Kekesalan Silvi masih berlanjut sampai hampir satu Minggu, ia mendiamkan kak Adrian. "Dek, maafin kakak yah. Nanti kalau Ade maafin kakak, nanti kakak beliin mainan yang kamu mau." Ucap Adrian mengeluarkan jurus terakhir nya.
Silvi masih diam, ia tengah dilema di antara mau memaafkan atau tidak. Memang sih sedang ada mainan yang ia inginkan, mainan itu sebuah boneka monster yang sedang viral saat ini yaitu boneka la bu bu. 'Masa ia, kakak laki laki nya mau membelikan boneka itu.' Apa lagi, boneka itu sangat mahal. Ucap Silvi dalam hati.
"Dek, kok diam sih. Kakak sedang ajak bicara loh. Udah maafin kakak nya, kasihan dia Lagian Allah saja maha pemaaf, masa kita hamba nya tidak bisa memaafkan nya." Ujar ibu yang baru keluar dari dapur dengan membawa segelas susu hangat.
"Baik lah aku akan memaafkan kak Adrian, tapi setelah kakak membeli kan aku boneka yang sedang viral itu." Ucap nya sambil menunduk.
"Benar kah, baik lah. Apa boneka yang ini yang kamu maksud." Ucap Adrian dengan menunjukkan boneka monster yang viral.
Silvi segera mengangkat wajah nya, terdapat binar bahagia di sana. Memang boneka yang di belikan Adrian bukan boneka edisi terbatas, namun Silvi sudah sangat bahagia. "Iya kak, benar boneka monster ini yang aku mau." Ucap Silvi dengan mata berbinar.
Adrian segera memberikan boneka tersebut, dengan perasaan yang lega. Sedang Silvi, segera memeluk boneka monster itu dengan perasaan yang bahagia. "Udah sekarang Silvi minum susu nya terus tidur, besok harus sekolah dan masuk pagi." Ucap ibu menasehati Silvi.
Silvi segera menuruti perintah ibu nya, ia segera masuk ke kamar nya untuk tidur malam. Adrian merasa lega adik nya sudah memaafkan nya, paling tidak adik nya, sudah tidak cuek lagi.
*********
Sedang di tempat Arin sekarang, ia tengah mengikuti tes ujian online masuk universitas jurusan kesenian. Tes telah selesai, dan pengumuman penerimaan mahasiswa Baru akan di umumkan satu Minggu ke depan.
Sekarang Arin berada di taman, dekat kosan nya. Arin di sana tidak sendiri, ia duduk bersama dengan Kia dan teman teman nya. Mereka sedang asik bersenda gurau, hingga satu suara menginterupsi semua yang duduk di situ.
"Rin, sedang apa disini?." Tanya Brian sambil menatap tajam Arin.
"Aku sedang duduk bersama teman ku, apa kamu tidak lihat." Jawab Arin ketus. Teman teman Arin di situ saling pandang, kecuali Kia sudah tau siapa Brian.
Brian adalah teman satu kelas Arin dulu, semasa Arin di bangku SMA, Brian pernah beberapa kali menyatakan cinta pada nya. Namun selalu mendapatkan penolakan dari Arin, bagai mana tidak di tolak penampilan Brian sudah seperti preman. Dengan muka yang seram dan raut wajah yang datar.
"Rin bisa bicara sebentar?." Ucap Brian dengan nada lembut.
"Maaf Brian, kalau mau bicara di sini saja." Ucap Arin tegas.
"Tidak bisa Rin, ini sangat penting. Tolong untuk kali ini saja, aku mau bicara berdua sama kamu." Mohon Brian dengan tatapan yang memelas namun muka nya tetap datar.
Setelah berfikir cukup lama, akhirnya Arin pun mengiyakan ajakan Brian. Mereka berbicara, tidak jauh dari teman teman Arin. "Apa yang ingin di bicarakan?." Tanya Arin langsung pada intinya.
"Rin, aku mau pamit. Aku akan berkuliah di negara Malaysia. Aku minta maaf yah sama kamu, kalo aku pernah membuat mu tidak nyaman." Ucap Brian sendu. Brian masih suka sama Arin, karena dulu Arin pernah membela Brian dari bullying saat mereka kecil.
"Iya, tidak apa-apa. Kamu hati hati yah di sana, aku juga minta maaf kalau aku punya salah." Ucap Arin tersenyum tipis. Brian segera pergi dari taman itu, ia berjalan menatap ke depan. setelah beberapa langkah ia membalikkan badan nya, dan ia memandang Arin untuk terakhir kali nya.
Flash back....
Brian masih sangat ingat, ketika iya sedang di pukuli oleh teman yang iri pada nya. seorang anak kecil dengan berani menghadang teman nya yang hendak memukul lagi, namun di tangkis oleh tangan kecil gadis itu. Saat itu umur ku baru menginjak 8 tahun, sedang Arin mungkin sekitar 7 tahunan.
"Apa kamu tidak apa-apa, kak?." Tanya Arin dengan senyum lebar sehingga terlihat lah gigi ompong yang baru beberapa hari ini tanggal tadi copot.
"A..aku baik baik saja, terima kasih telah membantu ku." Ucap Brian sedikit tergagap, ia juga sedang meringis kesakitan.
"Sama sama, kak. Lain kali hati-hati yah, jadi lah kuat untuk melindungi diri sendiri. Sekarang kakak obati dulu luka nya." Ucap Arin sok bijak padahal sendiri nya sama saja.
Brian hanya menganggukkan kepala nya. Tidak lama kemudian ada orang dewasa yang memanggil nama, "Fitria, ayo kita pulang hari sudah sore. ajak paman Rudi beliau adalah adik dari ibu Arin.
"Aku pergi dulu yah, lain kali jumpa lagi." pamit Arin sambil menyungging kan senyum.
Setelah kepergian Arin, Brian segera pulang ke rumah nya. Sesampainya di rumah, Brian langsung masuk ke rumah nya. Ibu Brian yang sedang memasak di dapur sedikit terkejut dengan suara pintu yang di tutup agak kencang.
Di dalam kamar, Brian merenung dan memikirkan kejadian tadi sore. Kalau di pikir kan, 'sebenarnya aku sedikit malu, karena aku yang laki laki malah di belain sama anak perempuan.'
Setelah kejadian itu, aku sudah tidak bertemu lagi dengan gadis kecil itu. Yang aku tau ia adalah gadis yang ceria, walaupun omongan nya rada pedas. Dan semenjak itu aku berlatih keras, agar suatu saat nanti aku bisa menolong penolong ku.
Flash back off
Setelah kepergian Brian, Arin segera bergabung kembali bersama teman teman nya. "Kenapa dengan Brian, Rin? Seperti nya ia sedang sedih? Dan apa yang kalian bicarakan?." Tanya Kia beruntun. Dan semua teman yang di situ juga penasaran apa yang mereka bicarakan.
"Bisa tidak tanya nya satu satu? Aku jadi bingung, mana yang harus di jawab terlebih dulu." Ucap Arin sedikit sewot.
"Iya maaf maaf. Ya sudah buruan di jawab penasaran nih." Ucap Kia dan di angguk i oleh yang lain.
"Baik lah, tadi Brian hanya pamit. Ia akan berkuliah di luar negeri. Ia juga sudah meminta maaf pada ku karena pernah membuat saya tidak nyaman." Ucap Arin secara garis besar nya.
Hari semakin sore, Arin dan Kia segera pulang ke kosan nya. Perjalanan hanya memakan waktu sekitar sepuluh menit menggunakan sepeda motor dengan kecepatan sedang.
"Alhamdulillah, sampai juga di rumah." Ucap Arin bersyukur. Arin segera duduk di teras depan, sedang Kia segera membuka pintu kosan. Ia segera ke kamar mandi untuk mandi dan buang air kecil.
Bersambung ...
terima kasih atas semua dukungan nya untuk karya ini. Terus dukung karya ini dengan cara tekan like, komen, saran, kritik, vote dan berupa hadiah secangkir kopi manis atau sebuah iklan.
*****Salam Pejuang Receh*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments