Menerima

Melinda bergegas masuk ke rumah meninggalkan Nanda, habis sudah bisa-bisanya Ayahnya mendengar apa yang dikatakan Nanda tadi.

Malam harinya di ruang makan Melinda tidak bersuara, Melinda berpura-pura tidak tau kalau Ayahnya terus memperhatikannya.

"Ehem, yang lagi jatuh cinta kenapa diam saja," ucap Ayah Melinda memecah keheningan.

"Ayah," sahut Melinda menatap Ayahnya.

"Kenapa malu, kamu kan sudah besar Ayah juga tidak bakal melarangmu pacaran apa lagi sampai menikah," ucap Ayah Melinda senyum-senyum sendiri.

Haaaaah, tapi ini tidak sesederhana yang dikatakan Ayah, kalau Ayah tau Ayah pasti akan memintaku menjauh darinya bahkan berhenti kerja di sana," dalam hati Melinda.

"Tidak perlu takut dengan tanggapan orang kalau kamu memang menyukainya, terima saja dia," sambung Ayah Melinda.

Tapi bagaimana dengan tanggapan Ayah," dalam hati Melinda sambil menatap Ayahnya.

Melinda hanya menghela nafas perkataan Ayahnya memang ada benarnya, siapa tau nanti saat mereka berhubungan Ayahnya luluh dan tidak lagi membenci Hero.

"Karena Ayah sudah bilang begitu Melinda akan menerimanya, mudah-mudahan Ayah juga menyukainya nantinya," ucap Melinda.

"Pilihanmu Ayah pasti akan menyukainya, kamu tenang saja. Tapi kamu harus menjaga diri, walau Ayah mengizinkanmu pacaran bukan berarti Ayah memperbolehkanmu berhubungan seperti suami istri," sahut Ayah Melinda.

"Melinda mengerti," ucap Melinda.

Keesokan harinya setelah pulang kerja Melinda mengirim pesan ke Hero untuk mereka bertemu di sebuah taman, dengan cepat Hero membalas pesan Melinda dengan tambahan emoji hati diakhir katanya.

Melinda yang sudah bersiap bergegas keluar, Melewati Ayahnya yang tersenyum menyemangati Putrinya agar tidak gugup.

Tak beberapa lama Melinda yang menaiki taksi berhenti di tempat janjian mereka, Melinda yang sedikit gugup tanpa sadar menggigiti kuku jarinya.

"Sudah lama menunggu," ucap Hero yang berdiri di depan Melinda.

"Tidak juga," sahut Melinda.

Hero menatap Melinda yang berbeda dari biasanya, Melinda yang berada di depannya terlihat tambah cantik dengan riasan yang berbeda di wajahnya.

"Bagaimana?" tanya Hero yang langsung duduk di samping Melinda.

"Aku mau jawab yang waktu itu," sahut Melinda.

"Ahhhh itu, kalau kamu masih belum siap tidak apa-apa," ucap Hero.

"Aku siap, aku terima," sahut Melinda cepat.

Mendengar perkataan Melinda detak jantung Hero berdegup kencang, Hero tidak menyangka Melinda menerimanya secepat ini.

"Jadi mulai sekarang kita pacaran," ucap Hero yang langsung menggenggam tangan Melinda.

Melinda menganggukan kepalanya, Hero yang merasa sangat senang langsung memeluk Melinda.

Tangan Hero yang memeluk Melinda berganti memegang dagu Melinda dan menatapnya beberapa saat, Hero yang tidak tahan langsung mengecup mesra bibir Melinda.

Mendapat ciuman tiba-tiba Melinda cukup terkejut, walau begitu Melinda tetap menikmati tanpa berniat mendorong Hero.

Sesaat dunia seperti milik mereka berdua, tiba-tiba saja keduanya tersadar mereka berada di tempat umum.

"Maaf, aku tiba-tiba," ucap Hero.

"Tidak masalah," sahut Melinda sambil memegangi bibirnya yang masih basah.

Dinginnya hawa malam kini tidak lagi terasa, di taman suasana kembali menjadi canggung untuk keduanya. Melihat Melinda yang hanya diam Hero bergegas berdiri, Hero menggenggam tangan Melinda berjalan pergi meninggalkan taman dan menikmati jalanan malam.

Bergandengan tangan sambil menyusuri jalan membuat Melinda merasa sangat senang, genggaman tangan Hero membuatnya hangat dan nyaman tidak lagi memikirkan bagaimana reaksi Ayahnya saat tau dirinya pacaran dengan orang yang sangat ia benci.

Hero menghentikan langkahnya setelah melihat Melinda seperti sedang memikirkan sesuatu, sebagai pacar Hero harus tau apa yang dipikirkan oleh pacarnya.

"Kamu kenapa?" tanya Hero yang langsung berdiri di depan Melinda.

"Tidak, tidak ada apa-apa," sahut Melinda cepat. Tidak mungkin bagi melinda mengatakan apa yang sedang di pikirkannya.

"Aku tau apa yang kamu pikirkan," ucap Hero kembali melanjutkan langkahnya sambil tetap menggandeng tangan Melinda.

"Benarkah, memangnya apa yang aku pikirkan?" tanya Melinda menatap Hero.

"Apapun itu aku pasti akan selalu ada untukmu, kamu tidak perlu memikirkannya biar aku yang menghadapi sendiri ke depannya," ucap Hero. Pekataan Hero seketika membuat Melinda menjadi tenang.

"Kita mau ke mana sekarang?" tanya Melinda.

"Entah, kita jalan saja mengukur seberapa panjang jalan di kota ini," ucap Hero.

"Hahahaha, aku tidak mau kakiku patah, bagaimana kalau kita makan saja aku kebetulan belum makan," sahut Melinda.

"Um, Dinner pertama kita ya, ide yang bagus. Ayo," ucap Hero yang langsung menarik tangan Melinda ke arah restoran yang tenang jauh dari mereka.

Keduanya yang baru memasuki restoran tiba-tiba menjadi pusat perhatian, Melinda seketika menatap Hero yang wajahnya bersinar karena ketampanannya membuat semua menatap ke arah mereka.

"Sudah cukup belum menatapnya?" tanya Hero yang sadar dari awal Melinda dari awal terus menatapnya.

"Kalau aku cukup menatapnya lalu bagaimana dengan mereka," sahut Melinda.

"Hei mereka hanya bisa mengagumiku, tapi aku hanya milikmu seorang untuk selamanya," bisik Hero sebelum duduk sambil tersenyum.

Wajah Melinda memerah setelah mendengar perkataan Hero, Melinda tidak menyangka Hero memiliki sisi seperti itu di dalam dirinya yang dingin.

Selesai makan keduanya bergegas pergi meninggalkan restoran, Hero kembali melanjutkan langkahnya mengantar Melinda kembali pulang berjalan kaki.

Sampai di depan Gang Melinda baru tersadar sesuatu, keduanya berjalan cukup jauh dari taman sampai ke depan Gang Melinda, yang membuat Melinda kebingungan Hero ke taman tadi naik mobil lalu kenapa tadi mengantarnya berjalan kaki, bukannya itu akan membuatnya bolak balik pikir Melinda.

Melinda yang berhenti tepat di depan Gang menatap Hero, keduanya saling tatap lalu tersenyum.

"Oh ya, bukannya kamu bawa mobil kamu mengantarku jalan kaki bukannya jadi harus kembali lagi ke sana," ucap Melinda.

"Ah aku terlalu senang sampai lupa sama mobilku, tapi tidak apa-apa walau harus jalan kaki ke ujung dunia sekalipun aku tidak masalah asal denganmu," sahut Hero menggaruk kepalanya.

Pufff...

Melinda tertawa kecil sambil menutup mulutnya, jadi inikah yang namanya Cinta baru pacaran hitungan menit saja seperti sudah merasakan cinta yang sempurna.

"Mau aku antar sampai rumah?" tanya Hero sambil tersenyum, senyuman Hero hampir membuat jantung Melinda terlepas dari tempatnya saat ini.

"Ti tidak perlu, aku pulang sendiri saja, sampai bertemu di kantor," ucap Melinda sambil berlari.

Hero hanya tersenyum melihat Melinda yang terlihat bahagia, kalau mengingat kejadian waktu Melinda di didik keras oleh Ibunya rasa bersalahnya kembali muncul, andai saat itu dirinya bisa membantu Melinda mungkin kejadian seperti dulu tidak akan pernah terjadi.

Hero bergegas pergi mencari taksi untuk mengambil kembali mobilnya, gara-gara terlalu bersemangat bisa-bisanya dirinya malah meninggalkan mobil di depan taman, kejadian seperti itu juga baru pertama kali dialaminya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!