Mendengar suara teriakan Adit, Viona kembali berdiri dan berlari sekencang mungkin. Hari mulai gelap, hujan rintik turun membasahi bumi membasahi tubuh mungilnya.
Kepalanya terus menengok belakang menghindari Adit yang masih mengejarnya. Dalam hati, Viona terus berdoa agar Tuhan menyelamatkannya.
Adit menggeram kesal, "Brengsek! Beraninya dia kabur dariku." Pria bertubuh tinggi itu mengumpat kesal, ia kembali lagi ke club untuk mengambil mobilnya.
"Louis! Louis!" teriak Adit memanggil mucikari bertubuh kurus kering si tua bangka.
"Ada apa tuan?" tanya Beni berlari mendekati Adit. Kedua pengawal Louis tidak ada di saat saat Viona melarikan diri. Mereka kebetulan di tugaskan Louis untuk mengambil barang minuman di gudang. Sehingga, keduanya tidak kedengaran saat Viona dan Adit bertengkar saling mempertahankan keinginan mereka. Louis sendiri, pria tua itu malah asyik bercumbu mesra dengan pelanggannya, siapa lagi kalau bukan Marry.
"Ada apa, ada apa! Cepat kejar gadis itu sekarang juga! Temukan dia sampai dapat!" sentak Adit begitu marah pada anak buah Louis yang tidak becus menjaga tempat.
"Dia kabur lagi?"
"Iya, pake nanya lagi. Kejar!"
"Baik, Tuan." Beni pun memanggil rekannya, Beno. Mereka mengambil mobil dan mengejar Viona.
*****
Viona masih berusaha lari, merasa sudah jauh dari kejaran Adit, ia memelankan langkahnya dengan derai air mata terus membasahi pipi. Sesekali kepalanya menengok ke belakang.
"Dia tidak lagi mengejar ku. Ku harap mereka tidak bisa menemukanku. Ya Tuhan, tolong aku, selamatkan aku dari orang-orang seperti mereka." Di tengah gerimis melanda, Viona mencoba mencari kendaraan ke arah rumahnya. Dia ingin pulang mengganti pakaian dan bertanya, kenapa ayahnya tega menjualnya?
Kanan kiri ia celingukan mencari kendaraan dan berharap ada orang baik hati mau menolongnya. Sekian lama menunggu kendaraan datang, Viona tak kunjung mendapatkan. Yang ada, ia di kejutkan oleh suara klakson nyaring bunyinya.
Tiiid ....
Dan kendaraannya berhenti tepat di dekat Viona. Gadis bermata bulat itu melotot saat mengetahui siapa yang turun dari mobilnya, dua anak buah Louis.
"Itu dia wanitanya, buruan kita tangkap!" Beni bersuara seraya menunjuk Viona. Ia dan rekannya Beno segera berlari mendekati Viona.
Gadis cantik itu panik dan ia pun segera berlari lagi.
"Tidak, aku tidak boleh tertangkap olehnya. Aku harus pergi dari mereka!" ucap Viona begitu lirih berlarian di bawah guyuran air hujan yang kian berubah menjadi lebat.
Sekuat tenaga Viona berusaha lari, tapi karena kakinya tak mengenakan alas kaki, ia tak sengaja menginjak sesuatu.
"Aww," ringis Viona memberhentikan langkahnya dan mengecek apa yang ia injak. Viona mengangkat kaki yang terluka ke belakang, kepalanya menengok kebelakang dan mengambil sesuatu. Rupanya duri dari tangkai bunga tak sengaja ia injak.
Sedangkan kedua pria yang mengejarnya semakin dekat dan menangkap tangan Viona.
"Mau lari kemana kau, hah? Ayo ikut kami!"
Viona terkejut dirinya dapat tertangkap. "Enak saja, sampai kapanpun aku tidak akan ikut dengan kalian! Lebih baik aku mati daripada harus menyerahkan diri!" sentak Viona mencoba lepas dari cekalan dua pria dari tangannya.
"Tapi sayangnya bos kamu tidak akan membiarkan kau mati dengan mudah. Kau harus kembali ke sana! Ayo ikut!" sentak Beni menarik lengan Viona secara paksa. Pun dengan Beno yang juga sama-sama menarik lengan Viona.
"Aku tidak mau, brengsek! Lepaskan aku!"
Karena tidak mau ikut mereka, Viona menggigit tangan Beni sekencang-kencangnya dan kakinya menendang burung pelatuk milik Beno.
"Aakkhhh ...." jerit keduanya secara bersamaan, dan di saat itu juga Viona menendang selang kangan mereka berdua secara silih berganti. Meski tertatih menahan sakit di kaki, Viona melanjutkan kaburnya.
Namun, ia terhenti ketika melihat mobil yang nganggur, mobil milik anak buah Louis. Tanpa pikir panjang, Viona melihat jendela kaca dan nampak ada kuncinya di dalam sana.
"Ini kesempatan ku untuk kabur. Aku tidak akan membiarkan mereka menangkap ku dan menyerahkan ku ke mucikari tua itu." Lalu, Viona masuk ke dalam mobilnya.
"Hei, berhenti! Jangan lari kau ja lang sialan!" teriak Beni tengah mencoba menghalangi Viona sambil berjalan memegang burungnya. Pun dengan Beno yang juga berjalan kayak bebek menghalangi mobil yang hendak maju.
Tapi, Tak sedikitpun Fiona menghiraukan mereka ketika kedua pria itu sudah berada di hadapannya. Saking tidak maunya tertangkap lagi, Yonas sampai make up menjalankan mobil yang ia kendarai dengan kecepatan tinggi.
Bruuuumm ....
Pedal gas Viona injak dan ... wuuushhh ....
Mobilnya melaju kencang siap menantang kedua anak buah Louis.
"Hei, berhenti kau! Apa-apaan ini, dia hendak menabrak kita."
"Minggir!" pekik Beno mendorong Beni ke samping karena keduanya belum siap mati.
Dan mobil itu melesat jauh begitu cepat.
"Brengsek, kita gagal membawa gadis itu. Bagaimana ini?" tanya Beni.
"Mau tidak mau harus menghadapi kemarahan bos." Balas Beno menghelakan nafas berat.
******
"Maafkan keteledoran kami, Tuan. Kami minta maaf."
"Maaf yang kau ucapkan tidak ada gunanya, Louis. Kau harus membawa gadis itu kembali ke sini atau tempat mu ini saya hancurkan!" sentak Adit mengancam Louis dan marah karena Viona kabur darinya.
"Ba-baik, Tuan. Saya akan segera membawa gadis itu ke hadapan Anda." Tubuh tua yang tak lagi muda itu menunduk gemetar ketakutan. Langkahnya mundur menjari kedua anak buahnya.
"Brengsek, baru kali ini ada wanita menolak pesona ku, sialan."
******
Kediaman Ronald
"Apa kabar dengan gadis itu? Kenapa uangnya tidak sampai juga?" gumam Natalie menunggu Louis menyerahkan sisa uang tambahannya.
"Kita tunggu saja kabar dari pria itu. Ayah tidak akan membiarkan Louis menikmati hasilnya sendiri. Enak saja pria itu mau mengambil keuntungan dari Viona. Daripada dia yang bertindak, lebih baik aku yang mencari pria kaya buat menjual Viona." Ronald pun menunggu uangnya, dan ia juga ternyata memiliki rencana lain terhadap Viona.
Hingga dering telepon genggam bersuara, Ronald mengangkatnya. Awalnya ya tidak tahu jika nomor itu adalah nomor telepon Louis. Namun, setelah mendapatkan sentakan dari Louis barulah dia tahu.
"Ronald Harrison, saya tidak mau kau harus membawa anakmu lagi ke sini! Kalau tidak, saya pastikan kalian hidup jadi gelandangan di kolong jembatan!"
"Maksudnya apa? Saya tidak mengerti." Ronald tidak mengerti maksud dari perkataan Louis, dahinya mengkerut dan matanya menatap Natalie.
"Anak mu kabur, Ronald."
"Apa, kabur?!"
"Siapa yang kabur, Ayah?" tanya Natalie begitu penasaran.
"Viona, dia kabur dari Louis dan entah pergi ke mana anak itu. Louis meminta kita membawa Viona kembali dan jika kita tidak menyerahkannya, maka Louis akan mengambil seluruh harta kita dan membuat kita menjadi gelandangan."
"Itu tidak boleh terjadi, enak saja si tua Bangka itu mau mengusir kita dari rumah ini. Lebih baik Ayah serahkan Viona ke Louis lagi."
"Kenapa kalian tega melakukan ini kepadaku?" pekik Viona sudah berada di belakang mereka dalam keadaan kacau.
Ronald dan Natalie menoleh, mereka cukup pangling melihat penampilan Viona yang sangat terlihat cantik mempesona, meski dalam keadaan basah berantakan.
"Kau kesini?" Natalie hendak menghampiri, tetapi mangkanya terhenti ketika Viona menanyakan sesuatu.
"Sebenarnya siapa aku? Apa aku anak kalian atau bukan?"
******
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments