"Sialan, bisa-bisanya Louis menipuku. Dia bilang akan membayarnya 4 milyar, tapi malah tidak sama sekali. Ini tidak bisa di biarkan, ku harus kembali mengambil Viona darinya. Enak saja mau mengambil keuntungan darinya."
Dengan langkah sempoyongan, baju berantakan, satu botol minuman ia pegang, membuat Ronald terlihat kacau. Ia terus bergumam merutuk kebodohannya sendiri karena sudah termakan omongan Louis. Bukannya menyadari jika dirinya yang salah, Ronald malah menyalahkan orang lain.
Natalie maupun Elsa, keduanya tergesa menghampiri Ronald saat melihat pria gempal itu masuk ke dalam rumah.
"Yah, bagaimana hasilnya? Mana uangnya? Kenapa kau tidak membawa koper ataupun tas berisi uang?" Natalie mencerca Ronald dengan berbagai macam pertanyaan. Matanya mencari barang yang Ronald bawa.
"Iya, Ayah. Mana uangnya? Aku mau minta, dong." Elsa pun sama dengan Natalie yang menunggu dan ingin melihat uangnya.
"Uang, uang, uang yang kalian pikirkan!" sentak Ronald sambil melemparkan botol minuman ke lantai.
Prank!
Natalie dan Elsa terlonjak kaget.
"Kenapa kau marah-marah? Kami hanya menanyakan mana uangnya? Kau 'kan sudah menjual Viona 5 milyar, satu milyar bayar utang dan empat milyar lagi mana?" seru Natalie menengadahkan telapak tangannya kehadapan Ronald.
Pria itu mendelik tajam seraya menepis tangan Natalie. "Tidak ada uang, saya ditipu habis-habisan oleh Louis," ucapnya sembari melengos pergi masuk ke dalam rumah.
"Maksud Ayah apa? Tidak mungkin 'kan Ayah tidak di berikan uang?" tahta Elsa.
"Kenyataannya begitu. Louis tidak memberikan sisa bayarannya dan malah menyuruhku menunggu. Kalau mau sisa bayarannya ya, nunggu menghasilkan dulu. Sialan tuh, Louis." Ronald menggerutu kesal, kakinya menendang meja dan menghempaskan tubuhnya ke atas sofa.
"Kok gitu? Tidak bisa begitu, dong. Dimana-mana ada barang ada uang, barang sampai uang pun sampai. Ayah nya saja yang tidak bisa membuat Louis menyerahkan uang. Kau terlalu bodoh." Natalie tak kalah kesal dengan suaminya. Padahal dia sudah menunggu dari semalam dan ingin melihat uang banyak di depan mata, tetapi nyatanya semua hanyalah ilusi semata.
"Tahu nih, Ayah. Kita sudah menunggu dari semalam ingin belanja hari ini, tapi Ayah malah membohongi kami."
"Kalian bisa diam tidak, hah? Saya lagi pusing dan kalian malah menambahkan pusing saja. Dan kau Elsa ..." Ronald menunjuk Elsa, "bukannya kau bekerja di perusahaan property sebagai sekertaris, gunakan saja uangmu itu."
Elsa mendengus, "itu uang tidak akan ku gunakan buat belanja."
"Kau punya uang?" tanya Natalie beralih menatap Elsa. Kalau mendengar uang, mereka langsung konek dan matanya berbinar-binar.
"Punyalah, emangnya kalian tidak punya, kere." Lalu, Elsa beranjak pergi dari sana.
"Ibu minta, Elsa. Ibu harus bayar arisan hari ini juga." Natalie mengejar anaknya yang hendak ke luar rumah.
"Minta? Terus saja minta. Aku juga kerja, Bu. Hari ini tidak ada jatah uang!" dan Elsa pun masuk kedalam mobil enggan melayani ibunya yang materialistis itu.
"Hei, pelit sekali dirimu, Elsa." pekik Natalie menggeram kesal.
"Uang, uang, dan uang," gumam Ronald.
*****
"Tuan, aku mohon lepaskan aku! Aku tidak mau menjadi wanita panggilan." Saat Louis masuk memeriksa Viona sudah siap atau belum, Viona merengek meminta kemurahan hati Louis. Dia berharap Louis mau membebaskannya dan tidak menjadikannya wanita panggilan.
Namun, pria itu seakan tuli dan tidak menggubris ucapan Viona. Pria itu justru memperhatikan perubahan Viona dari wajhanya.
"Bagaimana, Bos? Luar biasa bukan? Gadis ini sungguh terlihat sangatlah cantik jika di poles dan di dandani begini," ucap Marry merasa bangga jika hasil riasannya yang natural membuat Viona terlihat semakin cantik. Bintik jerawatnya tertutupi makeup, jadi tidak mengganggu wajah Viona.
"Kau memang sangat luar biasa, Viona. Saya yakin kalau kau akan menghasilkan banyak uang untukku."
Viona yang sedang duduk menutupi tubuhnya dengan selimut menggelengkan kepalanya. Ia teramat malu mengenakan pakaian mini hingga membuatnya mengambil selimut dan menutupi bagian terbukanya.
"Aku tidak mau mengikuti mu! Aku tidak sudi menjadi pela cur, aku tidak sudi!" pekik Viona melemparkan bantal ke tubuh Louis.
Pria tua berkeriput itu tersenyum senang, "hahaha kau sungguh menggemaskan. Marry, jaga dia baik-baik dan pastikan ia tidak bisa kabur!"
"Baik, Bos."
Louis hendak keluar dari kamar, Viona yang melihat pergerakan Louis ingin keluar segera beranjak berlari mengejarnya dan mendorong tubuh Louis hingga terjatuh. Lalu, Viona membuka pintunya dan berusaha kabur.
"Hei..!" pekik Marry saat Viona.
"Sialan, jangan kabur kau, Viona!" ujar Louis berteriak meminta Viona berhenti.
"Bos, kau tidak apa-apa?" Marry membantu Louis bangun dari duduknya.
"Ngapain kau masih di sini? Kejar dia, bodoh!" sentak Louis penuh perintah.
"Baik." Lalu Marry pun keluar mengejar Viona.
Viona yang sudah berada di sekitar tempat disko celingukan mencari jalan keluar dari tempat menyeramkan itu.
"Ya Tuhan, aku harus keluar dari sini. Mana jalannya ya Tuhan?" dengan kepanikan dan air mata yang sudah menetes begitu saja, Viona berlari mencari pintu keluar. Ia teramat takut dijadikan wanita panggilan, ini bukan keinginannya.
"Viona, jangan lari kau! Berhenti!"
Viona menoleh, Marry mengejarnya, dan ia terus menghindar berlari ke arah pintu.
"Beni, Beno! Dimana kalian? Tanggap wanita itu!" pekik Louis menggema memanggil kedua anak buahnya. Dia berjalan sambil memegangi pinggulnya yang terbentur keras ke lantai.
Kedua pengawal itu pun segera masuk karena Louis memanggilnya lewat telpon.
Pas Viona hendak membuka pintu, kedua anak buah Louis masuk.
"Mau kemana kau, nona manis? Kau tidak bisa kabur dari sini."
"Minggir! Aku mau pulang!" Viona melangkah mundur ketika kedua orang itu mendekatinya.
"Hahaha kau tidak bisa lari lagi, Viona." Dan di belakang Viona ada Marry.
Viona menggelengkan kepalanya, dia mencari cara agar lepas dari mereka. Matanya mencari alat untuk membuat mereka menjauhinya. Karena tidak menemukan apapun selain meja, mau tidak mau Viona harus melawan seorang diri.
Dia menarik nafas dalam-dalam, lalu membuangnya dan berlari ke arah barat menghindari dua anak buah Louis dan Marry yang ada di depan dan belakang tubuhnya.
Viona segera membuka pintunya, tetapi kecepatannya kalah dengan Louis yang lebih dulu menghalanginya.
"Kau tidak akan bisa lari dari sini. Ayahmu menjadikanmu jaminan utang dan kau harus membayar utang ayahmu."
Grep ....
Dari belakang tangan Viona di cekal oleh Beni dan Beni. Viona memberontak mencoba melepaskan cekalan nya.
"Bawa dia masuk!" titah Louis pada kedua anak buahnya.
"Aku tidak mau! Lepaskan aku! Aku mau pulang." Dengan tangis semakin kencang, tubuh mungil Viona di seret paksa masuk kedalam kamar lagi.
Kakinya mencoba menahan tubuh agar tidak bisa di tarik. Namun, nyatanya Viona tidaklah mampu, karena tenaga dia dan tenaga kedua pria yang menyeretnya kalah jauh.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Pipit Hannan
semoga ada keajaiban, viona bisa kluar dr rumah louis
2023-02-03
1