Arka menawarkan dirinya menjadi pengganti Dipa dan Siska. Dia juga tahu soal obat yang dibawa Daffin dan Aya dari tempat Om Benny. Arka melihat orang yang mengikuti mereka menunjukkan gelagat mencurigakan. Arka mendapat informasi bahwa Ketapel tidak akan begitu saja membuntuti mereka tanpa alasan dan tujuan. Mereka hanya akan mengikuti para Merpati saat mereka sedang membawa barang yang akan mereka jual.
Arka juga melihat sikap Daffin dan Aya yang nampak terlalu berhati-hati saat berjalan. Mereka banyak melihat sekeliling seolah ingin menyembunyikan sesuatu. Dengan berbagai pemikiran itu Arka menyimpulkan kalau mereka pasti sudah berada dalam satu tekanan. Dan tebakan Arka benar, tekanan itu adalah obat.
Daffin yang semula berusaha menyembunyikan perkara obat, harus gigit jari karena akhirnya tertangkap oleh kakaknya. Tapi soal tawaran Arka yang mengagetkan itu, Daffin masih belum bisa menerimanya dengan sepenuh hati. Dalam pikirannya, Daffin sudah merancang aksi balas dendamnya nanti. Seandainya posisinya digantikan Arka, apakah dia masih bisa melakukan rencananya?
"Ar, ini bukan main-main" kata Daffin ketus.
"Lo udah kelas tiga. Masa depan lo masih ada.." lanjutnya
Arka tersenyum. Benar memang dia masih memiliki peluang masa depan yang cerah. Nilainya cukup bagus. Dia bisa saja memilih melanjutkan kuliah di perguruan tinggi manapun yang dia mau. Tetapi ada yang Daffin lupa, bahwa dia juga seorang kakak dan wali atas adiknya. Sebagai ganti dari kedua orang tua mereka, Arka tidak mungkin membiarkan adiknya berada dalam masalah sendirian.
"Lo pikir gue nggak tahu niat lo kesana buat apa?" sindir Arka.
Arka mengetahui niat dan rencana balas dendam Daffin. Sudah lama dia mengetahui bahwa adiknya tengah mencari penyebab dan orang yang bertanggung jawab atas kematian orang tua mereka. Arka tidak bisa menahan Daffin karena takut adiknya akan kembali ke dunia gelap narkotika.
Mendengar sindiran kakaknya, Daffin hanya berdecak. Lagi dan lagi ia tertangkap oleh kakaknya sendiri.
"Udahlah, Fin. Balikin obatnya dan keluarkan Aya dari urusan ini!" ujar Arka serius.
"Oke, tapi gue akan tetap masuk ke sana. Kita lakukan berdua" jawabnya.
Mereka pun menelepon Boni dan mengajaknya bertemu. Arka mengajukan diri sebagai ganti atas kebebasan Siska, Pak Teguh dan Dipa. Perdebatan mereka memakan waktu yang cukup lama. Sebab Om Benny menginginkan tiga orang pengganti, sesuai jumlah orang yang mereka lepaskan. Namun Arka dan Daffin juga terus meyakinkan bahwa mereka akan menjual lebih banyak barang.
***
Sementara Arka dan Daffin menyusun strategi untuk mengeluarkan Aya dari lingkungan ini, Aya justru bingung sekaligus kaget saat mendengar kabar dari Siska bahwa ayahnya telah kembali pulang dengan selamat. Begitu juga dengan Haira yang mengabari bahwa Dipa mendapat telepon agar tidak datang lagi ke markas preman-preman itu.
"Apa yang terjadi? Kenapa mereka sudah menyelesaikannya tanpa membicarakannya denganku?" keluh Aya saat berjalan menuju toko kue Ayahnya.
Tapi ia merasa lega dan bersyukur, akhirnya semua sudah berjalan baik. Tapi pikirannya kembali terfokus pada Daffin dan Arka. Tentang dirinya yang juga terlibat di dalamnya. Apa yang akan dia lakukan soal menjadi Merpati? Apa dia benar-benar akan mengirim dan menjual narkotika?
Tanpa disadari kakinya telah membawanya ke toko kuenya. Hari ini jadwal shift jaganya dimulai seperti biasa. Dia menukar shiftnya dengan Haira selama seminggu kemarin.
"Hai, ayah udah pulang?" tanyanya.
"Baru aja. Semua udah aku tata, kamu tinggal sisanya aja" jawab Haira sembari bersiap meninggalkan toko.
Aya mengangguk dan mengganti bajunya. Begitu Haira keluar dari toko, tak lama beberapa orang dengan pakaian serba gelap datang memasuki toko kue Aya. Hal itu sontak membuatnya terkejut dan sedikit takut.
"Apa lo Aya?" tanya salah satu dari tiga orang yang datang itu.
"I..iya. Anda siapa?" tanyanya sedikit gugup dan mulai beringsut mundur.
"Besok sudah harus mulai kerja, besok gue tunggu di depan sekolah lo" jawabnya sambil berlalu keluar dari toko.
Aya baru menyadari bahwa orang itu pastinya salah satu dari Ketapel yang akan mengikutinya. Ah, bagaimana orang itu bisa menemukan toko kue ayahnya. Aya langsung menghubungi Daffin dan berusaha membicarakan tentang hal ini.
"Lo dimana?" tanya Daffin
"Di toko"
Daffin meminta Aya untuk tetap berada di dalam toko sampai dia datang. Aya pun tidak ada pilihan lain selain menurutinya.
Lima belas menit kemudian Daffin datang. Aya dengan agresif langsung memberondonginya dengan berbagai pertanyaan. Berbagai kemungkinan yang ia pikirkan membutuhkan pandangan dari seorang Daffin yang lebih memahami situasi ini. Aya terlalu takut keputusannya kemarin adalah sebuah kesalahan besar.
"Fin, gimana dong. Apa kita beneran harus jual obat-obat itu? Gue takut banget mereka akan datang kesini lagi" tanya Aya panik.
"Tenang Ay, lo nggak akan jualin itu obat" jawabnya.
"Tapi apa mereka akan diem aja?" tanyanya lagi.
Tentu saja tidak, pikir Daffin. Mereka tidak akan semudah dan sebodoh itu melepas budak mereka. Terlebih kemarin Aya sendiri yang mendatangi mereka. Daffin sedikit merasa bersalah dengan itu. Ia meyakinkan Aya sekali lagi hingga gadis itu tenang.
***
Benar saja dugaan Daffin. Mereka memang menunggu kedatangan Aya dan Daffin di depan sekolah. Daffin yang sudah menyiapkan diri langsung menjadi tameng Aya saat itu.
"Dia nggak akan ikut. Dia berhenti" ucap Daffin santai.
Pria yang menunggu mereka pun terkekeh mendengar ucapan Daffin. Mereka tetap bersikukuh akan membawa Aya bahkan dengan cara kasar sekalipun apabila dia menolak untuk bekerja.
Aya bergidik dan semakin takut mendengar ancaman tersebut. Tetapi ia juga tetap tidak mau terlibat dalam perdagangan narkoba. Akhirnya mereka terpaksa menghindari mereka terlebih dahulu dengan masuk ke area sekolah.
Daffin dan Aya sepakat akan melarikan diri sepulang sekolah nanti. Terlepas apa yang akan terjadi, mereka akan memikirkannya nanti. Dan begitu jam pulang sekolah tiba, mereka benar-benar melarikan diri. Tetapi ternyata para pria yang mencegat mereka mengetahuinya.
Mereka pun saling berlari dan berkejaran. Aya sungguh menyesali keputusannya. Pada akhirnya dia harus mengalami semua ini. Mereka berdua berbelok melewati gang sempit, menuju Rumah Kampung. Dan pada akhirnya Daffin dan Aya bisa lolos dari kejaran mereka.
Satu jam lebih mereka bersembunyi di Rumah Kampung. Daffin bisa melihat ketakutan Aya saat itu. Ia pun mengantar Aya pulang setelah berdiam lama di sana.
Namun saat mereka tiba di rumah, Aya melihat sebuah kerumunan di depan rumahnya. Ia bahkan bisa melihat sebuah sesuatu yang sama sekali tidak ingin dia lihat. Semakin berjalan mendekati rumah, Aya melihat lagi ibu dan adik-adiknya menangis sambil berpelukan di depan ayahnya yang terbaring tak bernyawa.
Ayah Aya meninggal dunia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments