirahat. Padahal dalam hati, Boy ingin sekali menemani istrinya yang sedang sakit itu. Namun, itu tidak mungkin karena Ega sang papa mertua tidak akan pernah mengijinkan hal itu. Jadi, Boy memilih untuk bersabar saja. Sebaiknya untuk saat ini ia juga fokus pada kuliahnya yang sebentar lagi selesai. Ia harus cepat-cepat bekerja karena kini ia sudah mempunyai seorang istri yang harus ia biayai dan juga menjadi tanggung jawabnya
Saat turun dari tangga, Emran mengikuti Boy dari belakang, sebelum Boy pergi Emran ingin mengatakan sesuatu kepada kakak dari sahabat sekaligus adik iparnya. Sebenarnya Emran ingin bertanya banyak pada Boy, akan tetapi ia berusaha menahannya karena masih ada Ega di rumah. Ia takut jika Ega bisa mendengar percakapan mereka dan akan menjadi masalah yang baru dan besar lagi. Emran tidak mau itu terjadi.
"Kak Boy," panggil Emran dan kemudian menghampiri Boy.
"Kenapa?" jawab Boy, baru saja ia akan keluar tetapi Boy mengurungkan niatnya, karena mendengar suara Emran yang memanggilnya.
"Lain kali bibirnya dijaga, suruh disiplin" bisik Emran.
"Apa!"
Mendadak wajah Boy menjadi pucat, karena ia takut jika Emran nanti akan memberitahukan hal ini kepada Ega. Bukan Boy takut untuk menghadapi Ega, tetapi Boy takut jika ia akan dijauhkan dengan Emil ditolak oleh Ega. Dan Boy tidak siap jika hal itu terjadi. Karena sepertinya hati Boy sudah terbawa sepenuhnya kepada Emil.
Boy sudah menerima Emil menjadi istrinya, dan menambatkan nama Emil di hatinya. Dengan kata lain, Boy sudah mencintai Emil. Entah sejak kapan tapi yang jelas, Boy memiliki perasaan yang lain kepada Emil.
Saat sedang beradu dengan pikirannya sendiri, tiba-tiba ada seseorang yang mengucapkan permisi di depan rumah Ega. Boy dan Emran pun melihat ke arah luar. Dan terlihat jika di depan ada Satria yang sedang berdiri ke arah rumah sambil memencet bel, Satria juga terlihat membawa beberapa makanan yang pastinya itu untuk Emil.
Pahlawan masa lalu itu pasti tahu jika Emil sedang sakit dan hendak menjenguknya. Namun, Boy sebagai suami yang mencintai istrinya. Tidak akan membiarkan ada pria lain yang mendekatinya.
"Itu ada tamu, kenapa gak dibuka siih emang siapa yang datang, perasaan Mamah gak punya hutang kreditan panci?" tanya Erina.
Ega pun kemudian melihat siapa yang datang mengganggu siang-siang, hingga jadwal minum susu siang hari harus ditunda gara-gara suara bel yang berisi k.
"Astaghfirullah, itu Tinky Winky lagi ngapain!"
***
Dukung terus novel ini ya 😘😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Keser Galby
maaf vote nya aku kasih d sini y thor ....soalnya anak ayam udah ku kasih Minggu kemaren🤭🤭
2023-02-13
1
Mamh Rahma
mau ngjengukin poh
2023-02-12
1
Defi
Mau reunian Pa, Lala sama Po nya mana 😅🤣
2023-02-12
2