Akhirnya Jadi Juga

Daffin melepas tangan Nona yang sudah menggelayuti lengannya lagi. Ia berlari menerobos hujan yang tiba-tiba datang mengguyur mereka. Tanpa peduli seluruh tubuhnya basah kuyup oleh air, Daffin terus berlari menuju rumah Aya.

Sepertinya pesan dari Aya begitu mengusik dirinya, sehingga dia berani meninggalkan Nona begitu saja. Begitu sampai di depan rumah, Aya tidak mengangkat teleponnya. Berapa kali pun Daffin menelepon, ia tetap mengabaikannya.

Ting

Aku tunggu di toko sampai kamu datang

Aya membaca pesan dari Daffin. Agaknya dia sudah menyerah untuk melakukan panggilan tak terjawab. Namun Aya masih ragu untuk menemui Daffin. Nona manja itu bisa saja menempel terus padanya. Dan pemandangan itu membuat Aya kesal.

Tetapi Daffin tipe anak yang ngeyel. Jika dia tidak datang, ia akan menunggunya selama mungkin. Dengan alasan manner, Aya memutuskan pergi menemuinya. Padahal memang sebenarnya dia ingin menemui Daffin, tapi harga diri dan rasa cemburunya membuat Aya menarik ulur tali tambang cintanya.

Waktu tempuh rumah Aya menuju toko tidak begitu lama, hanya sekitar sepuluh menit dengan berjalan kaki. Tetapi dia sengaja berjalan berlama-lama agar semakin lama pula waktu berpikirnya. Ia masih belum tahu harus bicara apa di depan Daffin.

Kini Daffin sudah terlihat dari pandangannya. Namun Aya malah berhenti dan berdiri di tengah jalan. Daffin pun melihatnya dari depan toko. Wajahnya penuh dengan kegelisahan dan kekhawatiran. Takut Aya akan berubah pikiran, dia pun segera berlari ke arah gadis itu. Begitu sampai di depannya, Daffin yang terengah-engah terlihat mengepalkan tangannya.

"Aku nggak mau!" seru Daffin

Aya memandang mata Daffin dengan tatapan dingin.

"Aku nggak mau dan nggak bisa bersaing dengan gadis itu" ucap Aya.

Daffin yang belum tahu arah ucapan Aya semakin bingung. Tidak ada yang dia lakukan selain diam mematung di tempatnya berdiri. Semua kalimat yang sudah ia rangkai dan akan ia ucapkan mendadak hilang. Ia lupa semuanya.

"Soal chat aku tadi.." kata Aya.

Belum sampai Aya menyelesaikan kalimatnya, Daffin sudah menghambur ke arahnya dan memeluknya.

"Aku suka sama kamu, Ay" ucap Daffin.

Giliran Aya yang mematung mendengar kalimat itu. Beruntung Daffin sedang memeluknya, sehingga dia tidak bisa melihat wajahnya yang salting brutal dan memerah saking senangnya.

Namun dengan buru-buru Aya melepas pelukan Daffin dan sedikit mundur. Pipinya yang memerah kini berkolaborasi dengan bibirnya yang manyun.

"Ke..kenapa, Ay? Ah, maaf kalau aku tiba-tiba memelukmu" kata Daffin yang mendadak merasa bersalah.

"Gimana kalau cewekmu itu dengar? Aku pasti bakal digeprek sama dia" jawab Aya ketus.

Daffin tidak bisa menahan tawa kecilnya. Gadis itu selalu mengomelinya kapan pun dan dalam situasi apapun. Mungkin itulah yang membuat Aya menarik di mata Daffin.

"Dia kan nggak disini" jawabnya santai.

Namun begitu melihat reaksi Aya yang siap menerkamnya dengan kata-kata, Daffin segera menimpalinya lagi.

"Dia bukan cewekku, Ay. Cewekku cuma kamu"

Aya kembali salting brutal. Wajahnya memerah lagi tapi bukan karena marah. Ia suka sekali mendengar kalimat gombal seperti itu. Tapi saat ini dia sedang dalam mode jutek, ia harus mempertahankan ekspresi wajahnya.

"Cih, siapa bilang aku mau jadi cewekmu"

Daffin semakin frustasi dan gemas melihat sikap jual mahal Aya. Dia menarik tangannya dan tubuh gadis itu sekarang berada tepat sepuluh sentimeter dari dirinya. Gerakan ekstrimnya membuat Aya menelan ludah. Matanya tidak berkedip normal, begitu pula dengan jantungnya.

"Kalau kamu nggak mau, aku nggak akan memaksamu. Tapi aku nggak bisa jadi teman kamu lagi.."

"..aku nggak bisa merubah perasaanku balik jadi teman lagi, Ay" lanjutnya

Lagi-lagi Aya menelan ludahnya. Wajahnya memerah lagi. Ia tidak menyangka Daffin berkata seperti itu. Meski harga dirinya nomer satu, jual mahalnya juga penting, mendengar hal itu Aya mendadak ciut.

"Emang aku bilang kalau aku nggak mau?" celotehnya.

"Aku cuma..nggak mau aja, si Nona itu mengganggumu lagi" lanjutnya lirih.

Akhirnya Daffin tersenyum. Ia seperti memenangkan sebuah kompetisi tarik ulur perasaan. Dengan segera dipeluknya lagi tubuh gadis mungil itu. Daffin sedikit tersentuh saat gadis itu lebih mengkhawatirkan dirinya, padahal dirinya sendiriIa mungkin akan disakiti. Lalu ia meyakinkan Aya bahwa Nona tidak akan berani mengganggu apalagi menyakitinya.

"Berarti kita.." ucap Daffin terpotong, karena tiba-tiba gadis di pelukannya itu mendadak melayangkan kecupan manis di pipinya dan melarikan diri menuju rumah.

***

Aya mengurung dirinya di dalam kamar. Bahkan menu makan malam favoritnya tidak berhasil membuat dia keluar. Ibu dan Haira bahkan sampai mengira dia sakit atau mengalami masalah besar. Hanya saja Aya memang menganggapnya masalah besar. Ia terlalu malu dan salah tingkah setiap membayangkan perbuatannya sore tadi. Dibalik selimut yang ditelangkupkan di tubuhnya, ia merutuki dirinya karena melakukan hal memalukan itu. Hal yang menurutnya genit, centil dan sangat bukan dirinya.

Ia tidak bisa membayangkan raut wajah Daffin saat ia mencium pipinya. Belum lagi pandangan Daffin akan dirinya nanti. Bisa saja dia akan melihatnya sebagai gadis yang agresif. Dan itu memalukan bagi Aya.

Di sisi lain, Daffin malah merasa malu. Menurutnya sikap yang tadi harusnya dilakukan olehnya, sebagai laki-laki. Tapi malah Aya yang melakukannya lebih dulu. Kali ini dia yang merasa harga dirinya telah jatuh.

Entah keputusan mereka benar atau salah, saat ini mereka berdua sedang merasakan indahnya cinta masa remaja. Mereka berdua menganggap satu sama lain sebagai bahu untuk bersandar, dan harapan kecil untuk menjalani kehidupan remaja mereka.

Meskipun mereka tidak tahu, bahwa kesenangan kecil mereka, akan berlanjut menjadi sebuah kesedihan dan kegelisahan yang membuat masa remaja mereka semakin rumit. Kesenangan yang akan membawa mereka pada pelajaran hidup yang tidak akan pernah bisa mereka lupakan. Kesenangan yang mungkin akan mereka sesali di kemudian hari.

Namun baik Aya maupun Daffin, hanya ingin jujur pada perasaan mereka sendiri. Hanya ingin bahagia tanpa harus memikirkan ujung akhirnya nanti.

***

Di sisi lain Nona yang merasa dipermalukan oleh Daffin yang meninggalkannya, mulai perburuannya. Ia yakin bahwa Daffin meninggalkannya karena Aya. Dia yang menunggu saat-saat bersama Daffin, tidak akan membiarkan Aya merebut apa yang menjadi miliknya.

Untuk itu dia meminta seseorang mengikuti Daffin. Dan benar saja, dia mendapat laporan bahwa Daffin menemui Aya. Bahkan ia juga mengetahui tentang kecupan itu.

"Aya sialan!!! Akan kubuat mulutmu menyesal melakukan itu" ujarnya geram.

Nona terlalu emosi dengan laporan yang diterimanya. Tanpa ia sadari seseorang tengah mengintainya dari balik pohon di belakang tempat ia berdiri. Seseorang itu nampak bisa mendengar ucapan Nona, berikut orang yang memberinya laporan. Orang itu menyunggingkan senyum dan bergegas pergi sebelum Nona mengetahui keberadaannya.

Terpopuler

Comments

monocaaa

monocaaa

siapaaa... 😱🤨

2023-02-13

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!