"Hiks hiks hiks, Tante Marry, tolong biarkan aku pergi. Aku tidak mau di sini, Tante." Luruh sudah air mata Viona memohon di bawah kaki Marry. Ia memeluk kaki wanita yang saat ini menjaganya.
"Bangunlah, Viona! Saya tidak bisa berbuat apa-apa selain mengikuti perintah Bos Louis." Marry mencoba membangunkan Viona, tangannya memegang kedua pundak Viona, tetapi gadis itu enggan bangun.
Viona menggelengkan kepala menolak bangun. Ia menangis memohon bantuan Marry agar mau membantunya. Tidak ada orang yang bisa dimintai tolong selain Marry. Tidak ada lagi orang yang akan membantunya selain wanita yang ada di dekatnya saat ini.
"Aku harus apa, Tante? Aku harus bagaimana? Apa salahku sampai harus berurusan dengan dunia malam ini? Aku tidak mau, Tante. Aku tidak mau."
Tak pernah terbayang oleh Viona jika hidupnya akan seperti ini. Dijadikan penebus hutang dan ternyata malah berencana dijadikan wanita panggilan. Tak pernah sedikitpun Viona membayangkan peristiwa ini, peristiwa yang sangat tidak ia inginkan dalam hidupnya. Peristiwa yang sedari dulu ia hindari karena hanya ingin memberikan semua yang ada pada dirinya kepada suaminya kelak. Namun, apa jadinya jika sebentar lagi ia akan mengalami peristiwa kelam itu? Tidak, Viona tidak akan membiarkan orang lain menyentuhnya, tidak akan!
Andai, Viona memiliki ilmu menghilang ataupun kantung Doraemon, ia pastinya akan menghilang dari sana menghindari semuanya. Menghindari kehidupan yang seringkali membuat dia sakit lahir dan batin. Sudah tidak mendapatkan kasih sayang orangtua, kini ia akan mengalami pahitnya kehidupan di gemerlap malam.
Marry menghela nafas berat, ia pun bingung harus berbuat apa. Sebenarnya, dia juga tidak tega membiarkan Viona jatuh kedalam lubang hitam penuh dosa. Cuman, dirinya tidak bisa berbuat apa-apa karena memang tugasnya hanya menjaga Viona saja. Apalagi Louis sudah memberikan dia uang dan mengancam akan membunuhnya jika membantu Viona pergi.
Hati Marry berdenyut nyeri mendengar tangis pilu gadis yang masih memeluk kakinya. Tubuhnya perlahan turun ke bawah dan duduk saling berhadapan dengan Viona.
"Tante, aku mohon bantu aku? Hiks hiks hiks," pinta Viona memelas seraya menangkupkan kedua telapak tangannya.
"Saya tidak bisa, Viona. Saya sudah terikat kontrak dengan Louis." Mata marry menatap iba pada Viona.
*****
Tak tak tak
Suara bunyi sepatu terdengar nyaring memasuki club. Berhubung masih sepi karena siang hari, apapun pergerakan di sana bakalan terdengar.
Seorang pria bertubuh tinggi, berkulit sawo matang, dengan mata tajam berahang kokoh, serta berseragam rapi mengenakan jas dipadukan dengan celana senada dengan jasnya, melangkah masuk ke dalam club.
"Selamat datang Tuan." Sapa anak buah Louis melihat kedatangan pria yang seringkali menjadi salah satu pelanggan tempat hiburan malam ini.
"Hmmm, dimana Tuan Louis?"
"Dia ada di dalam ruangannya, Tuan. Masuk saja."
"Ok." Lalu, pria itu berjalan ke tempat dimana Louis berada.
Ceklek ....
Louis yang sedang duduk di bangku menghitung uang, mendongak. Dia cukup terkejut kedatangan salah satu pelanggan setianya. Louis buru-buru memasukan lagi uangnya kedalam laci dan segera berdiri menyambut kedatangan pria yang sedang berada di pintu.
"Tuan Adit, sudah lama tidak melihat Anda. Senang sekali bisa kembali di singgahi oleh salah satu pemilik perusahaan perhotelan." Louis sedikit membungkukkan badannya.
"Ck, kau bisa saja, Tuan Louis." Lalu, pria yang seringkali di sapa Adit itu mendudukkan bokongnya. Satu kakinya ditumpangkan ke atas paha, kemudian mengambil sesuatu di saku kemejanya.
Satu bungkus rokok ia keluarkan, kemudian membuka plastik yang menyelimuti bungkusnya dan mengambil satu batang. Di lanjutkan menyulutnya dan menghisap rokok itu.
Louis terlihat menghubungi seseorang, "bawa makanan dan minuman ke sini!" Setelah memerintahkan seseorang, Louis pun ikut duduk di hadapan Adit.
"Suatu kehormatan bagi saya kedatangan Anda, Tuan. Apa Anda?"
"Hmmm, seperti biasa. Kedatangan ku kesini mencari wanita yang akan melayaniku."
Louis tersenyum senang sudah membayangkan pundi-pundi rupiah di depan matanya.
"Saya punya barang bagus untuk Anda, Tuan. Tapi ini tidak semurah biasanya."
Adit melirik Louis sembari terus menyesap rokok yang dipegangnya. Namun ...
Tok ... tok ... tok ....
"Permisi, Bos."
"Masuk!" ujar Louis sudah tahu siapa yang datang.
Masuklah orang membawa minuman dan cemilan ke dalam sana dan menyimpannya ke atas meja. Kemudian, orang itu pergi lagi.
"Barang seperti apa yang akan kau suguhkan? Tiap kali kesini selalu menawarkan barang bagus, tapi nyatanya mereka tidak bisa memuaskan ku." Bukan hanya sekali Adit datang ke Louis meminta wanita untuk melayani birahinya.
Dan juga tidak setiap minggu ataupun setiap hari Adit datang ke sana, melainkan setiap satu bulan sekali datang mencari wanita yang harus bisa membuatnya tertarik dan juga puas dalam berhubungan. Cuman, sudah 3 bulan ini Adit tidak datang ke club karena disibukkan dengan dunia kerjanya.
"Ini jauh spesial dari wanita-wanita yang sebelumnya pernah saya tawarkan kepada Anda. Saya jamin kali ini kau bakalan puas dan tidak akan kecewa." Dengan antusias tinggi, Louis akan menawarkan Viona kepada Adit.
"Terus?" ujar Adit masih terlihat santai dan menikmati sebatang rokok yang ada di tangannya.
"Dia masih gadis, Tuan. Baru berumur 18 tahun. Masih fresh dan masih terjamin kesehatannya."
Barulah Adit nampak terlihat seperti tertarik mendengar perkataan Louis. "Masih gadis?" tanyanya lagi sambil menurunkan kakinya dan mematikan rokok yang sedari tadi menyala.
"Tentu, Tuan. Namun, harganya pun tidaklah semurah biasanya." Tak hentinya Louis membujuk Adit untuk mau mengambil barang bagus ini.
"Kau serius dia masih terjaga kemurniannya?"
"Sungguh, saya seriusan, Tuan. Jika kau mau, kau bisa menemuinya sekarang juga untuk melihat secara langsung, bagaimana?" Louis menatap Adit dan berharap pria itu tertarik dengan tawarannya.
"Hmmm, baiklah. Saya ingin melihat barangnya dulu, barulah menentukan harganya."
Louis berdiri dan mempersilahkan Adit jalan duluan.
*****
Kamar Viona.
"Sudahlah, kau jangan menangis terus. Terima saja takdir ini. Percuma meminta bantuan pada siapapun jika mereka saja tidak ada yang mau membantumu." Marry memeluk Viona mencoba menenangkan gadis remaja itu.
"Tapi aku berharap Tante mau membantuku. Hanya Tante harapanku satu-satunya. Aku tidak mungkin meminta orangtuaku jika mereka saja tidak peduli padaku," ucap Viona menangis sesenggukan dalam pelukan Marry.
Ceklek ....
Pintu terbuka, Viona menegakkan duduknya menghapus air matanya. Lalu, Viona mengambil selimut menutupi kakinya.
"Silahkan masuk, Tuan!" Louis mempersilahkan Adit melihat Viona. Pria itu melangkah masuk, tapi mata tertuju pada gadis yang sedang duduk di ranjang sambil memalingkan wajahnya ke arah jendela. Dan Marry berdiri mempersilahkan Adit mendekati Viona.
"Jadi dia gadisnya?" tanya Adit dan diangguki oleh Louis, "benar, Tuan."
Adit menatap lekat wajah cantik Viona. Ya, matanya tak bisa bohong jika ia tertarik pada Viona. Apalagi kecantikan alami yang Viona miliki membuat matanya tak bisa berpaling.
"Berapa harganya?" tanya Adit masih terus menatap Viona. Gadis itu tertegun mendengar harga, ia menoleh menatap tak percaya dirinya sungguh akan di jual.
"Lima milyar untuk harga seorang gadis yang masih terjaga kemurniannya."
"Apa?!"
*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Pipit Hannan
semoga adit jdi penyelamat viona
2023-02-03
2