Sesampainya di kampus, bertepatan dengan bunyi bel masuk kelas. Arin dan Kia segera memarkirkan kendaraan nya, dan segera memasuki ruang kelas masing masing. "Alhamdulillah sampai juga di kampus, aku harus buru buru masuk kelas sebelum pak dosen datang." Ucap Arin dalam hati.
Arin dan Kia segera berlari ke kelas masing masing, karena pelajaran akan segera di mulai. Dua jam kemudian pelajaran telah usai, Arin keluar kelas dan menuju ke kantin, untuk mengisi perut nya yang sudah mulai lapar. Di kantin sudah hampir semua tempat duduk penuh, hanya tinggal beberapa bangku yang kosong.
Setelah memesan makanan, Arin duduk di salah satu bangku di pojokan deket jendela. Tidak lama terdengar pengumuman bahwa pihak kampus akan melakukan seleksi, pada mahasiswa dan mahasiswi yang berprestasi. Dan akan ada beasiswa yang cukup besar nominal nya, yang mencakup uang saku, uang bensin dan uang itu juga untuk biaya kuliah sampai lulus S1. Dengan biaya pendaftaran sebesar empat ratus lima puluh ribu rupiah, demikian pengumuman itu.
Tidak lama kemudian, Kia menghampiri Arin di kantin. "Hai... Rin udah lama di sini? Rin tadi kamu dengar pengumuman itu, kamu mau ikut tidak seleksi beasiswa itu?." Tanya Kia penasaran pada sahabat nya.
"Hai... In sya Alloh Kia, aku harus minta izin pada orang tua ku dulu. Bagaimana dengan mu, kamu ikut seleksi kan." Ucap Arin tersenyum tipis.
"Sama aku juga, mau minta izin dulu ke orang tua ku." Ucap Kia gamblang.
"Kamu belum pesan makan, Rin?." tanya Kia.
"Sudah, cuma belum di antar mungkin sebentar lagi." Ucap Arin tersenyum.
Kia segera duduk bangku sebelah Arin, ia sudah membawa makanan yang di pesan nya tadi. Tidak lama kemudian pesanan Arin datang, ia memesan jus jeruk dan mie ayam komplit. "Ayo, cepat kita makan takut keburu masuk lagi." Ucap Arin
Setelah pengumuman itu, Arin menimbang nimbang ia akan ikut tidak yah. Pasti saingan nya banyak dan berat, mungkin dari sekian ribu orang hanya puluhan orang saja yang terpilih. Tapi ia optimis, akan lolos paling tidak itu harapan nya. Bisa memperingan biaya kuliah, yah kalian tahu sendiri berapa biaya kuliah kedokteran.
Selesai makan Arin dan Kia segera masuk kelas, karena jam belajar mengajar akan di mulai sebentar lagi. Arin, juga sudah merencanakan akan mendaftar kuliah jurusan seni sepulang kuliah nanti. Mungkin ia akan mengambil kuliah sore, kuliah kedokteran di jam pagi sampai siang.
Tidak terasa, dua jam telah berlalu dan pelajaran sudah selesai. Arin keluar kelas lebih dulu, ia menunggu di Kia di kantin. Tidak lama kemudian, Kia juga keluar dari kelas nya. Arin melambaikan tangan nya kepada Kia, ia membalas melambaikan tangan nya.
"Kia aku ke ruang kesenian yah!." Seru Arin.
"Ruang kesenian? mau ngapain ke sana, Rin?." Tanya Kia penasaran.
Ada perlu sedikit, kamu mau ikut atau mau nunggu di kantin saja?. Tanya Arin sedikit tersenyum.
Lama ngga di sana, Rin? Kalau cuma sebentar, aku di sini saja lah. Ucap Kia tersenyum tulus.
Sebentar kok, cuma mau minta formulir pendaftaran saja. ucap Arin tegas.
Kia yang bingung, hanya menganggukkan kepala saja. 'Untuk apa Arin meminta formulir pendaftaran.' Ucap Kia dalam hati. "Ah sudahlah, tidak perlu di pikir kan sekarang nanti saja aku minta penjelasan pada Arin." Gumam Kia.
Arin bergegas ke tempat pendaftaran mahasiswa baru, ia akan meminta formulir. Ia, akan mendaftar di jurusan kesenian semester awal. Setelah mendapatkan formulir, Arin segera bergegas menghampiri Kia di kantin.
"Maaf ya nunggu lama, ayo kita pulang nanti ke buru sore." Ajak Arin sambil menyenggol bahu Kia pelan.
"Kia menoleh kan kepala nya, dan ia segera mengangguk. Ayo, kita pulang." Ucap Kia tersenyum.
Mereka berdua menuju ke parkiran bersama, sambil mengobrol kesana kemari. Akhirnya mereka sampai di parkiran, tempat ia memarkirkan sepeda motor nya. Mereka menjalankan sepeda motor nya dengan kecepatan sedang, di jalan Arin melihat ada seorang anak kecil di keroyok oleh dua orang dewasa.
Arin yang merasa iba dengan anak itu, segera menghentikan sepeda motor nya dengan asal. Sedang Kia hanya mengikuti Arin saja, tadi nya ia bingung tiba tiba motor berhenti. Namun setelah melihat ke depan ia pun ikut geram, seorang anak kecil di keroyok oleh dua orang dewasa.
"Heh... Berhenti, berani nya sama anak kecil." Ucap Arin emosi.
Dua orang dewasa yang mendengar teriakkan orang di belakang nya, segera menoleh kan kepala nya. "Heh .. Siapa kamu tidak usah ikut campur urusan ku, urus saja urusan mu sendiri." Ucap salah satu pria itu dengan tegas.
"Saya tidak akan ikut campur kalo lawan kalian sepadan, tapi ini ia hanya anak kecil yang tidak tau apa apa." ucap Arin sinis.
"Banyak omong kamu, serang dia." Ucap pria yang tadi penuh emosi.
Sementara Arin melawan dua orang yang ternyata preman daerah itu, sedang Kia menolong anak yang tadi sedang di pukuli oleh preman.
"Dek... Kamu tidak apa apa? Kenapa kamu bisa di pukuli oleh mereka?." Tanya Kia beruntun pada anak itu yang di sinyalir bernama Doni.
"Aku tidak apa-apa kak, mereka mau mengambil uang hasil saya mengamen di pinggir jalan tadi." Jawab Doni sambil meringis kesakitan, karena tadi sempat di pukul sekali.
"Mereka malak kamu, dek? Tanya Kia sambil melotot kan mata nya." Doni tidak menjawab pertanyaan Kia, ia hanya menganggukkan kepala nya saja.
"Ya sudah kamu tunggu di sini dulu yah, kakak mau nolongin temen kakak dulu." Ucap Kia tersenyum tipis. Lagi lagi Doni hanya menganggukkan kepala nya.
Sedang Arin mulai sedikit kelelahan, dan beruntung Kia segara datang untuk menolong nya. Mereka berdua, melawan dua preman itu hingga mereka babak belur. Sedang Arin baru mendapatkan beberapa pukulan, merasa tak sanggup melawan lagi preman itu segera melarikan diri.
"Rin, kamu tidak apa-apa? maaf tadi lama bantu kamu nya, aku harus mengamankan anak itu." ucap Kia khawatir.
"Iya aku tidak apa-apa, hanya luka kecil saja. Sekarang di mana anak itu? Apa ia baik baik saja?." Tanya Arin khawatir.
"Aman, ia ada di sana." Tunjuk Kia ke sebuah semak semak yang tidak jauh dari letak sepeda motor di parkiran.
Arin menganggukkan kepala nya, "ayo kita samperin anak itu." Ucap Arin sambil melangkah kan kaki nya.
Anak itu, segera keluar dari tempat ia sembunyi. Dek, apa kamu baik baik saja? Nama kamu siapa di mana kamu tinggal? Tanya Arin beruntun.
Aku baik kak, nama aku Doni dan aku tinggal tidak jauh dari sini. Ucap Doni menjelaskan.
Oh syukurlah, kalau kamu baik baik saja. Ucap Arin tersenyum manis.
Kak, terima kasih yah sudah nolongin aku. Nama kakak berdua siapa? Tanya Doni penasaran ingin tau siapa penolong nya.
Nama saya Arin dan ini nama nya Kia. Iya sama sama, kalau begitu kakak pulang dulu yah. Kamu juga hati hati di jalan. Pamit Arin dan Kia sambil melambaikan tangan nya. Sedang doni menganggukkan kepala nya tanda mengerti.
Bersambung ...
Terima kasih atas dukungan nya untuk karya ini. Dukung terus karya ini dengan cara tekan like, komen, saran, kritik dan follow. Atau dengan memberi hadiah berupa iklan.
Baca juga karya author yang lain yah.
....... Salam Pejuang Receh......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments