Berbicara dengan penjual bakso membuat Melinda sedikit merasa lega, walau ada perbedaan dari cerita mereka yang sebenarnya tidak diceritakan oleh Melinda, bagi Melinda tidak peduli sekejap Apa bosnya asal bukan Hero dirinya tidak masalah tapi karena Hero bukan hanya sekedar bosnya dirinya tidak bisa melakukan apapun.
Selesai makan Melinda berpikir Haruskah dirinya mengikuti seperti yang penjual bakso lakukan sebelumnya, Haruskah dirinya mengundurkan diri dari perusahaan yang sudah memberikannya banyak pengalaman selama ini, tapi dirinya tidak akan betah jika Hero seperti itu apalagi nantinya melibatkan karyawan lain.
"Haaaaah, baiklah, aku sudah memutuskan semuanya, tunggu sampai akhir bulan setelah itu aku akan mengundurkan diri, semoga setelah itu tidak ada lagi karyawan yang terkena masalah karena urusan pribadiku dengannya," ucap Melinda bergumam sendiri.
"Ada apa lagi? apa dia menyulitkanmu?" tanya ayah Melinda.
"Lebih tepatnya dia menyulitkan banyak orang, dia lebih ketat daripada sebelum-sebelumnya dan membuat karyawan lain menderita," ucap Melinda.
"kalau begitu kenapa kamu tidak keluar saja dari perusahaan itu?" tanya ayah Melinda lagi.
"Kebetulan aku juga sudah mengambil keputusan kalau aku akan berhenti setelah bayaran akhir bulan nanti, aku harus bertahan selama 3 minggu kedepan," ucap Melinda.
"Baiklah, Kebetulan sekali di perusahaan Ayah juga ada posisi yang kosong, kamu bisa mengisinya ayah akan membicarakan dengan yang lain juga," sahut ayah Melinda.
"Terima kasih Ayah, tapi bagaimana dengan pertanyaan ku sebelumnya," ucap Melinda.
"Pertanyaan yang mana?" tanya ayah Melinda sambil menyeruput kopi hitam pahit kesukaannya.
"Pertanyaan tentang mencari istri, kalau Ayah berminat aku akan merekomendasikan seseorang," ucap Melinda.
Uhuk uhuk uhuk.
Mendengar apa yang dikatakan putrinya Ayah Melinda kembali tersedak seperti sebelumnya, Ayah Melinda masih tidak habis pikir kenapa putrinya terus-menerus ingin menjodohkan dengan seseorang, dirinya sudah tua dan cukup memiliki putrinya saja untuk menjaganya sampai kematian tiba.
"Sudah berapa kali ya yang mengatakannya kamu tidak perlu membahas tentang itu lagi, Ayah sama sekali tidak berniat mencari istri," ucap Ayah Melinda.
"Tapi ayah calon yang aku rekomendasikan ini berbeda, bukan hanya cantik dan baik hati dia juga masih muda," sahut Melinda.
"Heeeh, kamu tidak mungkin menjodohkan Ayah dengan temanmu Nanda itu bukan?" ucap Ayah Melinda.
"Ayah sangat benar, bagaimana apa Ayah setuju? dia cantik baik hati dan masih muda kamu juga teman dekat tidak mungkin dia mencelakai ku nantinya, dan tidak mungkin juga aku terus bersama ayah karena aku juga akan menikah dan memiliki rumah tangga sendiri," sahut Melinda.
"jadi maksudmu setelah kamu berumah tangga nanti kamu sudah tidak menginginkan ayahmu ini," ucap ayah Melinda.
"Bukan seperti itu maksudnya, sampai mana kita kehidupan bahagia ayah sendiri bukan hanya mementingkan kebahagiaanku saja," sahut Melinda.
"Nak, orang tua Pasti akan mementingkan kebahagiaan anaknya sendiri daripada kebahagiaannya, Jika kamu tidak bahagia Ayah tidak makan berbahagia dengan diri ayah sendiri," ucap Ayah Melinda yang langsung bangkit berdiri dan berjalan ke kamarnya.
Ayah Melinda masih trauma memiliki istri karena tidak ingin kejadian seperti masa kecil Melinda terulang kembali, Ayah Melinda tidak ingin istrinya akan membahayakan Putri satu-satunya yang menjadi alasannya untuk tetap bertahan hidup selama ini, apa dari itu Ayah Melinda berpikir untuk selamanya menjadi duda dan tidak pernah berpikir untuk menikah lagi walau sebenarnya banyak wanita yang mencoba mendekatinya beragam niat mereka.
"Yah gagal lagi," gumam Melinda.
Malam harinya Melinda yang sudah bersiap bergegas pergi ke tempat yang sudah dijanjikannya sebelumnya, Melinda datang lebih awal 10 menit dari jam yang dijanjikannya bersama kedua teman kerjanya itu.
Setelah menunggu setengah jam Melinda merasa geregetan karena tidak ada tanda-tanda kedua orang yang sedang ditunggunya, padahal sebelumnya mereka sangat yakin berkata kalau mereka akan datang Lalu kenapa mereka berdua tidak terlihat sekarang pikirnya.
Ceklung.
suara notifikasi ponsel yang berbunyi membuat Melinda bergegas mengambil ponselnya, pesan yang secara bersamaan dikirim oleh kedua orang itu membuat Melinda mengepalkan tangannya merasa sangat kesal.
Bagaimana bisa mereka yang sudah berjanji akan datang malah mengingkarinya, dan mereka tidak mengatakan yang sebelumnya jika mereka tidak bisa datang, jika mereka mengatakan sebelumnya dirinya juga tidak perlu bersusah payah berdandan cukup lama dan menunggu kedatangan mereka.
"Sial, Tunggu saja kalian, jangan menyerah Hanya Cowok seperti kalian yang bisa aku dapatkan, kalian berdua Terus ternyata tidak berbeda jauh dengannya," ucap Melinda yang bergumam sendiri.
Tin tin, tin tin.
suara klakson mobil yang terdengar membuat Melinda menghentikan langkahnya, mobil yang terlihat tidak asing berhenti tidak jauh dari tempat Melinda berdiri saat ini.
"Mau ke mana? mau aku antar?" tanya Hero yang membuka kaca mobilnya.
"Aku mengira pangeran dari mana Yang mau memepetku, Terima kasih banyak atas tawaran tuan yang baik hati, aku masih punya dua kaki yang sehat Aku juga memiliki uang aku bisa memesan ojek atau taksi online," ucap Melinda.
"Kalau begitu aku tidak akan mengganggu waktu Tuan terhormat, permisi," sambung Melinda yang langsung melangkahkan kakinya pergi meninggalkan Hero.
"Kalau tidak mau juga tidak masalah, lagi pula aku hanya merasa kasihan padamu itu alasan kenapa aku berniat memberikanmu tumpangan, bukankah begitu sayangku," sahut Hero.
"Benar sekali, karena kita satu saling menolong Bukankah sudah menjadi satu kewajiban," ucap Nadia menurunkan kaca mobil belakang.
Melihat itu Melinda mengepalkan tangannya semakin merasa sangat kesal, ternyata Hero sengaja mengejeknya itu alasan kenapa dia berpura-pura ingin memberikan tumpangan padanya.
"Heeeeeh, munafik sekali," ucap Melinda.
"Kalau begitu silakan pergi Aku tidak membutuhkan tumpangan kalian itu taksi online yang ku pesan juga sudah datang," sambung Melinda yang langsung membuka pintu taksi online yang dipesannya.
Melinda meminta sang supir bergegas pergi segera mungkin menjauh, Melinda tidak ingin melihat dua pasangan munafik yang terus-menerus menebar kemesraan mereka di manapun berada.
"Cih menyebalkan sekali," gumam Melinda kesal.
Di dalam mobilnya Hero mengepalkan tangannya, Melinda sepertinya benar-benar sangat membencinya, sebenarnya dirinya tidak ingin melakukan itu tapi karena Melinda berani membalas membuatnya cemburu dirinya tidak akan tinggal dengan begitu saja.
"Kakak yang dikatakannya benar loh, Kamu itu terlihat munafik," ucap Nadia.
"Kalau kamu peduli padanya Kenapa tidak kamu katakan saja Yang Sejujurnya, kamu membuatnya seperti itu, nanti dia akan semakin membencimu," sambung Nadia.
"Sudah aku bilang jangan ikut campur," sahut Hero.
"Bagaimana tidak ikut campur aku sendiri seorang wanita, aku tahu betul Bagaimana rasanya diperlakukan semena-mena pada cowok yang tidak menyukai ku," ucap Nadia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments