Diperlakukan Berbeda

Tiga hari sudah semenjak hari itu, Melinda merasa bersyukur dirinya bisa kembali bekerja dengan tenang. Jam makan siang yang sudah hampir tiba membuat Melinda bergegas menyimpan data sebelum beranjak mencari makan yang tidak jauh dari kantor, belum sempat Melinda berdiri suara teman lainnya yang histeris sendiri membuat Melinda menatap ke arah kerumunan.

"Ada apa? kenapa mereka sampai seperti itu," ucap Melinda pelan.

"Kamu tidak tau Ceo baru berdiri di situ sepertinya sedang menunggu seseorang loh, aku hampir saja ikut seperti mereka jika aku tidak ingat kalau aku sudah punya pacar," sahut Nanda.

"Kamu bisa menahan diri juga ternyata," ucap Melinda sambil tersenyum.

"Tau ah, ayo pergi sebelum jam makan siang habis," sahut Nanda.

"Iya iya ayo," ucap Melinda menggandeng tangan Nanda berjalan keluar kantor.

Menerobos kerumunan Melinda dan Nanda melewati Hero begitu saja, Hero yang melihat Melinda berjalan pergi melewatinya bersiap menyusulnya tapi sebelum itu ada yang harus diselesaikannya.

"Sepertinya kalian semua sudah tidak ingin bekerja disini lagi, berani sekali kalian mengerumuniku di jam makan siang. Kalau kalian tidak ingin makan siang tidak apa-apa, mulai dari sekarang kalian yang ada disini tidak ada yang boleh keluar untuk makan siang," ucap Hero menatap tajam karyawannya.

"Maaf Pak, kami tidak akan melakukannya lagi," sahut karyawan lainnya serentak.

Hero meninggalkan karyawannya tanpa menjawab, Hero tau keputusannya tidak akan dibantah jadi anggap saja itu hukuman buat mereka yang sudah membuatnya ditinggal oleh Melinda.

Di warung sederhana samping kantor Melinda dan Nanda menunggu pesanannya, keduanya sibuk memainkan ponsel masing-masing menunggu pesanan mereka datang.

"Bu, satu nasi pecelnya ya."

Suara yang terdengar tidak asing membuat Melinda dan Nanda melihat ke arah pintu masuk warung, Melinda dan Nanda sama-sama melotot kaget melihat siapa yang berjalan ke arah mereka sekarang.

"Aku ikut duduk di sini ya," ucap Hero sambil menatap Melinda.

"Si silahkan saja Pak," sahut Nanda.

Walau sudah punya pacar mata Nanda tidak berhenti melihat ke arah Hero yang malah menatap Melinda, Nanda sendiri merasa kebingungan dengan sikap Hero yang terlihat berbeda dari sebelumnya, Hero yang seharusnya keras dan tegas malah lembut dengan Melinda.

"Ini pesanannya, selamat dinikmati," ucap pemilik warung.

"Terima kasih Bu," sahut Melinda tanpa menghiraukan Hero.

"Ah aku ingat kamu sangat suka ampela ya, ini ambil punyaku," ucap Hero yang langsung memberikan ampela saus pedasnya ke Melinda.

"Tidak perlu Pak, aku sudah pesan sendiri," sahut Melinda mengambil kembali ampela yang diberikan Hero dan bersiap mengembalikannya.

"Tidak apa, ambil saja," ucap Hero.

"Tidak Pak, Bapak ambil kembali saja," sahut Melinda.

Nanda yang terusik dan tidak bisa makan dengan tenang langsung mengambil ampela dari sendok Melinda, Nanda memakannya begitu saja tanpa mempedulikan dua orang yang menatapnya.

"Sayang sekali jika tidak di makan, kenapa sih harus di oper-oper kayak bola," ucap Nanda sambil terus mengunyah.

Tidak ada jawaban dari Melinda maupun Hero, keduanya kembali memakan makanan masing-masing dan menghabiskannya.

"Berapa Bu?" tanya Hero yang sudah selesai makan duluan.

"Dua puluh ribu saja," sahut Ibu pemilik warung.

"Kalau ditambah 2 pelanggan di sana jadi berapa Bu?" tanya Hero lagi.

"Beda menu beda harga, mereka berdua lima puluh ribu," ucap Ibu pemilik warung.

"Kalau begitu dua pelanggan Ibu itu biar ku tanggung juga makannya, Ibu bisa minta bayar sama wanita yang di sana," sahut Hero.

"Ah baiklah," ucap Ibu pemilik warung.

Tak berselang beberapa lama Melinda dan Nanda yang selesai makan bersiap membayar, keduanya yang sudah tau harga makanan mereka mengeluarkan uang pas dari dalam saku masing-masing.

"Nak Melinda pas ya uangnya," ucap Ibu pemilik warung.

"Iya Bu, seperti biasa," sahut Melinda sambil tersenyum.

"Nak Nanda totalnya seratus dua puluh lima ribu ya," ucap Ibu pemilik warung.

"Seratus dua puluh lima ribu, apa tidak salah Bu," sahut Nanda tak percaya.

"Benar seratus dua puluh lima ribu kok, pria yang tadi mentraktir 2 orang yang di sana dan meminta Nak Nanda yang membayarnya," ucap Ibu pemilik warung.

Melinda yang mendengar perkataan Ibu warung tertawa kecil, kasihan Nanda hanya karena ampela yang harusnya hanya 2 ribu malah berlipat-lipat harganya.

Selesai membayar keduanya bergegas kembali ke kantor, wajah kusut Nanda saat memasuki kantor semakin menjadi saat melihat tumpukan data di atas mejanya.

"Pak Hero sepertinya sengaja menyulitkanku," ucap Nanda bersandar di bahu Melinda.

"Mangkanya lain kali jangan seperti itu lagi, kita tidak tau sifat setiap orang itu bagaimana termasuk Pak Hero lihatlah semua yang mengerumuninya wajah mereka tidak berbeda jauh denganmu sekarang," sahut Melinda.

Melinda merasa beruntung karena dirinya tidak mau makan ampela pemberian Hero, Jika saja dirimu Tadi menerima itu dan memakannya mungkin nasibnya sama seperti Nanda saat ini.

"Ah iya, aku baru menyadarinya. Sial lain kali itu tidak akan terjadi lagi, tapi kenapa kamu diperlakuan berbeda Mel, apa kalian saling kenal?" tanya Nanda.

"Itu tidak mungkin, masa staff biasa sepertiku mengenalnya," sahut Melinda.

Belum selesai dirinya bicara Melinda merasa pundaknya di pegang seseorang, Melinda memutar badannya menatap Hero yang membawakan segelas susu coklat panas untuknya.

"Minumlah, makanan pedas akan cepat hilang dari mulut kalau minum susu," ucap Hero tanpa mempedulikan karyawan yang melihatnya.

"Tidak perlu, aku sudah minum tadi," sahut Melinda yang malah berpura-pura sibuk sendiri.

"Hem jadi tidak mau nih," ucap Hero menatap karyawan lainnya tajam.

Tatapan tajam Hero pada karyawan lain membuat Melinda menggertakkan giginya, sudah jelas jika dirinya tetap menolak karyawan lainnya akan terkena imbasnya.

"Baiklah, kalian semua jangan harap bisa makan siang di luar selama 3 bulan," teriak Hero.

"Haaaah," sahut karyawan lainnya serentak.

"Cepat ambil Mel, jangan lagi menyusahkan kami," ucap beberapa karyawan yang dekat dengan Melinda.

"Baiklah, ku minum tolong biarkan mereka makan bebas di luar," sahut Melinda pasrah.

"Tentu saja, mulai besok kalian bebas tapi jangan lagi mengerumuniku. Dan untuk kamu ambillah ini, lain kali jangan suka mengambil milik orang lain," ucap Hero menyerahkan dua lembar uang seratus ribu ke Nanda.

Melihat Hero yang berjalan pergi semua karyawan bersorak, Mereka bersyukur Melinda ternyata mengenal Hero dan membebaskan hukuman mereka.

"Hebat Mel, kulkas dingin akhirnya mencair," ucap salah satu karyawan.

"Benar Mel, benar-benar mencair, Lihatlah aku masih mendapat untung tujuh puluh lima ribu," sahut Nanda tersenyum puas.

"Kembali bekerja, kalau nanti kalian semua di hukum Aku tidak akan bertanggung jawab," ucap Melinda.

"Baik Tuan Putri," sahut beberapa karyawan serentak

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!