Bab 18

Hingga sampai di sekolah, Sachi dengan sengaja tidak melepaskan pelukannya pada Emran. Dan itu semua membuat semua orang yang ada di sekolah menyangka jika mereka kini sudah menjadi sepasang kekasih. Dan hari itu menjadi hari patah hati bersamaan bagi para siswi di sekolah itu.

Emran masuk ke dalam dengan wajah yang ditekuk kesal, karena pagi ini ia sudah dipersulit oleh lebah kecil anak tetangganya. Rafa yang melihat Emran terlihat badmood pun bertanya padanya.

"Kenapa sih, mukanya bete banget?" tanya Rafa.

"Gimana gak badmood, orang pagi-pagi udah kena fitnah anak lebah!" kesal Emran sambil menghela napas kasar.

"Anak lebah mana, yang di rumah apa yang di sekolah?" tanya Rafa lagi penasaran.

"Dia ada di rumah dan juga di sekolah, pokoknya dia ada dimana-mana. Nyebelin, apalagi kalau udah bunyi nging-ngeng nging-ngeng kesel pokoknya!"

"Anak lebahnya lagi main mobil-mobilan kok bunyinya gitu?" Rafa masih heran pada sahabat kecilnya ini. Sedangkan Emran, jangan tanyakan bagaimana keadaan otaknya. Karena mungkin kini isi kepalanya itu sudah matang saking panasnya. Akibat dari kelakuan dua tetangganya, yaitu sahabat dan yang satu hanya tetangga.

"Udahlah, pusing ngomong sama corong merah. Ujung - ujungnya malah ngomongin es batu!"

"Salah! Aku malah mau ngomong tadi ada coklat digoreng!" jawab Rafa sambil tertawa terbahak-bahak, gara-gara mengingat coklat goreng yang ia lihat tadi malam di video uji mental itu.

"Astaghfirullah, kuatkan kesabaran hamba-Mu ini," ucap Emran sambil menengadahkan kedua tangannya.

*

*

*

Saat waktu istirahat tiba, Satria mencoba mencari Emil. Karena biasanya gadis pujaan hatinya itu selalu ada di sekitar kantin sekolah. Namun, siang ini ia tidak melihat dimana gadis cantik itu berada. Satria hanya melihat Bintang dan Sachi yang ia tahu adalah anak baru di sekolah ini.

Karena merasa penasaran dengan keberadaan dari Emil, Satria pun memutuskan untuk menanyakan keberadaan Emil pada Bintang saja.

"Tang!" panggil Satria, mendengar namanya dipanggil oleh pahlawan masa lalu ini. Bintang mendelik kesal, pasalnya ia sangat tidak suka jika ada yang memanggilnya dengan menyebut bagian akhir namanya. Ia selalu merasa menjadi alat perkakas atau juga sebagai kaca mata pelindung balon helium.

"Apa sih! panggil yang bener bukan Tang ... Tang ... kesel tahu!" Bintang terus ngedumel pada Satria. Hingga Satria pun menggaruk kepalanya yang tidak gatal itu.

"Maaf ... maaf, aku cuman mau tanya. Emil dimana?" tanyanya.

"Gak masuk, dia lagi sakit," jawab Bintang ketus.

"Sakit? Beneran?" tanya Satria khawatir mendengar pujaan hatinya sakit.

"Ini muka ada tampang pembohong gak?" tanya Bintang. Satria pun langsung menggelengkan kepalanya.

"Ya udah, makanya percaya aja. Atau kalau masih gak percaya tanya aja tuh sama Kakaknya Emran, ataaaauuuu jika masih belum percaya, tanya aja sama bintang-bintang di langit. Ehhh salah! Maksudnya datang aja ke rumahnya, barangkali mau sekalian ketemu sama Papa Ega," ucap Bintang sambil tertawa. Karena ia sangat tahu jika Satria berhati Tinky Winky ini, sangat takut pada Ega.

Baru mendengar nama Ega saja, nyali Satria langsung menciut. Pasalnya kesan pertama bertemu dengan Ega saja membuat Satria panas dingin, dan itu masih terasa di saat Satria mengingat kejadian waktu itu. Dan sekarang dengan sengaja Bintang malah mengucapkan nama Ega di hadapan Satria, membuat hati Satria mendadak tidak tenang dan juga jantungnya pun terasa bergeser dari tempatnya.

"Gak usah ... aku percaya, mudah-mudahan Emil cepet sembuh," ucapnya kemudian ia pergi meninggalkan Sachi dan Bintang yang tengah makan di kantin sekolah.

"Kok dia takut banget sama Om Ega?" tanya Sachi, ia melihat Satria tidak banyak tanya saat mendengar nama Ega disebut.

"Semua orang juga takut sama Om Ega, jangankan orang, kodok aja pas mau loncat liat Om Ega lewat langsung jongkok sambil tutup mata," jawab Bintang.

"Masa iya sih?" tanya Sachi yang memang belum tahu siapa Ega. Karena ia adalah anak baru di kompleks itu. Sedangkan Bintang, ia sangat sudah sangat tahu siapa Ega. Karena bahkan ia sudah mengenalnya dari saat Bintang masih berbentuk kecebong. Dimana saat Bella hamil, Beni lah yang mengidam dan merepotkan Ega dan juga Raga. Trio Bbc merasa kesulitan waktu itu, karena permintaan Beni yang selalu merepotkan semua orang.

"Beeuuhh, pokoknya kamu mesti tahu Om Ega itu kalau ngomong kaya petasan banting, meledug pokoknya!" Bintang berbicara dengan semangat sedangkan Sachi, ia hanya menjadi pendengar setia dari Bintang saudara tirinya.

Emran yang tidak terima dengan gosip di sekolah, yang menyatakan jika ia dan Sachi pacaran langsung menghampiri Sachi. Berharap gadis tetangganya itu memberikan klarifikasi pada semua siswa tentang hubungan mereka.

Tapi anehnya, Sachi sama sekali tidak merasa terganggu dengan pemikiran warga sekolah yang mengira jika mereka berdua pacaran. Ia bersikap cuek saja dan tidak peduli pada orang-orang di sekolahnya yang terus membicarakannya dengan Emran.

"Hachiko ... " Panggil Emran, Sachi yang sedang mengobrol dengan Bintang pun melihat ke arah Emran yang sedang berjalan menghampirinya.

"Kenapa?" tanya Sachi, tanpa memberitahu lagi jika namanya itu Sachi bukan Hachiko. Ia sudah bosan mengingatkan centong nasi ini. Karena meskipun sudah diingatkan beberapa kali tetap saja, Emran tidak mau mendengarnya. Dan memanggilnya dengan nama yang ia suka saja.

"Kamu bilang sama yang lainnya kalau kita itu gak pacaran, aku ini masih jomblo bahagia," jelas Emran. Namun, Sachi malah memutar bola mata malas.

"Buat apa ngejelasin semuanya sama mereka, aku males. Buang-buang waktu aja," jelas Sachi yang acuh dan malah meminum es teh manisnya saja.

"Ehhh, ini anak tawon susah bener dibilanginnya. Atau jangan-jangan kamu emang suka sama aku yang ganteng ini ya. Ayo ngaku?" tanya Emran tapi Sachi masih bersikap tidak peduli padanya.

" Aduh gak nyangka nih titisan Marimar suka sama Aa Emran yang ganteng, kenapa gak bilang aja dari kemarin-kemarin sih. Kalau kamu itu suka sama aku, kalau aja dari dulu kamu bilang suka sama aku. Aku pastiin cinta kamu aku tolak! Kita End sebelum mulai!" ucap Emran dengan percaya dirinya.

Namun, bukan Sachi namanya jika ia peduli dengan ucapan -ucapan Emran. Sachi sama sekali tidak peduli dengan ucapan dari putra mahkota bakul nasi itu. Karena menurutnya, Emran memang suka bicara asal dan selalu mengada-ada. Dan satu poin penting yang Sachi tahu, jika bicara dengan Emran itu ia harus bisa menerima konsekuensinya. Karena apapun yang akan Sachi jelaskan, Emran akan tetap dengan pemikirannya. Jadi percuma saja menjelaskan panjang kali lebar pada centong nasi ini, jika hasilnya akan tetap sama saja.

"Emang siapa juga yang suka sama kamu? Kaya gak ada cowok normal lainnya aja. Jangan karena aku meluk kamu tadi, kamu pikir aku suka sama kamu. Aku peluk kamu itu karena aku gak suka disamain sama ulat bulu, itu aja kok. Jadi jangan ge er nya centong nasi!" setelah mengatakan itu pada Emran, Sachi pun pergi meninggalkan kantin karena malas menjadi tontonan orang-orang di sana.

"Ehh dasar, Hachiko!!!"

Visual Bintang

Terpopuler

Comments

Mamaheazkia Azkia

Mamaheazkia Azkia

bintang di langit yang biru cantik 😍😍 titisan es bon bon 😁

2024-06-14

0

Dewi Humaira

Dewi Humaira

bintang cantiknya

2024-06-11

0

Mamh Rahma

Mamh Rahma

visual bintang chantik

2023-02-12

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!