Rasa sedih di hati Salsa telah menguap oleh ulah Rihana, Salsa menghela nafas lega lalu tersenyum kecil, melupakan masalahnya dengan Setyo.
"Ada gunanya juga, Rihana bahenol itu tinggal di sini" gumam Salsa.
Tiba-tiba Salsa ingat, kalau dia harus menelepon Danuarta, agar mengurus biaya rumah sakit ayahnya. Setelah bicara panjang lebar dengan Danuarta, Salsa memegang perutnya yang merasa lapar, Salsa keluar dari kamar, lalu pergi ke dapur mencari makanan yang bisa dimakan.
"Sepertinya, malam ini ada yang kelaparan!" sindir Malika yang melihat Salsa membuka kulkas.
Salsa tak menanggapi sindiran Malika, Salsa mengeluarkan sedikit sayuran dan satu buah telur untuk Salsa masak bersama mie instan yang Salsa temukan dalam laci, entah punya siapa.
"Makanan kampungan!" ejek Malika lagi melihat Salsa memegang mie instan.
"Kamu mau, nanti sekalian aku masakin?" tawar Salsa.
"Malas aku makan makanan seperti itu" jawab Malika. Malika memperhatikan Salsa memasak mie instan dengan seksama, harum mie yang di masak Salsa tercium ke dalam hidungnya, yang seketika membuat perut Malika yang sedang lapar berdemo.
"Yakin tidak mau?" tanya Salsa sekali lagi, Malika menggeleng lemah lalu segera pergi meninggalkannya Salsa, Malika pergi sebelum dia makin tergoda oleh mie instan yang di buat Salsa. Salsa tersenyum melihat kepergian Malika "lapar tapi gengsi" gumam Salsa.
***
Setyo malam itu, dengan mobil mewahnya tampak bingung harus kemana, Setyo masuk ke dalam sebuah cafe, yang biasa tempat dia dan teman nya dulu nongkrong, Setyo yang malam ini berniat melupakan masalahnya, ingin sekali bertemu dengan teman-temannya.
"Mala" gumam Setyo ketika matanya melihat seorang wanita, yang cukup di kenal olehnya.
Setyo melihat dengan kesal, maksud Setyo datang kemari ingin melupakan masalah di rumah, tapi di sini Setyo seperti membuka luka lama, dengan bertemu dengan Mala.
Setyo memandang ke arah Mala yang sedang asyik berduaan dengan seseorang.
Dengan rasa penasaran, Setyo mendatangi meja Mala, Setyo menyapa Mala.
"Lama tak jumpa Mala" sapa Setyo, Mala yang tidak tahu kehadiran Setyo di cafe itu terkejut.
"Setyo!!" seru.
"Apa kabar?" tanya Setyo basa basi.
"Baik" jawab Mala pelan.
"Pak Setyo!" seru pria yang bersama dengan Mala.
"Pak Juna!" balas Setyo terkejut mengetahui siapa pria yang sedang bersama Mala, malam ini.
"Boleh aku bergabung?" tanya Setyo
"Silahkan, kami berdua hanya sedang santai" jelas Juna.
Juna yang sifatnya terus terang langsung bertanya "apa nyonya Salsa benar-benar menolak ajakan makan malam ku?" tanya Juna.
"Salsa!?" tanya Mala penasaran dengan nama perempuan yang di sebut oleh Juna.
Mala mengenal siapa Juna, lelaki dingin yang jauh dari yang namanya wanita, Mala juga bisa dekat dengan Juna hanya karena keberuntungannya, sebagai anak dari pengusaha terkenal. Juna tak akan sembarangan menyebut nama seorang wanita, jika wanita itu tidak special buatnya.
"Sepertinya dia tak bisa menemani anda sekarang ini, ayahnya masuk rumah sakit" jelas Setyo.
"boleh aku tahu di mana ayah nyonya Salsa di rawat?" tanya Juna penasaran.
Setyo menatap ke arah Juna, lalu bergantian ke arah Mala.
"Kami hanya berteman" ucap Juna mengerti arti dari tatapan Setyo, Mala menundukkan kepalanya, Setyo tersenyum kecil.
"Aku juga belum tahu tentang hal itu!" jawab Setyo, Setyo jadi ingat Salsa.
Harusnya tadi aku tanya baik-baik dulu bathin Setyo dengan penuh penyesalan.
"Aku akan telepon nyonya Salsa" ucap Juna.
"Untuk apa?" tanya Setyo.
"Untuk menanyakan bagaimana keadaan ayah nya" jawab Juna.
Bodoh! seharusnya aku juga menanyakan bagaimana keadaan ayahnya bukan meninggalkannya, pasti sekarang Salsa sedang sedih bathin Setyo lagi.
Setyo benar-benar membodohi dirinya sendiri malam itu, apa yang harus dilakukan oleh nya, akan di lakukan oleh Juna di depan matanya.
"Halo"
"Halo Salsa, ini aku Juna" ucap Juna
"Pak Juna ada apa?" tanya Salsa.
Setyo mendengarkan percakapan Salsa dan Juna dengan baik, tak ada satu kata pun terlewat dari pendengaran nya, Setyo mengepalkan tangan saat melihat Juna tersenyum lebar mendengar perkataan Salsa.
Setyo melihat Juna terlihat sangat menikmati obrolannya bersama Salsa hingga melupakan Setyo dan Mala.
Setyo dengan kesal bangun dari kursinya lalu pergi keluar dari cafe tersebut.
Sedangkan Mala masih mendengar Juna berbicara dengan Salsa dengan sabarnya.
"Maaf aku membuat kamu menunggu!" ucap Juna.
"Bukan masalah" jawab Mala dengan senyum yang merekah.
"Setyo mana?"
"Dia pulang"
Setyo memukul setir mobilnya dengan kuat, jiwa nya sekarang sungguh meronta-ronta, serba salah.
Setyo pulang ke rumah, terkejut melihat Rihana sedang menangis di samping ibu nya "ada apa?" tanya Setyo.
"Itu istri bar-bar kamu, menampar Rihana!" omel nyonya Nur.
"Apa yang telah kamu lakukan pada Salsa?" tanya Setyo.
"Apa maksud kamu??" tanya Rihana merasa tersinggung.
"Tak mungkin Salsa memukul kamu tanpa alasan!" sinis Setyo.
"Jadi maksud kamu, aku yang mulai!?" Setyo tak menjawab pertanyaan Rihana itu.
"Dengar Setyo, istrimu sekarang memang cepat marah!" ucap nyonya nur.
"ibu, tak mau jadi sasaran dia!" lanjut Nyonya nur.
"Itu tergantung ibu, menurutku!" ucap Setyo masih tak percaya ucapan mamah nya dan Rihana.
"Suatu saat kamu, akan melihat nya mengamuk!" ucap nyonya nur.
Setyo tak menggubris teriakkan nyonya Nur, yang Setyo harus lakukan sekarang adalah meminta maaf pada Salsa.
Setyo berdiri di depan pintu kamar Salsa, mengetuk pintu itu pelan sebanyak tiga kali.
"Ada apa?" tanya Salsa saat melihat Setyo berdiri di depannya, saat ini.
"Aku minta maaf" ucap Setyo memasang wajah menyesal dan sedih.
"Sudah aku maafkan, sekarang aku harus tidur, besok harus ke rumah sakit" jelas Salsa, sambil menutup pintu kamarnya, tapi di tahan oleh Setyo, Setyo menatap ke arah Salsa.
"Boleh aku tidur di kamar ini?" tanya Setyo tiba-tiba.
Salsa menggeleng lemah "tidak boleh!" tolak Salsa.
"Ku mohon" melas Setyo dengan wajah sedihnya.
"Masuklah!" Setyo tersenyum lebar ketika mendengar itu.
Malam itu, Setyo benar-benar tidur di kamar Salsa, memeluk salsa dan mencium Salsa.
Salsa dan Setyo seakan-akan melupakan apa yang telah terjadi sebelumnya pada mereka.
Mereka di dalam kamar saling merajuk dan menggoda satu sama lain.
"Apa yang tadi kamu bicarakan dengan Juna?" tanya Setyo sambil memeluk Salsa.
"Kok bisa tahu Juna telepon?" tanya Salsa tanpa menjawab pertanyaan dari Setyo.
"Juna menelepon di depan mataku" jawab Setyo kesal.
"Kok bisa??" tanya Salsa lagi.
"Kami bertemu di cafe" jawab Setyo.
"Kok bisa kamu ketemu Juna di sana?" tanya Salsa lagi.
Setyo terdiam, mengkerutkan keningnya mencerna pertanyaan Salsa sejak tadi "perasaan dari tadi kamu tanya aku dengan awalan kok bisa? Kamu tidak percaya padaku?" tanya Setyo.
Salsa membalikan badannya hingga mereka sekarang tidur saling berhadapan tanpa ada jarak.
"Tidak aku hanya sedikit penasaran! Kok bisa semuanya terjadi secara kebetulan?" ucap Salsa bingung.
"Di dunia ini, tak pernah ada yang tidak mungkin" sahut Setyo.
Salsa terdiam "benar juga, di dunia ini tidak ada yang tak mungkin, seperti aku yang sekarang! Kok bisa jadi pewaris dan juga kok bisa jadi istri kamu!" ucap Salsa dengan jelas, membuat Setyo terdiam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments