Viona memarkir mobil yang ia kendarai di luar gerbang rumah. Dia tidak mau membuat suara gaduh di malam hari. Ia turun dan tergesa berlari masuk ke dalam ingin mengambil barang-barang dan kabur menjauh dari orang-orang yang berniat jahat padanya.
Namun, Viona mematung mendengarkan setiap pembicaraan Ronald dan Louis di balik telepon. Ia tidak bisa mempercayai atas apa yang ia dengar hari ini. Keluarganya, terutama Ayah dan Ibunya berniat kembali memberikan dia kepada Louis saat kembali nanti.
"Sebenarnya siapa aku? Apa aku anak kalian atau bukan?" pertanyaan itu pun lolos dari bibir mungilnya. Pertanyaan yang sedari dulu ingin ia tanyakan kepada kedua orang tuanya, tetapi tidak pernah berani berkata karena takut jika mereka marah dan menyiksanya.
Tapi kali ini, Viona memberanikan diri menanyakan itu semua. Semua perlakuan Ronald maupun Natalie terkesan seperti keluarga tiri.
"Viona, kau ada di sini? Ayo masuk." Ronald pun kaget jika Viona kembali ke rumahnya. Dan ponselnya masih tersambung dengan Louis.
"Aku bertanya siapa aku sebenarnya? Apa aku ini anak kalian atau bukan?" dari nada bicara Viona sudah tidak selembut dulu. Kali ini terdengar tegas dan tinggi.
"Apa yang kau katakan, Viona? Jelas kamu itu anak ayah dan ibu. Tidak mungkin jika kamu anak orang lain," balas Natalie sempat melirik Ronald sejenak.
"Anak kalian? Aku anak kalian? Tapi kenapa perlakuan kalian seakan menunjukkan jika aku ini hanyalah anak tiri? Anak yang tidak pernah diharapkan keberadaannya di keluarga ini. Aku anak siapa, Ayah, Ibu? Jawab!" sentak Viona sembari mengepalkan kedua tangannya. Ia menatap penuh penjelasan pada kedua orang yang ada di hadapannya.
"Nak, kemari 'lah! Kita bicara baik-baik." Ronald mendekati hendak meraih tangan Viona. Dia tidak akan membiarkan Viona pergi lagi dan tidak akan memberikan kepada Louis.
Viona tersenyum sinis, dia pun mundur menghindari Ronald maupun Natalie.
"Aku tidak butuh perkataan baik-baik dari kalian! Aku butuh sebuah penjelasan siapa aku yang sebenarnya? Jawab! Siapa aku?"
"Kau itu kenapa tiba-tiba menanyakan siapa dirimu? Kau ingin tahu sia kau yang sebenarnya? Maka jawabannya adalah ..."
"Elsa!" sentak Ronald menatap tajam Elsa yang kebetulan keluar dari kamarnya ketika mendengar suara keributan di depan.
"Kenapa Ayah? Ayah tidak ingin memberitahukan siapa dia yang sebenarnya? Bukankah ini saatnya Viona harus tahu jika ternyata selama ini dia bukanlah anak kandung Ayah ataupun Ibu."
Deg ....
Terkejut, sudah pasti. Kecewa, iya. Tak percaya, itu memang yang dirasakannya.
"Apa maksud kamu, Elsa? Tidak mungkin jika aku bukan anak kandung ayah dan ibu?" padahal Viona menanyakan siapa dirinya, tapi ia masih tidak percaya.
"Kau itu hanyalah anak tiri, anak pungut yang Ayah ambil di depan gerbang. Kau bukan keluarga kandung kita, tapi kau hanya orang asing yang tidak tahu asal-usulnya." Elsa mengungkapkan siapa Viona sebenarnya, ia sudah muak bersembunyi di balik semua sandiwara yang selama ini ia jalani.
Viona menggelengkan kepalanya masih dan mempercayai perkataan Elsa. Ia menatap Ronald dan Natalie silih berganti, sorot matanya pun meminta sebuah kejelasan mengenai semuanya. Matanya sudah berkaca-kaca dan mungkin saja sebentar lagi akan meluncur bebas membasahi pipi.
"Benar itu, Ayah, Ibu? Benar kata Elsa jika aku ini bukan anak kandung kalian? Jadi selama ini perlakuan kalian yang selalu membandingkan ku, yang selalu memperlakukanku tidak baik, itu karena memang aku bukanlah anak kalian?" sakit, kecewa, marah, dan tentunya tidak percaya pada kenyataan yang ia dengar.
"Iya, kau memang bukan anak kami. Kau itu memang anak pungut yang ada di depan rumah kami. Lalu, kau mau apa, Viona? Jadi jangan menolak apapun permintaan kita. Anggap saja itu semua sebagai utang Budi atas jasa kamu membesarkanmu selama ini." Dan sebuah pengakuan pun keluar dari mulut Natalie karena ia juga tidak bisa lagi menyembunyikan kenyataannya.
Viona tersenyum sinis, sekarang ia mengerti dan tahu. Jadi ini alasan yang sebenarnya, alasan atas sikap semua orang yang ia anggap keluarga, tetapi nyatanya hanyalah orang asing tanpa adanya ikatan darah.
"Sekarang aku mengerti, aku mengerti Kenapa kalian memperlakukanku tidak baik, menjadikanku penebus hutang, bahkan tidak merasa sedih sedikitpun Saat melihatku benar-benar dijual oleh orang." Dengan bibir yang bergetar, Viona mencoba menahan tangis. Tangis kekecewaan, tangis derita yang selama ini dia rasa.
Viona pun melangkah masuk tidak ingin lagi mendengar kenyataan yang menyakitkan. Tak peduli siapa dia, siapa orangtuanya, dan darimana dia berasal, yang di pikirannya saat ini adalah kabur dari orang-orang jahat seperti mereka.
Meskipun kenyataan ini sulit dipercaya oleh Viona, tapi jika mengingat kembali semua peristiwa yang terjadi padanya, membuat Fiona mengerti jika memang dia terlahir bukan dari rahim Natalie. Daripada terus diperlakukan semena-mena, lebih baik dia pergi meski tidak tahu harus ke mana.
Ronald diam saja tidak berkata apapun selain memegang ponselnya. Dia tidak menampik kenyataan karena memang itulah yang sesungguhnya.
Dulu, Ronald menemukan sebuah kardus tepat berada di depan gerbang rumahnya. Kardus itu bentuk anak bayi perempuan yang tengah menangis begitu kencang. Sejak saat itu, Ronald jatuh hati pada bayi mungilnya dan berencana membesarkan Viona meski dapat tentangan dari Natalie.
"Kau, kenapa kamu malah membongkar semuanya? Dia tidak boleh tahu."
"Kenapa ayah jadi membelanya? Itu emang kenyataannya," sergah Natalie tidak suka suaminya membela Viona.
Dan Elsa dengan angkuh duduk di sofa, pun dengan Natalie yang juga ikut duduk di samping Elsa.
Tak berselang lama, Viona keluar kamar sudah berganti pakaian jauh lebih besar dari sebelumnya. Dia juga membawa ransel berisi barang-barang penting milik dia.
"Kamu mau kemana, Viona? Jangan pergi dari sini! Ini rumah mu." Ronald terbelalak melihat Viona ingin pergi. Hatinya mendadak tidak rela kehilangan anak yang selama ini ia rawat dan ia besarkan.
"Aku akan pergi dari rumah ini dan tidak akan pernah kembali lagi ke sini. Aku tidak mau hidup dengan kalian yang tidak punya hati." Viona enggan menoleh ataupun menatap mereka semua. Hatinya terlalu sakit jika mengingat semua perlakuan mereka.
"Kamu jangan seperti itu! Kau harus membayar dulu semua jasa yang pernah kita berikan kepadamu!" sentak Ronald berusaha menghalangi Viona pergi karena ia tahu jika Louis pasti akan datang lagi.
"Minggir, Ayah! Aku tahu kalian berjasa membesarkanku, tapi jika semua jasa itu hanya dilihat dari uang, suatu hari nanti aku akan membayar lebih dari harga 5 Milyar." Nada tinggi Viona keluarkan seakan memperingati ayahnya untuk menyingkir dari pintu mobil.
"Enak saja, kau tidak boleh pergi begitu saja!" Natalie pun mencegah Viona dengan cara memegang tangan gadis itu.
Di saat itu pula, mobil hitam Fortuner berhenti tak jauh dekat mobil yang Viona ambil dari anak buah Louis.
Gadis itu sekuat tenaga memberontak, "minggir kalian!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Umisah Asther
biarin viona kabur dan Elsa yg gantiin biar tau rasa
2023-02-04
1