"Viona ... Viona ... Dimana kau? Bangun Viona! Buatkan kami makanan siang!" Teriak wanita Elsa, dan gadis tersebut menggedor pintu kamar yang selalu di tempati Viona tidur.
"Berisik, Elsa! Ngapain siang-siang gini sudah berteriak di depan kamar Ibu?" sentak Natalie merasa terganggu kegiatan tidur siangnya.
Setelah kejadian tadi pagi, mereka kembali ke kamar masing-masing mengistirahatkan tubuh mereka karena terlalu lelah menghadang orang-orang Louis. Meski mereka tidak berhasil mempertahankan barang berharga mereka, tetapi mereka cukup lelah dengan kejadian tadi.
"Ini, Bu. Viona belum bangun juga. Aku lapar sekali ingin makan. Bangunkan dia buat masak, Bu." Rengek Elsa manja berharap ibunya menyeret paksa Viona seperti biasanya.
"Ck, anak itu. Selalu saja membuat kita repot." Kamar Natalie yang kebetulan ada di samping Viona terganggu oleh gedoran pintu yang dilakukan Elsa. Mau tidak mau Natalie keluar menegur Elsa.
"Viona, buka pintunya!" Natalie pun mengikuti kata Elsa dan mencoba membangunkan Viona.
Dug ... dug ... dug ....
Natalie mencoba menggedor pintu kamar Viona. "Hei, anak pemalas, keluar kau!" pekik Natalie masih terus mencoba membangunkan Viona.
"Kita dobrak saja pintunya, Bu. Dia tidur kebo banget. Gak pagi, gak siang, tidur saja kerjanya," ujar Elsa geram karena tidak di buka juga.
"Tunggu sebentar, ibu punya kunci cadangan nya." Natalie pun beranjak mendekati laci yang tak jauh berada di sekitar sana. Setelah mendapatkan benda yang ia cari, Natalie langsung memasukkan kunci itu ke lubangnya.
Tak ... terbuka.
"Sudah siang begini masih saja terus terusan tidur, ini tidak bisa di biarkan." Sambil melangkah masuk, mulut terus bergumam kesal. Pas sudah ada di dalam, ternyata Viona memang sedang tidur mengenakan selimut tebal.
"Hei, anak pemalas. Bangun kamu!" sentak Natalie menyibak selimutnya dan menarik tangan Viona.
Gadis remaja yang sedang tidur itu terganggu. "Bu, hari ini biarkan Viona istirahat. Badan Vio sakit, Bu." Gumam gadis itu menggigil kedinginan. Dari semalam dirinya sudah merasakan tidak nyaman dengan tubuhnya. Tadi pagi saja ia memaksakan bangun meski kepala pusing dan sakit. Tapi sekarang, tubuh Viona semakin terasa tidak enak badan. Makanya Viona kembali kedalam kamar dan merebahkan lagi tubuhnya. Dengan banyak beristirahat, Viona berharap bisa cepat sembuh.
"Halah, dasar manja. Buruan bangun! Kau harus menyiapkan semua makanan untuk kita! Buruan bangun!" sentak Natalie sambil menarik tangan Viona untuk turun dari kasur.
Bruk!!
Berhubung tubuh Viona lemas karena memang sedang sakit, gadis itu ambruk terjatuh ke lantai.
"Bu, ini siang. Ibu bisa pesan saja makanannya ke warteg terdekat." Di tengah rasa pusingnya, Viona mencoba mendongak. Dia sungguh-sungguh terlihat lesu dan pucat.
"Manja banget jadi orang. Buruan bangun! Uangnya sayang kalau di hamburan begitu saja." Kali ini Elsa yang membentaknya. Dia juga melemparkan bantal ke wajah Viona agar wanita itu tersadar dari tidurnya.
"Aku beneran tidak enak badan, biarkan aku istirahat." Viona mencoba bangun dan ia ingin kembali merebahkan tubuhnya karena pusing yang ia rasakan. Badannya panas dingin, terasa menggigil, bahkan wajah cantiknya pun terlihat pucat.
Namun, Natalie seakan tidak peduli dengan keadaan Viona. Mau sakit ataupun tidak, Viona harus menjalankan perintahnya.
"Tidak ada kata istirahat! Mau sakit atau pun tidak, kau harus tetap masak buat kita!" Natalie menarik paksa lengan Viona dan membawanya keluar kamar.
"Bu, sakit, lepaskan!" Viona meringis kesakitan ketika pergelangan tangannya di cengkram kuat oleh Natalie.
"Ck, manja sekali jadi orang." Elsa mencebik seraya memutar matanya jengah. Lalu dia mengikuti ibunya dan Viona yang berjalan ke arah dapur.
Dengan kasar, Natalie menghempaskan tubuh mungil Viona ke dapur hingga tersungkur ke lantai.
Bruk!!
Natalie mencengkram kuat rahang Viona.
"Cepat buatkan makan siang untuk kita sekarang juga! Jangan membantah apalagi banyak alasan!" ujarnya lalu melepaskan cengkraman itu.
Viona tertunduk sedih meringis sakit di area pipi dan juga tubuhnya. Dia seringkali mendapatkan perlakukan tidak baik, sering di marahi hingga sering di perlakukan kasar.
Lemuela Viona Saira, gadis remaja yang hidup bersama orangtuanya tetapi sering kali di perlakukan kurang baik. Terutama sang ibu yang selalu bilang jika dirinya gadis pembawa sial. Entah apa yang menyebabkan ibunya membencinya, Viona tidak tahu pasti.
Seringkali dirinya dibandingkan dengan sang kakak, sering kali dirinya di bedakan, seringkali dirinya kurang diperhatikan. Sedangkan sang ayah, jarang ada di rumah dengan alasan sering bekerja mencari nafkah. Namun, ayahnya juga sering membandingkan dirinya meski tidak memperlakukan dia kasar.
Terkadang, Viona sering bertanya-tanya siapa dirinya. Benarkah dia anak kandung ayah ibunya atau hanya anak tiri? Karena perlakuannya seringkali menunjukkan jika dia seperti anak tiri.
Dengan tubuh lesu, kepala pusing, dan badan meriang, Viona mencoba berdiri untuk memasak makan siang. Meski terasa pusing, Viona tetap bertahan dengan alat-alat masak yang ia pegang.
Setelah beberapa lama, masakan yang di masak siap untuk di hidangkan. Perlahan, Viona membawa satu mangkuk berisi nasi goreng. Namun, karena tak sanggup lagi dengan rasa pusingnya, Viona tak sengaja terjatuh dan menumpahkan makanannya.
Praaang ....
"Viona!! Apa yang kau lakukan, hah? Bisa-bisanya kau menjatuhkan makanannya." Suara lengkingan Natalie menggema dan marah karena Viona menjatuhkan makanan yang hendak mereka makan. Dia berdiri mencak pinggang melototkan matanya penuh amarah.
"Maafkan aku, Bu. Aku tidak sengaja melakukannya. Kepalaku pusing sekali," ujar Viona merasa bersalah karena dirinya teledor. Gadis itu pun masih terduduk di lantai.
"Maaf, maaf, kami mau makan apa kalau makanannya kau tumpahkan, hah?" sentak Elza ikutan kesal.
"Kau tahu, aku sudah sangat kelaparan. Tapi dirimu malah membuang makanan yang seharusnya untuk kita makan." Saking kesalnya, Natalie menjambak rambutnya Viona.
"Maaf, aku tidak sengaja hiks hiks ... sakit, Bu. Ampun." Dengan derai air mata, Viona mencoba menahan rambut yang di tarik oleh ibunya. Rasa sakit di kepala semakin sakit saja ia rasa.
"Ini akibatnya jika kamu tidak becus menyenangkan kami." Lalu, Natalie melepaskan tangannya dan berdiri mengambil alat-alat kebersihan. Elsa sendiri tersenyum tumpang kaki seraya merhatikan ketidakberdayaan Viona.
"Bersihkan semua ini sebelum ayah kamu pulang! Buruan!" pekik Natalie melemparkan sapu, pel, dan pengki ke hadapan Viona. Kemudian Natalie dan Elsa pergi dari sana membiarkan Viona sendirian.
Tak pernah sedikitpun terbayang oleh Viona mendapatkan perlakuan kurang baik dari ibunya. Entah kesalahan apa yang menyebabkan sang ibu begitu membencinya. Entah apa yang ia perbuat sampai saat ini ibunya tidak menyayanginya. Begitupun dengan ayahnya yang tidak pernah melirik keberadaan dia. Hanya Elsa yang selalu dibanggakan dan hanya Elsa yang selalu jadi anak kesayangan orangtuanya.
"Hiks hiks, ibu, apa salahku? Aku ingin sekali saja mendapatkan sebuah pelukan hangat darimu, ibu. Tapi kenapa ibu tidak bisa melihat keinginan ku itu. Sebenarnya, aku anak mu atau bukan, Bu?" gumam Viona begitu lirih sambil mengambil alat-alat kebersihan yang ada di hadapannya.
*****
Ronald melangkah lesu masuk ke dalam rumah. Ia menghempaskan tubuhnya ke atas sofa dan terbaring di sana. Pikirannya sedang kacau mencari cara untuk berkata kepada kedua anaknya tentang hutang yang ia miliki.
"Ayah, kau baru pulang. Mana uangnya? Ibu sama Elsa minta uang buat belanja." Natalie yang melihat suaminya pulang langsung saja menengadahkan telapak tangannya meminta sejumlah uang.
Ronald melirik tajam. "Uang, uang, uang yang kalian minta. Aku tidak punya uang! Baru saja di kejar penagih utang masih saja kalian meminta uang!" sentaknya semakin di buat kesal. Lalu Ronald mendudukkan bokongnya dan kembali berkata, "dimana Viona? Ayah mau bicara kepada kalian semua."
Natalie mengerutkan keningnya, "ngapain mencari anak pemalas itu?"
"Jangan banyak tanya, buruan panggilkan dia!" balas Ronald bernada tinggi. Natalie menatap Elsa seakan meminta anaknya untuk memanggil Viona.
"Ck," Elsa mencebik dan beranjak ke dapur guna memanggil Viona bergabung bersama mereka.
*****
"Hei, kau di panggil ayah. Jangan mengadu jika tidak ingin di beri hukum oleh ibu!" ujar Elsa mengancam Viona yang sedang mengepel lantai.
Viona tidak menjawab, ia hanya menatap tetapi juga menyimpan alat-alat kebersihannya. Dan mereka berdua berjalan keruang tengah secara beriringan.
Merasa sudah kumpul dan sudah lengkap, Ronald menatap silih berganti kedua anaknya, Elsa dan Viona.
"Berhubung kalian sudah berkumpul, ayah ingin meminta bantuan kepada kalian berdua, terutama kepada Elsa dan Viona."
Tidaka ada yang menimpali karena mereka cukup penasaran dengan apa yang akan di sampaikan oleh ayahnya.
"Ayah memiliki hutang satu milyar, dan orang itu menagihnya. Tetapi, ada hal yang membuat ayah harus melakukan penawaran ..." Ronald menjeda ucapannya, ia menghelakan nafas berat seraya menatap silih berganti kedua putrinya.
"Menjadikan salah satu diantara kalian sebagai penebus hutang," sambungnya membuat ketiga wanita yang ada di sana tercengang penuh keterkejutan.
"Apa?!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Siti Rofiatin
kasian viola
2023-10-12
0
Eko kusmiatun
payah banget ni ayah ya,tapi klu viona yg di pilih aku setuju,supaya kehidupany tdk di siksa terus sama keluargay,sapa tau hidupy akan lebih baik lagi.
2023-04-01
1