Keesokan harinya
Viona mulai tersadar dari pingsan. Ia mencoba membuka mata, tetapi dirinya masih merasakan sakit di pipi. Hingga perlahan matanya terbuka lebar. Namun, pas terbuka, ia merasa tidak mengenali tempat itu.
Matanya ia edarkan ke setiap penjuru ruangan, asing itulah yang Viona pikirkan saat ini. "Dimana aku?" gumam Viona mencoba bangun dari rebahannya.
Ia mendudukkan bokongnya dan matanya terus memperhatikan tempat yang saat ini ia singgahi. Sebuah kamar bernuansa putih dan terlihat rapi. Merasa panik, Viona memperhatikan keadaan dirinya sendiri.
"Syukurlah aku masih mengenakan pakaian semalam. Tapi, dimana aku? Kemana ayah membawaku?" Rasa lega menyelimuti dirinya, ia masih bersyukur karena keadaannya masih baik-baik saja. Namun, pertanyaan pun mampir di benaknya. Dimana dia sekarang, dan kenapa bisa ada di dalam kamar?
Hingga pintu terbuka mengalihkan perhatian Viona. Gadis itu memperhatikan siapa yang masuk ke dalam kamarnya. Ia menarik selimut takut jika orang itu adalah orang jahat.
Ceklek ....
Seorang wanita masuk membawakan nampan berisi makanan dan minuman. Di tambah sebuah paper bag di tanggangannya. "Kamu sudah bangun, Nak? Ini makanan untukmu. Habiskan, ya!" ucap wanita itu sembari menyimpan nampannya ke atas meja. Viona memperhatikan pergerakan wanita sekitar usia ibunya, tetapi penampilan wanita ini terlihat seperti wanita nakal dikarenakan penampilannya begitu sexy.
"Anda siapa? Kenapa aku bisa ada di sini? Dimana aku saat ini berada? Tolong jawab aku, Tante!" Viona mencerca berbagai macam pertanyaan pada wanita itu.
Orang yang di tanya pun tersenyum, ia berdiri tegak menatap lurus ke Viona. "Kamu tidak perlu tahu dimana kamu sekarang, yang harus kamu tahu adalah, sekarang kamu akan mengikuti semua perintah Bos kami. Cepatlah makan! Setelah makan kamu ganti baju!" Lalu, wanita itu menyimpan paper bag di kasur.
Viona melihatnya dan beralih menatap wanita yang ada di hadapannya. "Aku tidak akan memakai itu! Dimana aku? Dimana ayahku?"
"Ayahmu sudah tidak ada disini," ujar seorang pria masuk kedalam kamar. Siapa lagi kalau bukan Louis yang masuk dengan setelan baju kesukaannya, bertema koboi.
"Tidak, itu tidak mungkin. Ayahku tidak mungkin membiarkan aku sendirian di sini. Kalian pasti telah menculikku, iya, 'kan?" Viona menoleh dan menggelengkan kepala enggan mempercayai perkataan Louis. Dia masih saja percaya jika ayahnya tidak mungkin membiarkan dia sendirian di tempat asing.
"Ngapain saya harus repot-repot menculik mu jika ayahmu sendiri yang menyerahkan anaknya padaku."
Menyerahkan, satu kata itulah yang membuat Viona berada di sana. Kata menyerahkan juga yang membuat Viona seketika terdiam mencerna serta mengingat kejadian semalam. Kejadian dimana sang ayah memaksa dirinya, dan juga tega memukul pipinya.
Sesak, itulah yang Viona rasakan tatkala orangtuanya berbuat kasar. Sakit, hati dan jiwanya merasakan setiap perlakuan mereka. Tak pernah terpikir olehnya akan menjadi jaminan utang. Sekarang ia mengerti kenapa dia ada di tempat itu, semua karena ayahnya.
"Ja-jadi Anda bernama Louis?" tanya Viona memastikan lagi siapa pria di hadapannya ini.
"Ya, saya Louis. Lebih baik sekarang kau makan dan bersiap-siap! Marry, urus gadis itu dan pastikan dia tampil cantik!" Perintah pun Louis berikan kepada wanita yang sejak tadi berada disana.
Hal itu semakin membuat Viona kebingungan. Kenapa dia harus bersiap-siap? Mau di bawa kemana lagi di? Dan apa yang akan terjadi dengan nasibnya setelah berada di tangan Louis? Viona mendadak ketakutan serta berpikir yang tidak-tidak.
"Siap, Bos."
Lalu, Louis pergi dari sana membiarkan dua orang wanita beda usia berada dalam ruangan yang sama.
"Tante, saya tidak mau bersiap-siap. Izinkan saya untuk keluar dari sini. Saya mohon, Tante. Saya tidak mau ada di sini." Viona berusaha membujuk Marry agar wanita itu mau membantu dia pergi dari sana. Viona juga menatap Marry dengan tatapan memelas agar wanita itu kasihan.
Tetapi, Marry tidak sedikitpun iba. "Lebih baik kamu ikuti perintah Bos Louis saja. Disini kita sama-sama bekerja dan akan mendapatkan uang. Lebih baik sekarang kamu pakai baju ini!" Marry mengambil pakaian dari dalam paper bag dan memberikannya kepada Viona.
Viona memperhatikan pakaian itu, dia menepis tangan Marry menolak tegas pakaian mini. "Tidak! Aku tidak mau memakainya!"
Lalu, Viona turun dari ranjang hendak kabur, tetapi Marry segera menarik lengan Viona dan menyeret paksa gadis itu ke kamar mandi.
"Lepaskan aku! Aku mau pulang! Aku tidak mau disini! Aku tidak mau!" Viona memekik mencoba melepaskan dirinya dari cekalan Marry.
"Jangan membantah dan jangan coba-coba untuk kabur! Ikuti saja perintah Bos agar kau hidup tenang!" sentak Marry sembari menarik Viona masuk ke dalam kamar mandi.
Tenaga Marry cukup besar sampai membuat tangan Viona kesakitan dan sulit lepas darinya. Viona terus memohon dengan derai air mata sudah membasahi pipinya. Ia menolak mengganti pakaian yang ia kenakan dengan pakaian sexy yang hendak Marry pasangkan pada tubuhnya.
Saking kesal karena Viona berontak, Marry mengguyur Viona memandikannya.
"Saya sudah sabar membiarkanmu mandi sendiri tapi kau malah mencoba berontak. Jadi jangan salahkan saya jika saya memandikan dirimu."
"Aakkh ... dingin. Hiks hiks hiks ...."
Viona pasrah diguyur air dan rambutnya di tuangkan shampo. Menolak pun percuma, karena Marry tidak akan membiarkannya pergi sebelum mandi selesai.
"Mandi yang benar! Jangan menyusahkan ku lagi, bodoh!" sentak Marry sambil mendorong bahu Viona hingga tubuh gadis itu mundur ke dinding.
Viona memejamkan mata dan menggigit bibir menahan tangis. Tubuh yang masih lengkap memakai pakaian, tetapi sudah banyak sabun di seluruh tubuhnya, membuat Viona pasrah membersihkan dirinya sendiri. Sedangkan Marry, wanita itu menunggu di luar kamar mandi.
Sehabis mandi, Viona kembali di paksa memakai pakaian bawaan Marry. Awalnya menolak, tetapi Marry kembali memperlakukan kasar. Mau tidak mau Viona memakai pakaian yang begitu pas di tubuhnya. Baju itu juga sampai memperlihatkan lekuk tubuh indahnya dan berada di atas lutut.
Viona yang tidak pernah memakai pakaian mini, begitu tidak nyaman dan terus menarik ujung bajunya ke bawah.
"Jangan di tarik-tarik! Nanti bajunya rusak. Lebih baik kamu diam dan nikmati ini semua! Kamu itu cantik dan tubuhmu bagus, pasti akan banyak pelanggan yang menjadikanmu teman kencannya."
Deg ....
Viona terhenyak mendengar kata yang Marry ucaokan. "Maksud Tante?" pikiran Viona sudah negatif.
"Kau akan menjadi wanita primadona di club malam ini," kata Marry begitu santai sambil menyisir rambut Viona.
"Apa?! Wanita Malam?! Aku tidak mau!" Dan seketika Viona mengerti maksud dari perkataan Marry. Club malam, itu artinya dia akan dijadikan wanita malam dan akan di jual kepara pria hidung belang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments