"Apa?!" Viona memekik kaget. Apa dia tidak salah dengar jikalau dirinya di jual seharga lima milyar? Ia cukup tercengang dan juga sangat kecewa dikarenakan ia sungguh akan berakhir menjadi wanita panggilan.
"Baiklah, saya akan segera mentransfer uang nya." Tanpa pikir panjang dan tanpa melakukan tawaran menawar, Adit menyetujui apa kata Louis. Dari awal pertemuannya dengan gadis bermata bulat ini, Adit merasa tertarik dan akan menjadikan Viona sebagai pelayan dalam melayani birahinya.
Tentu saja Louis begitu senang mendapatkan uang sebanyak itu. "Ini sangatlah menguntungkan, utang dia satu milyar dan sekarang saya untung banyak. Empat milyar sudah ada di depan mata."
"Tuan, aku tidak mau mengikuti apa katamu. Biarkan ku pergi dari sini, Tuan. Ku mohon bebaskan aku! Aku mohon."
Adit mendekati Viona dan tangannya mengelus lembut pipi gadis itu. Karena enggan di sentuh, Viona menepis kasar tangan Adit yang ada di pipinya.
"Jangan sentuh aku!" sentak Viona menatap benci pria yang ia yakini akan menjadikannya pria pertama sebagai pelanggannya.
"Wow, sungguh menggemaskan. Ku suka gadis ini." Lalu, Adit melangkah mundur tetapi mata terus tertuju kepada Viona. Bukannya marah Viona membentaknya, Adit justru merasa gemas.
"Hari ini juga aku menginginkan gadis ini. Malam ini juga, siapkan dia di kamar spesial."
Deg ....
"Tidak, jangan lakukan itu padaku! Aku tidak mau, baji ngan! Aku tidak mau!" pekik Viona melemparkan bantal kearah Adit, tetapi pria itu menangkap bantalnya dan malah tersenyum senang.
"Aku suka wanita sepertinya, menantang." Adit berkata seraya menatap nakal Viona.
"Marry, kau persiapkan dia!" titah Louis sangat antusias sekali misinya berhasil.
"Siap, Bos."
"Tidak, sampai kapanpun aku tidak akan menjadi budak kalian. Aku tidak mau!" Dengan sorot mata tajam penuh amarah dan mata memerah, Viona turun dari ranjang melemparkan semua barang yang ada di sana.
"Aku tidak mau! Kalian semua jahat! Kalian biadab! Kalian tidak memiliki hati!" gadis itu begitu putus asa karena semua orang begitu jahat padanya. Dia melemparkan bantal, guling, selimut, dan apa saja yang ia gapai.
"Diam kau, Viona!" sentak Louis hendak mendekati, tetapi Adit mengangkat tangannya dan menggerakkan tangannya menyuruh Louis maupun Marry keluar dari kamar. Tapi mata terus memandangi lekat Viona.
Melihat wajahnya saja sudah membuat Adit terpana, apalagi melihat seluruh tubuh Viona yang memang sangat ideal di usianya.
Kulit putih bersih dengan tinggi 155 cm, bentuk tubuh terbilang ideal, buah dada padat berisi, di tambah wajahnya sangat cantik meski ada beberapa jeratan. Dan itu semua tambah membuat Adit tertantang untuk mendapatkan gadis itu. Lebih tepatnya mencoba mencicipi seorang gadis, karena sebelumnya Adit hanya sering bermain dengan wanita yang sudah tidak gadis lagi.
"Maaf, Tuan." Seakan mengerti, Louis keluar dari sana dan menutup pintunya rapat-rapat.
Tinggal mereka berdua yang ada di dalam sana. "Sampai kapan kau akan melampiaskan amarahmu?"
Viona menoleh, ia menatap benci pria itu.
"Kenapa kau memberiku? Lepaskan aku! Aku mau pulang!" tolak Viona berusaha untuk berlari ke arah pintu.
Tapi, tangan Adit merangkul perut Viona dan membawanya dalam pelukannya.
"Lepaskan aku brengsekk! Aku tidak sudi di sentuh olehmu!" Viona mencoba lepas dari pelukan Adit, ia terus mendorong dada pria yang saat ini mendekapnya.
"Jangan harap kamu bisa pulang dari sini! Kamu sudah menjadi milikku! Aku sudah membeli mu pada Louis. Sekarang kau harus melayaniku!" Adit mulai mendekatkan wajahnya ke wajah Viona.
"Aku tidak mau! Lepasin aku!" Viona mulai ketakutan sambil memukul-mukul dada Adit mencoba menjauhkan wajahnya. Tangan menghalangi wajah Adit yang hendak menciumnya.
"Diam kamu!" Adit mencengkram kedua bahu Viona dan juga membentaknya. Viona meringis kesakitan ketika tangan kekar itu memegang pundaknya secara kasar.
"Kau akan menjadi milikku. Kau sendiri yang datang ke tempat ini dan Louis menyuruhku menjadikanmu sebagai pelayan ranjang ku. Maka dari itu, aku bebas melakukan apapun padamu." Adit tersenyum menyeringai dan ia mendorong tubuh Viona ke atas kasur.
Senyum nakal terlihat jelas di wajah Adit. Tangannya sibuk melepaskan jas, dan perlahan mendekati Viona.
"Tuan, ku mohon jangan lakukan ini." Viona menangis seraya memundurkan tubuhnya.
"Ayolah, sayang. Ini sungguh menyenangkan, kok. Pasti kau akan menyukainya." Jas pun sudah terlepas dari tubuhnya dan beralih melepaskan kancing kemejanya.
"Tidak aku tidak menyukainya! Aku tidak sudi menjadi budak ranjang kalian! Aku tidak sudi!" Viona hendak turun lagi, tetapi Adit menarik kakinya membuat Viona terbaring lagi. Secepat kilat Adit mengunci tangan Viona di atas kepala gadis itu.
"Aku tidak mau, lepaskan aku! Jangan lakukan itu!" Viona berusaha melepaskan diri dari kungkungan Adit yang hendak mencium bibirnya.
"Diam! Nikmati ini semua, sayang." Adit kembali berusaha mencium bibir Viona.
Dengan sekuat tenaga, Viona berusaha lepas. Ia menendang milik Adit sangat keras menggunakan dengkulnya sampai membuat Adit meringis kesakitan. Dan Viona mendorong tubuh Adit dan segera berlari keluar kabur.
"Aw, kau mau kemana, hah!" sentak Adit memegangi burungnya. Ia tertatih mengejar Viona.
Karena tidak ada penjaganya, Viona mudah kabur dari Adit, dan juga kebetulan Louis sedang bersenang-senang, maka Viona berhasil ke luar. Anak buahnya pun tidak tahu sedang kemana.
Viona terus berlari menjauhi kejaran Adit. Dia celingukan melihat ke sekeliling tempat mencari kendaraan maupun tempat bersembunyi. Setelah merasa aman, Viona diam terduduk lesu di pinggir jalan. Dia menangis pilu akan nasibnya, dan dia juga tidak menyangka kehidupannya jadi begini.
"Brengsek! Hei, keluar kau!"
Deg ....
"Dia masih mengejar ku!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Liswati Angelina
adakah orang yg tulus mau menolong viona.....
2023-02-03
0