"Loh... loh ada apa ini ribut - ribut?" tanya Beni dan langsung menghampiri putrinya yang sedang mencoba bangun gara-gara terjatuh tadi. Ia terlihat mengusap pinggangnya yang terasa sakit gara-gara terjatuh.
"Biasa Tom & Jerry lagi rebutan keju," jawab Ega.
"Sejak kapan kucing makan keju?" tanya Emran sambil melangkahkan kakinya dan melanjutkan mengeluarkan motornya yang baru keluar setelah body itu.
"Sejak bakul nasi sama es bon-bon tetanggaan dan beranak pinak," jawab Ega, sambil mengusap-usap mobilnya dengan kanebo.
"Bintang, ayo cepetan berangkat. Itu titisan corong merah kenapa belum keluar?" tanya Beni.
"Es batunya belum beku kali?" jawab Bintang asal.
"Mau bareng Papa aja atau sama Emran nih jok nya kosong tuh," tunjuk Beni pada motor Emran.
"NGGAK!!!" jawab Bintang dan Emran bersamaan, hingga para Papa ganteng geleng-geleng kepala melihatnya.
"Ya udah, aku berangkatnya sama Papa aja sekarang." Bintang pun kemudian pergi meninggalkan Emran di sana. Namun, Emran malah menjulurkan lidahnya pada Bintang membuat Bintang semakin kesal. Tapi Beni dan Ega yang memang sudah terbiasa dengan mereka yang kadang akur kadang tidak, sama sekali tidak mempedulikannya. Selama mereka tidak bergulat mereka akan membiarkannya.
Saat hendak menjalankan motornya, Emran melihat Sachi keluar dari pintu pagar rumahnya. Gadis itu terlihat sangat cantik di mata Emran, hingga entah ada angin dari mana Emran ingin sekali menggodanya. Padahal sebelum-sebelumnya ia tidak pernah ingin menggoda perempuan. "Ehh ada Neng cantik, mau bareng Aa gak?" goda Emran pada Sachi, hingga Ega mendadak mual melihat kelakuan anaknya.
"Enggak makasih, aku berangkat naik taksi aja." tolak Sachi, dan hanya melihat Emran sekilas.
"Naik taksi mah mahal, mending naik motor Aa gratis cuma dibayar pake segenggam cinta sejumput rindu dan jangan lupa beri taburan sayang, jiaaaaahhh...." gombal Emran sambil tertawa. Rupanya sifat tengilnya menurun dari Erina.
"Gak makasih!" ketus Sachi, Ega dan Beni serta Bintang menertawakan Emran yang sudah gagal menggoda anak dari Mentari pagi itu.
"Woahhh galak bener, anak siapa sih?" tanya Emran tapi akan tetapi Sachi tidak menjawab ucapan dan terus pergi meninggalkan Emran yang menatapnya tak percaya. Karena selama ini ialah yang selalu digoda oleh para gadis. Dan baru pertama kali ia belajar menggoda seorang gadis, ia malah diacuhkan begitu saja. Membuat harga dirinya yang setinggi pohon jambu itu jatuh tak bersisa.
"Dia anaknya Marimar sama Louis Fernando, yang mempunyai cahaya seterang Mentari pagi," jawab Ega sambil tertawa mengejek putranya.
"Seterang Mentari apa, yang ada segelap gerhana dia!" kesal Emran, setelah mengomel tidak jelas akhirnya ia pun pergi berangkat ke sekolah dengan perasaan kesal.
Tak lama setelah Emran pergi Rafa pun terlihat mengeluarkan motornya. "Rafa!" panggil Bintang sambil menghampiri Rafa.
"Gak jadi berangkat sama Papa?" tanya Beni.
"Nggak, naik motor bareng Rafa aja," jawab Bintang.
"Ya udah, Papa berangkat dulu," jawabnya, Bintang pun mengangguk dan mengiyakan. Beni dan Ega kemudian berangkat kerja.
"Moy, Aa berangkat ya!" teriak Ega dari luar.
"Iya Aa ganteeeeeng!" jawab Erina dari dalam yang sedang sibuk menjalankan tugas istri Solehah. Meskipun di rumahnya ada pelayan, tapi Erina tetap menjalankan tugasnya sebagai istri.
"Ayo!" ajak Bintang.
"Nah yang kaya gini, yang bikin kontrak jomblo aku jadi panjang, gara-gara bawa titisan es bon-bon tiap hari jadi gak ada yang mau deketin aku," protes Rafa, Bintang pun berdecak sebal pada sahabat masa kecilnya ini.
"Tenang aja gak usah khawatir kalau sampe gak ada yang mau jadi pacar kamu. Aku bakalan tanggung jawab," jawab Bintang, sambil naik ke motor Rafa tanpa mempedulikan ocehan Rafa.
"Tanggung jawab kaya apa, Taaang?"
"Aku bakal jadi pacar kamu nanti," ucap Bintang.
"Oke deal! Lumayan daripada jadi jomblo akut," jawab Rafa dan kemudian menjalankan motornya untuk pergi ke sekolah.
*
*
*
Setelah mendapatkan ciuman dari Boy, degup jantung Emil menjadi tidak beraturan. Ia terus saja mengingat dimana bibir manis suaminya menempel dengan bibirnya. Dan rasa itu membuat Emil menjadi ketagihan begitu pun dengan Boy. Hingga mereka terus berciuman di dalam mobil tadi, untung saja mereka tidak terlambat datang ke sekolah dan ke kampus karena mereka masih sadar akan waktu dan juga batasan.
Meskipun sebenarnya tubuh mereka berdua menginginkan hal yang lebih dari Itu. Namun, mereka berdua masih bisa menahannya.
"Mil, ngelamun terus dari tadi," tanya Bintang, kini mereka berdua tengah berada di dalam kelas dan sedang menunggu guru untuk datang mengajar.
"Aku gak ngelamun, tapi aku lagi mikirin sesuatu." jawab Emil.
"Sesuatu apa?" tanya Bintang penasaran.
"Pokoknya ini sesuatu yang bikin aku bahagia," Emil terus tersenyum membayangkan kejadian tadi saat dengan Boy didalam mobil.
"Gak asik ah, gak mau berbagi kebahagiaan," Bintang mengerucutkan bibirnya. Namun, Emil malah tertawa dan tak lama setelah itu guru pun masuk kedalam kelas dan memberikan pelajaran.
*
*
*
Di kampus
"Akhir-akhir ini rajin banget berangkat pagi?" tanya Romi pada Boy.
"Lagi pengen aja, sekalian anterin adik ke sekolah," jawab Boy. Kemudian ia pun mulai membuka laptopnya, sebenarnya ia ingin menghindari pertanyaan dari Romi.
"Hai Boy," sapa seorang mahasiswi cantik yang selama ini semua orang tahu jika ia memang menyukai Boy. Namun Boy sama sekali tidak pernah tertarik padanya.
Bukannya menjawab, Boy hanya melihatnya sekilas saja. Shella, gadis cantik yang selalu ingin menjadi kekasih Boy sayangnya keinginannya itu tak pernah diindahkan oleh Boy. Boy tidak suka pada perempuan yang terlalu mengekspresikan perasaannya kepada laki-laki. Karena pada hakikatnya laki-laki lah yang harusnya mengejar perempuan. Setidaknya itulah yang ada dalam pikiran Boy.
Akan tetapi untuk Emil, sepertinya pemikiran itu adalah pengecualian. Itu terbukti karena Emil yang terlihat dominan mendekati Boy. Tapi nyatanya itu tidak membuat Boy merasa terganggu. Malah seperti ada sebuah magnet yang menariknya untuk mendekat pada Emil.
"Boy, aku bawain sarapan loh buat kamu,"
"Aku udah sarapan, kamu makan aja," jawab Boy dingin, sikap Boy yang selalu dingin itu selalu membuat Shella sedih. Ingin sekali Shella bisa membuat Boy tersenyum padanya. Tapi itu adalah hal yang sangat sulit. Bahkan semua pemberian dari Shella Boy selalu menolaknya.
"Tapi..."
"Aku masuk duluan ya," ucap Boy sambil membereskan barang-barangnya, dan pergi meninggalkan Sheila dan juga Romi.
Terdengar helaan napas panjang dari Shella, tapi Boy tidak mempedulikannya. Ia juga tidak mau memberikan harapan padanya terlebih kini ia sudah menikah dengan Emil.
***
Dukung terus novel ini ya dengan like dan juga komentar serta gift dan vote 😚😚😚
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Nairaden Korta
ya iyalah boy,,masak emil doang yg gak blh deket sm laki"lain kmu juga dong gimana sih
2023-02-27
0
Erlangga Saputra
Boy Harus Setia sm pasangan.suami idaman banget
2023-02-25
0
Dody Dodi
cerita Ega SMA Erina di judul yg mna Thor
2023-02-10
0