Mata Setyo, tak pernah lepas dari wanita yang sangat cantik masuk ke dalam ruang meeting hari ini, bukan cuma Setyo, semua yang hadir di sana pun, sama seperti Setyo, mata mereka seperti terhipnotis oleh kecantikan dan body wanita cantik itu.
"Silahkan" ucap Danuarta, mempersilahkan Salsa duduk di kursi yang khusus buatnya.
"Terimakasih" ucap Salsa sambil tersenyum ramah pada Danuarta.
"Sama-sama, nona" balas Danuarta.
Setyo yang melihat wanita itu duduk, ditempat di mana seharusnya Salsa duduk, tampak terkejut, mata Setyo langsung menatap tajam ke arah wanita itu, Salsa mengedarkan pandangannya, ke arah semua orang yang ada di ruangan itu.
"Maaf, saya terlambat, silahkan duduk, dan jika tidak keberatan mari kita mulai" ucap Salsa.
Mata Salsa, menangkap kehadiran Setyo di ruang itu, Salsa merasa sedikit gugup mengetahui, mata Setyo sedang menatap tajam ke arahnya, Salsa mengambil minuman yang ada di hadapannya, lalu minumnya sedikit, untuk mengurangi kegugupan nya.
Meeting kali ini berjalan lancar, Salsa banyak mendapat, bantuan dari Danuarta.
"Salsa" panggil Setyo.
Salsa yang namanya di panggil menghentikan langkahnya, lalu menoleh ke arah Setyo.
"Ada apa?" Tanya Salsa.
Setyo berpegangan tangan pada kursi yang ada di dekatnya, Setyo masih merasa terkejut, ternyata wanita cantik yang ada di hadapannya, memang Salsa seorang pengamen dekil yang sangat di benci olehnya.
"Boleh bicara sebentar" ucap Setyo akhirnya, setelah berhasil menguasai dirinya sendiri.
"Silahkan, apa yang ingin anda bicarakan" balas Salsa.
Setyo menatap ke arah Danuarta yang dengan setia berdiri di samping Salsa.
"Berdua saja" lanjut Setyo, membuat Salsa melirik ke arah Danuarta, meminta Danuarta keluar lebih dulu dari ruangan itu.
Danuarta sebenarnya merasa keberatan meninggalkan Salsa berdua saja dengan Setyo, tapi mau tidak mau terpaksa Danuarta keluar, sebelum keluar Danuarta sempat menatap ke arah Setyo sebentar.
"Ada apa?" Tanya Salsa langsung.
"Ibu dan adikku, sangat sayang dengan rumah kami, bolehkah aku meminta waktu agak lama, mungkin bulan depan kami baru akan pindah" ucap Setyo.
Salsa menatap Setyo sebentar, lalu mengangguk dan berkata "terserah kalian, aku juga tak akan pindah ke rumah itu" jawab Salsa.
"Baguslah kalau begitu" balas Setyo.
"Ada lagi yang ingin kamu katakan?" Tanya Salsa, ia sudah merasa tak nyaman dekat Setyo, mata Setyo terus melihat ke arahnya.
"Kamu berubah" ucap Setyo tiba-tiba.
"Maksudnya?" Tanya Salsa tak mengerti.
"Cantik dan juga anggun, tak mungkin kamu bisa berubah secepat ini" lanjut Setyo.
Wajah salsa tersipu mendengar pujian Setyo padanya "Tuan pengacara yang merubahku, bahkan dia memanggil guru untukku" ucap Salsa polos.
"Danuarta, maksud kamu?" tanya Setyo.
Salsa mengangguk dan berkata, "katanya, aku jangan mensia-siakan kesempatan yang di berikan ayahmu, untuk dapat hidup lebih baik" lanjut Salsa dengan polosnya lagi.
"dia memang benar" timpal Setyo.
"Boleh aku bertanya lagi?" Lanjut Setyo.
"Silahkan saja, aku rasa kita punya banyak waktu sekarang" ucap Salsa, dengan bahasa yang Salsa pelajari, Salsa tersenyum sendiri mendengar ucapannya.
Setyo tersenyum melihat tingkah Salsa yang itu, membuatnya merasa sedikit kagum pada Salsa.
"Di mana kamu mengenal ayahku?" Tanya Setyo.
Tanpa ragu Salsa bercerita bagaimana dia bertemu dengan Tuan Handoyo ayah Setyo.
"Hanya itu?" Tanya Setyo sekali lagi, Setyo sedikit tak percaya mendengar cerita Salsa bagaimana Salsa bertemu dengan ayahnya.
"Apa setelah itu, kamu pernah bertemu lagi dengannya?" Tanya Setyo lagi.
"Tidak" jawab Salsa dengan jelas.
" Kamu pasti tak percaya dengan ceritaku" tuduh Salsa, menatap tajam ke arah Setyo dengan matanya yang bulat dan sayu itu "bukan cuma kamu yang tak percaya, aku juga begitu" lanjut Salsa, membuat Setyo sedikit tersenyum dengan kepolosan Salsa.
"Apa kalian sudah selesai bicaranya, sudah waktunya pergi" ucap Danuarta yang tiba-tiba muncul.
Salsa tersenyum lebar pada Setyo "maafkan aku, jika aku mengganggu kedamaian keluarga mu, tapi ini adalah keinginan almarhum ayahmu, mungkin untuk membalas jasaku mengembalikan dompetnya, walaupun yang dia berikan terlalu besar untukku" oceh Salsa,membuat Setyo sedikit tertegun, tapi kemudian Setyo pun membalas senyuman dari Salsa.
"Sampai jumpa" pamit Salsa sambil mengulurkan tangannya pada Setyo untuk bersalaman, Setyo menerima uluran tangan Salsa.
"Bye" pamit Salsa lagi.
Sepeninggalan Salsa Setyo terduduk lemas di kursinya, Setyo menjadi tak habis pikir dengan almarhum ayahnya yang bisa-bisanya mewarisi perusahaan nya dan rumah pada gadis yang baru saja di kenalnya.
***
Salsa pulang ke rumah menjelang sore, ia di antar oleh Danuarta sampai dengan gang depan rumahnya.
"sekarang aku lihat kamu sering di antar oleh mobil itu!" Ucap Sindy.
"Bukan urusan kamu!" Sentak Salsa.
"Aku lihat kamu juga sedikit berubah" lanjut Sindy, memperhatikan penampilan Salsa, penampilan Salsa memang sedikit berbeda dari penampilan Salsa yang biasanya.
Rambut salsa yang biasa di ikat kuncir kuda dengan asal, kini tampak terlihat agak rapih, wajah Salsa pun agak bersih tidak hitam seperti biasanya karena terkena sinar matahari.
Walaupun pakaian yang di pakai Salsa tetap sama, entah mengapa kini Salsa terlihat berbeda dengan baju itu, karena kini kecantikan Salsa lebih terlihat.
"Entahlah ada yang aneh padamu" lanjut Sindy menghentikan langkah kaki Salsa.
"Sudahlah aku harus cepat sampai rumah,pekerjaan rumah menumpuk” omel Salsa.
Sindy menatap Salsa dari kejauhan, keningnya tampak berkerut beberapa lapis memikirkan Salsa.
"Semoga, tak ada yang berniat jahat padamu" doa Sindy, Sindy tahu bagaimana perjuangan Salsa untuk keluarga nya setelah di tinggal pergi oleh ibunya.
Salsa yang masih muda harus mencari uang karena ayahnya yang seorang pemabuk tidak bisa dia harapkan, Salsa menjada adik-adiknya agar tetap bisa bersekolah, makan dan tidur.
Salsa tiba di depan pintu rumah, sebelum mengetuk pintu rumahnya, Salsa menarik nafas panjang, seperti biasa yang salsa lakukan, sebelum masuk ke dalam rumahnya setiap hari selama ini, karena nanti, di dalam rumah ini, Salsa harus tahan menghadapi ulah adik-adiknya yang baru saja menginjak dewasa dan menghadapi tuntutan dari adik-adik kecil nya, atau menghadapi tingkah ayahnya yang pulang dalam keadaan mabuk.
"Akhirnya pulang juga" salam sinis adalah penyambutan pertama dari adiknya Chika, dari dulu tak pernah berubah.
"Aku lelah ka,aku mau istirahat" lanjut Chika, tanpa memperdulikan kalau Salsa juga lelah.
"Ka minta uang" todong Restu, adik laki-laki.
"Kemarin kan baru Kaka kasih" protes Salsa.
"Habis ka" jawab Restu dengan entengnya, Restu seakan tak pernah ingin tahu, kalau Salsa harus berdiri lama di bawah sinar matahari sepanjang hari untuk mendapatkan uang itu.
"Ya, sudah kalau tidak ada, aku keluar!" Omel Restu pergi sambil membanting pintu kontrakan dengan keras, hingga menimbulkan getaran pada dinding kontrakan dan juga suara yang memekakkan telinga.
Hingga keesokan harinya tetangga sebelah rumah, protes dengan Salsa yang tak becus mengajarkan adiknya.
"Ka aku lapar" ucap dua adik kecilnya yang manis, yang selalu membuat Salsa berpikir untuk selalu bertahan walau beban berat di pundaknya sudah tidak mampu ia panggul.
"Iya sayang, sebentar Kaka siapkan" jawab Salsa pada kedua adik kecilnya.
"Brakk!!" Suara barang jatuh.
Salsa yang baru saja mau makan terpaksa bangun dari duduknya melihat apa yang terjadi.
"Ayah!!" Pekik Salsa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
վմղíα | HV💕
lanjuutt
2023-03-18
0
Husna Idris
baca kelanjutan ya ka, makasih 🙏🏻 atas dukungan nya
2023-03-18
1
վմղíα | HV💕
apa yg taruh Thor jadi penasaran.
2023-03-17
0