Bab 8 Lato-Lato

Sedang Kia dan teman-teman 1 grup nya sudah sepakat mereka akan menari lagu black pink yang berjudul Du... Du... Du... Dalam jangka waktu 2 jam, mereka sudah mulai hafal semua gerakan nya.

Sedang Arin, sekarang berbincang dengan guru vokal. Beliau menyaran kan, untuk Arin bisa berlatih vokal lebih sering lagi. Karena, tadi yang memberi tepuk tangan adalah seorang produser. Memang sanggar tempat teman Arin dan Kia belajar menari, sudah ada yang menjadi penyanyi yang cukup terkenal.

Sebenar nya Arin juga ingin menjadi penyanyi terkenal, hanya saja sang Ayah tidak merestui nya. Dan karena itu, ia harus mengubur keinginan itu dalam-dalam. Ia tidak mau mengecewakan orang tua nya, terlebih ayah nya.

Guru vokal tersebut, hanya bisa menghela nafas. "Kalo boleh tau, kenapa Ayah kamu tidak memperbolehkan kamu jadi penyanyi?" Tanya Guru vokal sanggar tersebut.

"Saya juga tidak tau bu, apa alasan Ayah tidak memperbolehkan aku bernyanyi." Ujar Arin sendu.

"Ya sudah kalo begitu, kalo kamu berubah pikiran. Sanggar ini, selalu terbuka untuk mu." Ujar Guru sanggar.

Arin hanya sanggup, menganggukan kepala nya. "Baik lah bu, terima kasih waktu nya." Lirih Arin tersenyum kikuk. Mereka berlatih di sanggar itu sampai, pukul 8 malam.

Sementara di rumah Arin di desa.

"Pak sudah dua hari Arin di kota, kok ia tidak menelpon kita yah." Ucap Ibu Linda dengan perasaan yang gelisah.

"Mungkin ia sibuk, bu. Ia kan sedang OSPEK, di kampus nya. Mungkin ia sibuk, coba kita tunggu sampai hari minggu." Ujar Ayah Elang mencoba menenangkan sang istri.

'Baik lah, mungkin benar apa yang Ayah katakan. Ia sedang sibuk di kampus nya.' Ujar Ibu Kinda dalam hati.

"Sudah jangan murung terus, minggu besok kita telpon Arin." ujar Ayah Elang tersenyum. Tidak lama kemudian, si bungsu merengek ia minta di beliin mainan yang sedang di minati oleh anak-anak sebaya nya yaitu lato-lato.

"Ayah, aku mau beli lato-lato seperti punya Rasti." Rengek si bungsu pada Ayah Elang.

"Lato-lato mainan apa itu, nak." Ujar Ayah Elang bingung.

"Itu loh, Yah. Mainan yang kalo di mainkan bunyi tek-tek-tek." Ujar si bungsu menirukan suara lato-lato.

Tidak lama kemudian, Ayah Elang baru ingat mainan yang di ceritakan oleh anak bungsu nya. "Jangan ya mainan yang itu, ya Nak. Mainan itu berbahaya, yang lain saja. Kalo mainan yang lain nanti Ayah belikan, Ayah janji." Ujar Ayah Elang sambil menyodorkan jari kelingking nya.

"Tapi Yah, teman-teman ku sudah punya semua. Tinggal aku saja yang belum punya mainan lato-lato." Ujar si bungsu sendu.

Ayah menggeleng kan kepala dan tersenyum, tidak lama kemudian Ayah Elang membawa handpone di hadapan si bungsu. Ia menyetel vidio di y*ut*be, di situ di perlihatkan anak-anak yang main lato-lato dan tidak sengaja terlepas mengenai dahi nya. Ada juga yang mengenai mata nya, seketika si bungsu merasa takut.

"Itu lihat, mau ade begitu. Kena lato-lato sampai bengkak segede telur ayam, atau mau terkena mata nya dan tidak bisa melihat." Ujar Ayah Elang menakut-nakuti sang anak.

"Iya Yah, aku tidak jadi minta mainan itu. Aku mau mainan yang lain saja, nanti ke pasar ya Yah kita beli mainan." Ujar si bungsu semangat.

"Iya, nanti yah pas hari minggu kita kepasar sekalian ibu belanja sayur." Ujar Ayah tersenyum.

"Baik lah beneryah, Ayah jangan bohong." Ujar Si bungsu kembali mengulurkan jari kelingking nya.

Ayah Elang hanya menganggukan kepala dan tersenyum, tapi sebelum itu ia sudah menyambut uluran jari kelingking sang anak.

"Ade, dari pada beli mainan mending beli makanan saja. Lebih enak dan membuat perut kenyang." Ujar bu Linda memberi saran.

"Makanan apa, Bu?" Tanya Si bungsu penasaran dengan perkataan ibu nya.

"Ya terserah ade mau nya, apa?" Tanya ibu balik.

Si bungsu berfikir dengan keras, kira-kira apa yang mau di beli nya nanti di pasar mainan atau makanan. Setelah cukup lama berfikir, akhir nya di putuskan si bungsu akan membeli ke dua nya.

"Bu, aku mau beli mainan sama makanan yah di hari minggu nanti!" Ucap tegas bungsu.

Ayah Elang dan ibu Linda hanya menganggukan kepala dan tersenyum, memang selalu seperti itu si bungsu. Kalo di hadapkan dengan dua pilihan, antara makanan dan mainan pasti kedua nya di pilih. Itu tidak terlalu bermasalah yang penting sang anak senang, dan makanan yang di beli nya harus di makan jangan cuma minta saja.

...**********...

Sedang Arin dan Kia mereka baru saja pulang dari sanggar, tempat mereka ketemu teman nya. Sekitar pukul 9 malam, mereka baru sampai di kosan nya. Arin dan Kia secara bergantian, untuk membersihkan badan nya yang terasa sangat lengket terlebih Kia.

Setelah selesai mereka berdua mengistirahatkan badan nya, di ranjang masing-masing. Pagi hari pun tiba, mereka terburu-buru pergi ke kampus. Mereka juga tidak sempat, untuk sarapan pagi.

Sesampai nya di kampus, mereka segera berbaris di aula dekat lapangan. Hampir semua, mahasiswa dan mahasiswi Ospek sudah berkumpul di sana. Beruntung tadi mereka sempet ke kantin membeli roti untuk, mengganjal perut supaya tidak pinsan nanti nya.

Mereka berdua sengaja baris di tengah, supaya saat mereka menyuap makanan tidak terlalu terlihat oleh para senior, di kampus nya.

Bersambung...

Terima kasih atas dukungannya untuk karya ini, semoga pembaca semua suka dengan alur ceritanya.

Mohon dukungannya untuk karya ini dengan cara like, comment, saran, kritik, vote, share, dan gift berupa iklan, bunga permekaran, atau secangkir kopi manis.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!