Danuarta membawa Salsa ke tempatnya, di sana Danuarta bercerita mengapa Tuan Handoyo mewarisi perusahaan dan rumah itu kepada Salsa.
"Tuan Handoyo ingin, memberi pelajaran kepada istrinya dan anak-anaknya, yang sombong itu" ucap Danuarta.
Salsa teringat bagaimana pertemuannya dengan Tuan Handoyo, hari itu.
"Tuan! Tuan!!" Panggil Salsa memanggil Tuan Handoyo, yang saat itu sepertinya sedang terburu-buru.
Setengah berlari, Salsa mengejar Tuan Handoyo.
"Ada apa!?" Tanya Tuan Handoyo ketus melihat penampilan Salsa.
"Dompet anda terjatuh, Tuan" jawab Salsa.
Handoyo menatap ke arah dompet yang di sodorkan oleh Salsa, Handoyo merogoh, saku celananya, dan ternyata dompetnya memang tidak ada.
Handoyo mengambil dompet itu, lalu memeriksa isinya, masih utuh semua, Handoyo menatap Salsa lagi, Handoyo menatap Salsa dari atas hingga bawah, membuat Salsa salah paham.
"Ada apa, Tuan!? Apa ada yang salah dengan penampilanku? Aku biasa berpakaian seperti ini" cerocos Salsa dengan nada sedikit kesal.
"Kamu pengamen di perempatan itu kan?" Tanya Handoyo.
"Iya" jawab Salsa cepat.
"Siapa nama kamu?" Tanya Handoyo lagi.
"Salsa"
"Salsa, baiklah karena saat ini aku sedang terburu-buru, aku tak akan bisa membalas kebaikan kamu telah mengembalikan dompet ku ini, tapi aku janji akan membalas kamu, dengan hal yang akan merubah hidupmu menjadi lebih baik dari sekarang" ucap Handoyo, setelah itu Salsa tak pernah lagi bertemu dengan Handoyo, ternyata itu adalah pertemuan pertama dan juga pertemuan yang terakhir untuk mereka.
"Apa yang akan kamu lakukan setelah menerima warisan ini?" Tanya Danuarta pada Salsa, membuyarkan ingatan Salsa pada Almarhum Tuan Handoyo.
"Aku tidak tahu" jawab Salsa polos.
"Apa kau percaya padaku?" tanya Danuarta kepada Salsa
"Untuk saat ini siapa lagi yang aku percaya, selain kepada anda, Anda pasti tahu bagaimana keluarga Tuan Handoyo, semua sekarang membenciku karena warisan ini" cerocos Salsa.
Danuarta terdiam, apa yang dikatakan Salsa memang benar, dalam hal ini tak ada seorangpun yang mendukung Salsa.
"Baiklah aku punya rencana terhadapmu, agar kamu bisa menjaga warisan ini" ucap Danuarta
"Apa kamu bisa baca tulis?" Tanya Danuarta lagi.
"Tentu saja tuan, aku pernah ikut sekolah walaupun hanya sekolah gratis, di kolong jembatan" jawab Salsa.
"Bagus" jawab Danuarta.
"Sampai Kelas berapa kamu sekolah?"
"Hanya sampai sekolah dasar, waktu itu ibuku meninggalkan rumah, ayahku yang seorang pemabuk, tambah jadi pemabuk, terpaksa aku putus sekolah untuk mengurus adik-adikku" cerita Salsa.
Danuarta terdiam mendengar cerita tentang kehidupan Salsa, semua yang diceritakan oleh Salsa seperti cerita dalam novel, tapi ini terjadi dalam kehidupan nyata.
"nanti saya akan memanggilkan guru untuk mengajar kamu, bagaimana cara bersikap dan berbicara kepada orang lain dan juga guru tentang ilmu bisnis" lanjut Danuarta.
"memangnya ada yang salah dengan cara bicaraku sekarang?" Tanya Salsa sedikit tersinggung mendengar ucapan Danuarta.
"Bukan begitu, setiap orang pasti berbeda jadi kita harus pandai-pandai bersikap dan berbicara di depan orang, apalagi nanti kamu akan bertemu dengan orang-orang penting, kamu harus bisa menjaga sikap kamu" jelas Danuarta lagi.
"Aku akan pastikan selama 7 tahun mendatang, kamu sudah menjadi perempuan yang mandiri dan sukses"
"Ingat Tuan Handoyo hanya memberi kewenangan harta ini atas namamu hanya selama 7 tahun, jangan buang kesempatan ini, dengan hanya berfoya-foya" pesan Danuarta.
Salsa terdiam, yang di katakan pengacara di hadapannya, sekarang memang benar,kesempatan ini tak akan datang dua kali, mungkin benar yang di katakan Tuan Handoyo, bahwa hidupnya akan lebih baik dari sekarang.
"Apa aku dapat jatah uang setiap.harinya, mulai sekarang?" Tanya Salsa ragu.
"Tentu saja, kamu akan menerima uang harian kamu sebanyak 5 juta setiap hari" jawab Danuarta.
"Tidak, itu terlalu banyak, aku hanya butuh sekitar 500 ribu setiap hari, itu juga sudah lebih dari cukup" ucap Salsa.
"Baiklah jika itu mau kamu, tapi ingat sekarang kami orang kaya, jika membutuhkan uang segera hubungi saya" pesan Danuarta lagi.
"Apa kamu bisa memberikan uang jatah harian ku itu sekarang? aku dari pagi belum bekerja, tentu belum ada uang untuk bisa ku bawa pulang" jelas Salsa.
"Tentu saja, ini atm yang bisa kamu gunakan untuk mengambil uang yang kamu butuhkan, apa kamu bisa menggunakannya?"
"Belum, apa anda bisa mengajarkan aku?" Ucap Salsa dengan malu-malu.
"Kalau begitu ayok, kita ke ATM terdekat, lalu ku antar kamu pulang"
Timpal Danuarta.
Sore itu, Danuarta mengajarkan Salsa mengambil uang di ATM dan mengantarnya pulang ke rumah.
"Tuan bolehkah aku terus mengamen di jalan?" Tanya Salsa sebelum turun dari mobil.
"Kenapa harus mengamen lagi, kamu sudah punya uang, kamu tak perlu capek-capek lagi" jawab Danuarta.
"Bukan begitu Tuan, kalau saya tidak mengamen lagi, orang rumah pasti akan curiga dan bertanya-tanya dari mana aku mendapatkan uang untuk membiayai adik-adik ku" oceh Salsa.
"Terserah kamu, kalau begitu" jawab Danuarta akhirnya, mendengar alasan Salsa.
"Terimakasih Tuan" balas salsa.
"Tapi jangan lupa setiap jam dua siang kamu harus mampir ke kantor untuk belajar" pesan Danuarta lagi.
"Baiklah, akan aku usahakan" janji Salsa, setelah itu dia segera turun dari mobil Danuarta.
***
Salsa mengetuk pintu rumahnya, dibuka oleh adik perempuan nya yang bernama Chika, dengan wajah cemberut.
"Kakak dari mana sih!? adik-adik pada menangis semua, lama-lama aku pusing tinggal di rumah ini!" omel Chika kesal.
"Memangnya Restu ke mana? dia tidak membantu kamu menjaga adik" Salsa menanyakan adik laki-laki nya.
"Mana aku tahu" jawab Chika dengan ketus.
"Kakak, aku lapar, aku belum makan" adu Siska adik ketiganya.
"Chika! apa kamu belum masak tadikan uangnya sudah aku kasih" omel Salsa.
"Uangnya sudah diambil sama Restu, dibawa lari sama dia" jelas Chika kesal, mengingat bagaimana tadi ia bertengkar dengan Restu memperebutkan uang itu.
Salsa terdiam mendengar cerita Chika, Restu adiknya yang satu itu memang sudah salah bergaul, bisanya hanya menyusahkan saja, Salsa menarik nafas panjang, rasanya dada Salsa terasa sesak.
"Kakak, apa kamu sudah siapkan uang untuk ujian aku?" Tanya Chika.
"Sudah" jawab Salsa, Chika menatap Salsa.
"Kakak pinjam dari siapa uang itu?" Tanya Chika penuh curiga.
"Kamu tak perlu tahu, besok aku akan berikan uang itu padamu"
"Aku akan membeli makanan untuk kalian,kalian tunggu sebentar" lanjut Salsa, ia keluar lagi dari rumahnya, untuk membeli makanan buat adik-adiknya yang sudah kelaparan.
Setelah membeli makanan, salsa segera kembali ke rumahnya, begitu masuk rumah, Salsa melihat ayahnya sudah ada di dalam rumah.
"Dari mana kamu, hari gini baru pulang!" Omel ayah Salsa, tentu saja dengan keadaan setengah mabuk, bau minuman keras, langsung tercium hidung Salsa begitu ayahnya bicara.
"Ayah pasti habis menum-minuman lagi!" Sentak Salsa kesal.
"Aku hanya minum sedikit" protes ayah.
"Mana kami percaya ayah" timpal Chika.
"Diam kamu kecil!!" Bentak ayahnya pada Chika.
Salsa membuka bungkusan nasi yang di bawanya untuk di berikan kepada adiknya yang sudah kelaparan.
"Restu mana, anak itu tambah nakal saj, ayah harus memukulnya, biar dia kapok" cerocos ayah di antara sadar dan tidak.
"Bagaimana ayah akan memukulnya, ayah saja tidak sadar!" Timpal Chika lagi.
"Sudah ku bilang kamu masih kecil, jangan suka ikut campur urusan orang dewasa!" Omel ayah sekali lagi pada Chika.
"Dor!, Dor!, Dor!" suara pintu rumah di gedor keras dari luar, Salsa segera berlari untuk membuka pintu rumahnya sebelum pintu rumahnya roboh karena nya.
"Ada apa!?" Tanya Salsa sinis begitu Tahu Tuan Damara yang datang.
"Restu di tangkap polisi" jawab Tuan Damara dengan angkuhnya.
"Apa!? Kantor polisi!!" Teriak Salsa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
վմղíα | HV💕
lanjut aku suka😍😍
2023-03-16
0
Sheninna Shen
Kak, aku mampir nih, mampir yuk ke obsesi oleander
2023-03-15
1