Sadar

Dua hari sudah Melinda berada di rumah sakit, Sang Ayah yang masih harus bekerja disiang hari terpaksa meninggalkan Putrinya seorang diri yang masih belum sadarkan diri.

Seperti hari sebelumnya Ayah Melinda berangkat kerja tepat pukul 07:00. Hero yang tidak ingin mencari masalah sengaja tidak datang sewaktu ada Ayahnya Melinda berjaga, setelah suster yang dibayarnya menelpon Hero bergegas pergi ke rumah sakit menemui Melinda dan menjaganya.

Hero yang membawa bubur menaruhnya di meja samping Melinda, Hero mengelus kepala Melinda berharap mantan Adik tirinya itu segera tersadar.

"Ayah," ucap Melinda perlahan membuka matanya.

"Dokter," Hero berteriak setelah melihat Melinda membuka matanya dan memanggil Ayahnya.

Tidak beberapa lama seorang Dokter mendatangi Melinda dan memeriksanya, Hero yang berada di samping Melinda terus memperhatikan sang Dokter sambil berharap Melinda sepenuhnya pulih kembali.

"Bagaimana Dok?" tanya Hero.

Hero menunggu jawaban dokter dengan perasaan yang tidak menentu, Hero benar-benar berharap mantan adik tirinya itu tidak terjadi sesuatu yang sangat berbahaya.

"Pasien baik-baik saja untuk sekarang, tolong jangan dipaksa pasien mengingat yang sudah dilupakannya," sahut sang Dokter.

Mendengar apa yang diucapkan sang dokter Hero merasa sedikit lega, Hero lega karena tidak ada yang perlu dikhawatirkan untuk saat ini, dan ke depannya semoga Melinda baik-baik saja.

"Baik," ucap Hero sambil menatap Dokter yang berjalan ke luar dari ruangan.

"Pak Hero kenapa bisa ada di sini? Di mana Ayahku?" tanya Melinda.

"Ayahmu kerja, kamu sudah tidak sadarkan diri selama 2 hari," ucap Hero.

"Ahhhh, aku ingat sebelum aku tidak sadarkan diri ada Ibu-ibu yang datang ke rumahku," sahut Melinda.

"Sudah, tidak perlu kamu pikirkan, sekarang lebih baik kamu tetap beristirahat. Apa kamu lapar?" tanya Hero.

Melinda menganggukkan kepalanya mengiyakan pertanyaan Hero, memang saat ini dirinya sedang lapar tapi bagaimana caranya dia bisa makan tangannya masih terasa lemas pikir Melinda.

"Aku bantu duduk," ucap Hero yang langsung memegang pundak Melinda membantunya duduk.

Hero yang melihat buburnya masih mengeluarkan asap mendekatkannya ke mulutnya, Hero meniup bubur dari tempatnya sambil terus mengaduknya.

"Ayo, buka mulutmu," ucap Hero.

Tidak menyangka akan disuapin Hero Melinda tetap membuka mulutnya, Melinda yang memakan sesuap bubur dari Hero membuat wajahnya memerah.

"Ayo buka lagi," ucap Hero seperti sedang menyuap anak kecil.

"Bagaimana?" tanya Hero sambil menatap Melinda.

"Enak, aku belum pernah makan bubur seenak ini," sahut Melinda.

"Tentu saja, ini buatan khas tanganku," ucap Hero membuat Melinda yang mendengarnya hanya tersenyum.

Deg deg deg deg.

Melinda kembali merasa detak jantungnya berdetak sangat cepat, setiap bersama dengan Hero detak jantungnya selalu seperti itu, Melinda bingung sebenarnya apa yang terjadi pada jantungnya.

"Sepertinya penyakitku sangat parah bukan hanya kepalaku lagi tapi jantungku juga mulai terkena penyakit aneh," dalam hati Melinda.

Hero yang menyuapi Melinda sampai habis merasa senang, sudah dari kemarin Hero membawa bubur tapi baru kali ini Melinda memakannya. Melinda yang dengan lahap memakan bubur buatannya membuat Hero berpikir akan kembali membawakannya lagi nanti dan juga menyuapinya lagi.

"Maaf," ucap Hero sambil menatap Melinda.

"Pak Hero kenapa selalu meminta maaf, aku rasa Pak Hero tidak memiliki salah," sahut Melinda.

"Hemmm, tidak juga. Aku malah merasa selalu memiliki salah padamu," ucap Hero.

"Haaaaaah, aku tidak tau apa salah Pak Hero tapi kalau Bapak memang punya salah aku pasti memaafkannya," sahut Melinda sambil tersenyum.

Maaaak Jleeeeb.

Melihat Melinda tersenyum Hero merasa jantungnya seperti ditusuk sesuatu, tidak ada rasa sakit yang dirasakannya saat itu Hero malah merasakan sesuatu berbeda dari jantungnya.

Hero berpikir dirinya harus segera memeriksakan diri sebelum semuanya terlambat dan dirinya divonis penyakit aneh, karena jika sampai itu terjadi tidak ada lagi yang menjaga Melinda dan tidak ada lagi yang menjenguk ibunya di rumah sakit jiwa.

"Aku pergi ke kantor, telepon aku kalau kamu sudah pulang ke rumah," ucap Hero beranjak berdiri dan berjalan pergi.

"Tunggu Pak," sahut Melinda.

"Ada apa?" tanya Hero menatap Melinda.

"Bisa tolong panggilkan Dokter, aku ingin bertanya tentang penyakitku," ucap Melinda.

"Baiklah aku akan memanggilkannya," sahut Hero sambil berjalan pergi.

Tidak menunggu lama Dokter yang dipanggil Hero memasuki ruangan Melinda, Sang Dokter memeriksa suhu tubuh Melinda yang ternyata sudah jauh lebih baik dari sebelumnya.

"Dok, aku mau bertanya?" ucap Melinda.

"Tanyakan saja," sahut Dokter Eka sambil tersenyum.

"Dok kira-kira aku terkena penyakit apa, kenapa setiap bersama Pak Hero detak jantungku sangat cepat," ucap Melinda yang selama ini tidak pernah berpacaran, Melinda juga baru pertama kali merasakan detak jantungnya seperti itu dan hanya saat bersamanya Hero.

Melinda menatap Dokter di depannya yang seperti menahan tawa, dokter itu terlihat mengalihkan pandangannya sebelum bertanya pada Melinda yang baru saja bertanya tentang penyakitnya.

"Apa kamu sudah pernah pacaran?" tanya Dokter Eka.

"Belum," sahut Melinda.

"Kalau begitu aku beritau apa penyakitmu dan penyakitmu ini sangat berbahaya jika tidak segera ditangani," ucap Dokter Eka yang langsung mendekatkan bibirnya di telinga Melinda.

Mendengar itu Melinda merasa sangat terkejut, Mungkinkah dirinya memang terkena penyakit mematikan yang tidak bisa lagi disembuhkan dan sebentar lagi ajaran yang akan datang.

"Sepertinya kamu menyukainya," bisik Dokter Eka membuat wajah Melinda memerah.

"Itu tidak mungkin. Aku tidak memiliki rasa suka padanya," sahut Melinda.

sebelumnya Dokter Eka mengatakan kalau dirinya memiliki penyakit yang sangat berbahaya Lalu kenapa penyakitnya itu malah berganti menjadi perasaannya yang mulai menyukai Hero, Melinda berpikir mungkin saja Dokter Eka sedang bercanda padanya agar situasi tidak tegang apalagi dirinya memang baru sadarkan diri.

"Percaya atau tidak terserah kamu, aku berani menjamin kamu sedang menyukainya, jangan membohongi dirimu sendiri." ucap Dokter Eka sambil tersenyum.

"Baiklah aku pergi, selamat Istirahat," sambung Dokter Eka yang langsung berjalan pergi meninggalkan Melinda.

Melinda menutupi wajahnya karena terlalua malu, Melinda masih mengingat jelas setiap ucapan Dokter Eka tadi.

"Apa aku benar memiliki rasa suka padanya," ucap Melinda berbicara sendiri.

"Ahhhhhh itu tidak mungkin," gumam Melinda.

Pertemuan mereka sangat singkat dan mereka satu kantor atasan dan bawahan, Melinda sangat yakin kalau dirinya tidak menyukai Hero, mungkin saja yang dirasakannya saat ini adalah rasa kagum padanya yang masih muda sudah memiliki perusahaan sendiri.

"Benar pasti seperti itu, tidak mungkin aku menyukai orang yang baru kutemui beberapa kali, benar-benar sangat konyol aku ini," ucap Melinda sambil memegang jantungnya yang perlahan mulai kembali normal karena Hero tidak berada di dekatnya saat ini.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!