Aya Menghilang

Arka menelepon Daffin untuk memastikan apakah Aya telah pulang dengan selamat. Namun Daffin tidak menemukannya semenjak ia kembali ke sekolah untuk menjemputnya. Daffin merasa khawatir dan langsung menelepon Haira untuk memastikan keadaan Aya.

"Halo, Ai. Apa Aya sudah pulang?" tanya Daffin tanpa basa-basi.

Haira menjawab bahwa ia masih ada di toko. Tapi ia sebentar lagi akan pulang untuk mengambil sesuatu yang ketinggalan. Daffin langsung menutup teleponnya setelah Haira berjanji akan meneleponnya saat sampai di rumah.

Sembari menunggu Haira, Daffin mencoba mencarinya di sekolah.Ia mencari ke berbagai tempat yang mungkin didatangi Aya, seperti atap dan aula olahraga. Namun ia tidak menemukannya. Kelas pun sudah banyak yang terkunci. Daffin juga berusaha meneleponnya berkali-kali namun nomornya sedang tidak aktif.

Daffin masih belum menyerah. Ia mendatangi pos satpam tempat Pak Teguh biasa duduk dan mengawasi pintu gerbang. Menurut Pak Teguh, ia melihat Aya sudah berjalan melewati gerbang namun cukup lama setelah bel pulang sekolah berbunyi.

Artinya Aya memang masih di sekolah saat Arka bersama Nona. Lalu Aya keluar melewati gerbang. Tapi kenapa dia tidak berpapasan dengan Daffin sama sekali, padahal dia juga tengah mencarinya di sekolah saat itu.

Saat Daffin masih memikirkannya kemungkinan lain, Haira menelepon. Dia mengatakan bahwa Aya tidak ada di rumah. Suaranya semakin panik saat mengatakan bahwa kemungkinan terjadi sesuatu dengan kakaknya.

Daffin juga terkejut mendengarnya, namun ia berusaha tetap meyakinkan Haira bahwa Aya akan baik-baik saja. Ia berjanji akan mencari dan mengantar kakaknya pulang. Daffin menyuruh Haira untuk mengatakan pada ibunya bahwa Aya sedang menginap di rumah temannya. Ia tak mau ibunya semakin khawatir dan mengganggu kesehatannya.

Haira menuruti perintah Daffin, namun ia juga berusaha membantu dengan menelepon Dipa. Ia meminta Dipa membantu mencari kakaknya, dan Dipa pun bersedia.

Sementara itu, Daffin mencari Aya di jalan sekitar sekolah. Ia menyusuri setiap gang sempit yang ada. Namun tetap saja nihil. Akhirnya ia menuju ke tempat terakhir yang terlintas di pikirannya. Tapi untuk memastikannya, Daffin kembali menelepon Arka.

"Apa Nona masih sama lo?" tanya Daffin.

"Enggak, kenapa? Apa Aya belum ketemu?" jawab Arka.

"Apa nggak ada yang aneh dari sikap Nona tadi?" tanyanya lagi.

Arka mengatakan bahwa Nona hanya menyapanya di depan sekolah, dan meminta untuk mengantarnya pulang. Mereka sempat mampir ke sebuah tempat makan dan tidak ada yang khusus atau aneh dari sikap Nona.

Tapi ketika Daffin hendak menutup teleponnya, Arka mengatakan sesuatu. Dia sempat melihat Nona menerima sebuah pesan di ponselnya. Arka mencoba mengintip saat Nona sedang mengambil pesanan mereka. Dan Arka melihat ia membalas pesan dari seorang yang bernama Bibi. Disitu tertulis bahwa Bibi sudah mengerjakan pesanan Nona, dan Nona membalasnya dengan berkata akan ke sana untuk memberi hadiah.

Daffin berpikir sejenak sebelum menuju tempat terakhir yang akan ia tuju. Seingatnya Nona tidak punya keluarga sejak keluarganya meninggal saat dia berusia dua belas tahun. Ia juga tidak punya keluarga lain. Lalu siapa yang dimaksud dengan Bibi?

Daffin menutup teleponnya dan bergegas mencari Aya di tempat terakhir. Tempat yang ia harap tidak akan menemukan Aya disana. Dia menuju kafe Benny. Ia curiga Aya dibawa kesana oleh orang suruhan Benny atas permintaan Nona.

Tapi sesampainya di sana, ia tidak melihat ada tanda yang menunjukkan Aya berada di sana. Semua orang sibuk dengan urusannya masing-masing. Saat ia melihat Nona yang baru masuk dari pintu depan, ia langsung menariknya ke luar.

"Apa yang kamu lakukan pada Aya?" tanya Daffin dengan keras.

"Apa maksudmu? Apa dia hilang? Atau dia kenapa-kenapa?" jawabnya sambil tertawa keras.

Berulang kali Daffin menekannya untuk jujur, jawaban Nona tetap sama. Ia bisa melihat kalau Nona memang tidak tahu dimana keberadaan Aya.

Daffin meninggalkan kafe dengan langkah lesu. Ia mulai putus asa mencari pacarnya. Jika dia tidak ada di sini, Daffin sudah tidak tahu harus mencarinya kemana.

Ting

Apa kau sudah mencarinya di Rumah Kampung?

Pesan dari Haira membuat Daffin berlari secepat yang ia bisa menuju Rumah Kampung. Bagaimana ia bisa melupakan tempat itu. Kemungkinan Aya berada di sana sangat besar karena dia sangat menyukai keheningan rumah itu.

Dan benar saja, begitu ia masuk ke dalam rumah itu, Daffin melihat Aya tengah tertidur di sofa. Daffin yang terengah karena belari sejak sore hingga malam, langsung terduduk di samping sofa itu. Ia membelai rambut Aya yang menghalangi matanya, membuat gadis itu terbangun.

"Daffin.." ucapnya sedikit kaget saat melihat Daffin berada di depan wajahnya.

"Apa kamu sudah bangun?" tanya Daffin lembut, masih dengan napas yang terengah-engah.

"Kenapa kita bisa di sini? Aish, aku ketiduran, kenapa kamu nggak bangunin aku sih?"

Melihat pacarnya sudah mengomel tanpa tahu apa yang ia lalui untuk menemukannya, justru membuat Daffin tertawa pedih. Bisa-bisanya gadis itu mengomelinya padahal ia yang menghilang tanpa kabar. Daffin sangat mengkhawatirkannya, namun melihat Aya baik-baik saja sudah cukup baginya.

"Apa kamu baru lomba lari? Kenapa ngos-ngosan gini?" protes Aya tanpa rasa bersalah.

"Aku berlari seharian nyari kucing yang hilang" sindir Daffin.

"Cih.."

Aya melihat jam di ponselnya, namun ternyata ponselnya mati tanpa ia sadari. Ia bertanya pada Daffin yang mendengus setelah tahu kenapa Aya tidak bisa ditelepon. Sungguh gadis yang ceroboh, pikir Daffin.

Daffin mengantar Aya pulang. Kali ini dia benar-benar harus mengantarnya sampai depan rumah, bahkan ia menunggu sampai Aya masuk ke dalam rumah.

Setelah ia memastikan Aya telah aman, Daffin melangkah menuju rumahnya. Ia sangat letih setelah seharian belari kesana kemari mencari 'kucing' kesayangannya yang hilang tanpa memberi kabar dan ternyata hanya tertidur di suatu tempat. Memikirkannya lagi membuat Daffin jengkel sekaligus gemas.

Sepanjang jalan, pikiran Daffin mendadak terganggu soal ucapan Arka yang mengatakan soal pesan percakapan antara Nona dan orang yang ia sebut Bibi. Apa itu hanya pesan biasa? Tapi kenapa Arka membahasnya jika sebagian orang akan menganggapnya sebagai pesan yang umum? Ah, entahlah, saat itu Daffin hanya ingin segera pulang dan tidur.

"Hai, Daffin!"

Mendengar sebuah suara yang ia kenal dan tak ingin ia dengar, Daffin melenguh kesal. Ia sangat ingin tidur tapi kenapa gadis ini selalu mengganggunya.

"Apa lagi? Gue capek, nggak ada tenaga buat ngladenin kamu" tegasnya.

"Cih, aku cuma mau nganterin hp Arka yang ketinggalan tadi" jawab gadis yang memanggilnya, yang tak lain adalah Nona.

Daffin menerima ponsel itu dan menyuruh Nona segera pergi. Untungnya gadis itu segera menurutinya. Dan saat ia akan membuka pagar rumahnya, bunyi ponsel Arka mengalihkan perhatiannya.

Ting

Gue udah bawa dia ke rumah itu. Dia tertidur. Gue tunggu uangnya.

Terpopuler

Comments

monocaaa

monocaaa

appaaaaa yg terjadi

2023-02-13

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!