Boy yang panik langsung bergegas bersiap menjemput Emil ke sekolah. Saking paniknya jantung dan ginjal Boy bahkan sampe pegangan karena tegang, takut istri dadakannya mengadu pada sang Papa mertua yang sangat menakutkan itu. Bahkan bicaranya saja mirip petasan banting, bagaimana kalau sampai ia marah, mungkin suaranya akan mengalahkan suara kereta api yang tengah berguling-guling. Situasi ini sungguh sangat gaswat.
Namun, baru saja Boy keluar rumah dan hendak masuk ke dalam mobilnya. Terlihat Emil diantar pulang oleh seseorang menaiki sebuah motor sport yang cukup keren, Boy berharap yang mengantar istrinya pulang itu, wajahnya tak seindah motornya. Tapi ternyata harapan Boy tidak terkabulkan, karena si pengemudi motor itu rupanya sangat tampan. Tapi Boy lebih tampan dan lebih matang, Emil pasti suka yang lebih matang daripada yang seumuran, Boy menghibur hatinya sendiri karena Boy belum siap menjadi duda dadakan.
"Emil!" panggil Boy, tapi Emil pura-pura tidak mendengarnya. Ia masih kesal pada Boy yang meninggalkannya begitu saja. Bisa-bisanya Boy sudah sampai duluan di rumah, dan meninggalkan Emil sendirian menunggu di sekolah. Dasar jahat pikir Emil.
"Satria makasih ya, udah anterin aku pulang." ucap Emil.
"Sama-sama, kalau kamu mau. Aku siap antar jemput kamu kok," ucap Satria. Ia berharap jika Emil mengiyakan ajakannya, Satria akan sangat bahagia jika itu sampai terjadi. Karena dengan begitu cinta Emil akan semakin dekat, pikir Satria.
"Nanti aku kabarin lagi ya, kalau aku minta jemput. Soalnya kan ada A Emran," jawab Emil, Boy masih menyimak obrolan Satria Baja Hitam dengan Emil. Boy ingin bicara dan minta maaf pada Emil, akan tetapi ia masih menunggu Satria pahlawan masa lalu itu pergi.
Setelah beberapa saat mereka mengobrol, Satria pun pulang kembali ke markasnya eh tidak maksudnya ke rumahnya. Melihat pahlawan masa lalu itu pergi, Boy pun pergi menghampiri Emil untuk meminta maaf. Emil yang melihat Boy menghampirinya pun langsung mendelik kesal pada titisan Marimar itu.
"Emil!" panggil Boy. Emil ingin memarahi suaminya itu, tapi ia tidak mau jika suaranya terdengar oleh Erina, Mamahnya. Jadi yang Emil lakukan adalah tersenyum manis ke arah Boy, walaupun sebenarnya tangannya ini gatal ingin mencekik pisang gantung milik Boy, seandainya bisa ingin Emil cekik sampai pisang gantung itu pingsan.
"Eh Kak Boy, ada apa ya kak?" tanya Emil dengan senyuman manis di bibir cantiknya.
"Emil, maafin Kakak tadi. Kakak lupa jadi ... Kakak langsung pulang dan gak jemput kamu ke sekolah," ucap Boy menyesal.
"Apa! Lupa? Kok bisa?" tanya Emil geleng - geleng kepala. Bisa-bisanya Boy lupa menjemputnya padahal mereka sudah janjian tadi pagi. Ya ampun, tadinya Emil yang mau mencoba mengerti Boy tidak menjemputnya. Karena mungkin Boy sibuk atau ada sesuatu yang sangat penting jadi ia tidak sempat. Tapi Boy malah mengatakan jika ia lupa, astaga Emil tidak terima.
"Maaf," ucap Boy yang memang tidak bisa berkata - kata lagi. Ia memang salah, bahkan sangat salah. Jadi jika Emil marah Boy akan terima, asal jangan mencekik pisang gantung milik Boy saja. Boy tidak mau terjadi sesuatu pada benda keramat miliknya itu. Karena jika sampai pisang gantungnya itu dicekik Emil, Boy takut oleh pisangnya akan muntah-muntah.
Mendengar ada suara berisik diluar, Erina pun menghampiri anaknya yang ternyata sedang mengobrol dengan menantunya. Mengingat ia sudah punya menantu, Erina langsung memandang cermin, dan melihat wajahnya yang ternyata masih sangat cantik itu
"Liat muka Boy, kok aku serasa jadi tuir ya," gumamnya.
"Emil ... Boy, ngapain kalian di luar ayo masuk." titah Erina. Ia tidak mau jika ada orang yang melihat pasangan pengantin baru, yang menikah semalam ini. Emil pun kemudian masuk diikuti oleh Boy. Ingin sekali Emil menyuruh Boy pulang, akan tetapi itu akan memperlihatkan pada Erina jika mereka sedang ada masalah di hari pertama menjadi suami istri.
Emil yang merasa haus pun, pergi ke dapur dan Boy pun mengikutinya. Emil berdecak sebal karena Boy mengikuti Emil. Namun, kekesalannya masih Emil tahan, demi kedamaian rumah tangganya.
Saat Erina tidak terlihat lagi, baru Emil mengeluarkan suara yang tertahan namun menekan. "Pergi pulang sana!" bisik Emil namun penuh penekanan.
"Gak, maafin Kakak dulu. Baru Kakak pulang," jawab Boy. Mendengar Boy meminta maaf padanya. Emil malah semakin kesal, enak saja sudah membiarkannya menunggu sampai satu jam lebih, apalagi cuaca di luar sangat panas. Emil tidak akan memaafkannya semudah itu.
"Gak, gak bakal aku maafin pokoknya. Kak Boy udah bikin aku kesel, aku kepanasan disana aku kesiksa tahu! Untung aja aku gak jadi udang goreng!" Ucapan Emil benar, Emil memang kepanasan disana. Boy pun menyadarinya, karena melihat wajah Emil yang masih memerah karena kepanasan.
"Iya makanya Kakak minya maaf, kita baru nikah semalam. Kakak lupa kalau Kakak udah punya istri," ucapan Boy, bukannya membuat kekesalan Emil mereda akan tetapi membuat kekesalan Emil semakin bertambah.
Lupa katanya? Sungguh kata-kata yang membuat Emil ingin menelan suaminya sekarang saja. Bahkan otak kecil Emil pun masih mampu mengingat jika mereka sudah menikah. Apa kabar dengan Boy, yang terkenal dengan kepintarannya dan ia malah mengatakan lupa jika sudah menikah.
"Amazing banget bilang lupa, terus berarti tadi kalau ada janda bohay yang ngajakin kenalan. Kak Boy bakal ngaku perjaka gitu!" kesal Emil.
"Emang Kakak masih perjaka, kok!" ucap Boy, karena meskipun mereka sudah menikah mereka dilarang ehem-ehem dulu, bukan.
"Ishh, maksud aku bukan itu. Jadi maksudnya kalau ada yang ngajak Kakak kenalan, terus Kakak bakal ngaku-ngaku bujang gitu?"
"Enggak!" bantah Boy, karena memang jika ada yang bertanya padanya tentang status, maka Boy akan mengatakan jika ia sudah menikah.
"Kok aku makin kesel ya, udah ah sana Kakak pulang!"
"Maafin Kakak dulu baru Kakak pulang,"
"Enggak!"
"Ya udah, Kakak diem aja dulu di sini. Kalau perlu Kakak ikut kamu ke kamar. Kita kan udah suami istri," goda Boy, hingga wajah titisan bakul nasi ini jadi merah merona. Otak kecil Emil kembali bertraveling mengingat kembali roti sobek milik Boy.
"Nggak boleh! Kakak jangan ikut ke kamar," ucapnya
'Ya ampun, otak aku jadi kemana-mana. Aku jadi bayangin roti sobeknya Kak Boy sih, aaahhh aku anak baik bukan anak mesum. Aku gak boleh mikir yang aneh-aneh,' batin Emil.
Saat mereka sedang berada dalam pikirannya masing-masing. Orang yang Boy takuti muncul di belakangnya. Ega pulang kerja lebih awal karena ia merasa sangat lelah. Ia lelah karena semalam kurang tidur, karena semalam ia baru saja menikahkan putrinya dengan titisan Marimar.
"Ehhh ada Dipsy ... Mau main sama Lala?" tanya Ega pada menantunya.
*****
Unncchhhh mulut bakul nasi emang luar biasa, sabar ya Boy 😚😚😚
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Dewi Humaira
jadi mantu bakul nasi harus siap mental
2024-06-11
0
Dewi Anggya
😂😂😂
2023-12-27
0
NaNim24
Aduh,,,,selalu aj ngakak d tiap bab ny.
Kenapa ini Ega jd bawa keluarga Teletubbies gini 🤣🤣🤣
2023-05-25
0