Sampai di rumah Melinda membuka pintu rumah dan masuk ke kamarnya, Ayahnya yang tidak ada di ruang tamu pasti sudah tertidur saat ini.
Priiiiiiiiiit...
Suara sempritan mengejutkan Melinda, dari belakang Melinda Ayah Melinda terlihat sangat senang mengalahi kesenangan Melinda.
"Selamat untuk Anak Ayah yang sudah pacaran untuk pertama kalinya."
Ploook ploooook plooooook...
Ayah Melinda bertepuk tangan membuat malam yang sunyi begitu ramai, melihat ayahnya yang seperti itu Melinda hanya terdiam, Melinda sendiri terkejut melihat ayahnya yang seperti itu.
"Ayah ini sudah malam," ucap Melinda sambil mengelus dadanya.
"Biar saja inikan rumah kita sendiri untuk apa pedulikan orang lain," sahut Ayah Melinda santai.
"Kapan kamu bawa pacar kamu bertemu Ayah? biar ayah lihat apa dia pantas untuk mu," tanya Ayah Melinda sambil menaik turunkan alisnya.
"Ayah, ini baru juga hari pertama jadian masa aku harus membawanya bertemu Ayah, bagaimana jika ini hanya sesaat aku jadi malu nantiny," sahut Melinda. Tapi tentu saja alasan yang sebenarnya bukan itu melainkan tidak mungkin dirinya membawa Hero ke rumahnya karena ayahnya sangat membencinya.
"Ahhh benar juga, kalau begitu selamat untuk Anak Ayah sudah tidak jomblo lagi," ucap Ayah Melinda kembali bertepuk tangan.
Tak lagi menghiraukan Ayahnya Melinda bergegas masuk kamarnya, saat ini perasaan Melinda menjadi satu tidak terkendali.
Di dalam kamarnya Melinda merasa sangat bimbang, Ayahnya begitu bahagia melihat dirinya yang saat ini memiliki kekasih, tapi bagaimana nantinya jika Ayahnya tau siapa yang menjadi kekasihnya.
"Arrrrrrkkkhhh, maafkan aku ayah," gumam Melinds menutup wajahnya dengan bantal.
***
Keesokan harinya Melinda berangkat ke kantor seperti biasanya, Melinda berangkat begitu saja meninggalkan Nanda yang biasanya pergi bersamanya, tentu saja Melinda meninggalkannya bukan tanpa alasan dan alasannya dilihat langsung oleh Nanda yang memfotonya diam-diam.
"Cie, sepertinya sudah jadian. Sialan dia tidak memberitahuku," dalam hati Nanda yang melihat Melinda menaiki mobil Hero.
Nanda kembali melanjutkan perjalanannya tepat setelah mobil Hero melaju. Nanda menghela nafas panjang sambil berpikir andai dirinya adalah Melinda yang memiliki Ayah yang sangat menyayanginya, tapi apalah daya dirinya tidak memiliki Ibu dan Ayah dari kecil, dan andai dirinya seperti Melinda yang memiliki kekasih tampan, tapi apalah daya dirinya masih ditakdirkan memiliki pacar yang tidak terlalu tampan betapa malang sekali nasibnya.
Sampai di kantor Nanda masih belum melihat Melinda, Melinda yang berangkat naik mobil kenapa malah belum sampai pikir Nanda yang langsung tersenyum sendiri sambil menggelengkan kepalanya.
"Kamu kenapa?" tanya Melinda yang berdiri tepat di belakang Nanda.
"Aku mencarimu, tumben saja kamu lambat datangnya," sahut Nanda.
"Aku beli ini," ucap Melinda menyodorkan jajanan yang baru saja dibelinya.
"Apa ini, hadiah jadian," bisik Nanda sambil tersenyum.
"Kamu tau dari mana?" tanya Melinda, wajahnya memerah menahan malu. Baru pertama kali baginya pacaran.
"Aku tadi melihatmu di jemput Pak Hero, kamu tahu aku yang melihatnya jadi aku ingin punya pacar lagi juga loh," sahut Nanda yang lagi-lagi tersenyum.
"Jangan bilang siapa-siapa, selama 3 hari aku teraktir makan siang mau tidak," ucap Melinda.
"Mau tentu saja mau, hehehehehe," sahut Nanda.
Sebenarnya Nanda tidak ada niat mau nyebar berita Melinda kalau sedang pacaran dengan Hero, lagi pula Nanda juga tidak berani kalau sampai Hero tau dirinya menyebarkan berita seperti itu yang ada dirinya kena hukuman tidak jelas lagi.
Melinda yang pulang bersama Hero membuat Nanda harus pulang sendiri lagi, Nanda harus membiasakan diri mulai dari sekarang berangkat dan pulang kerja sendiri karena memang takdirnya sebagai jomblo.
Nanda berjalan memasuki Gang setelah turun dari angkutan umum, baru beberapa langkah memasuki Gang terdengar suara memanggilnya berulang kali.
"Kamu kenapa pulang sendiri? di mana Melinda?" tanya Ayah Melinda yang berdiri tepat di belakang Nanda.
"Mulai sekarang aku harus terbiasa sendiri Paman," sahut Nanda.
"Iya juga sih ya, Melinda pasti sibuk sama pacar barunya," ucap Ayah Melinda sambil tersenyum.
"Wah jadi Paman juga tau Melinda punya pacar," sahut Nanda kaget.
"Tentu saja, kan Paman yang mengizinkannya tapi sayang Paman belum tau seperti apa wajah pacar Melinda," ucap Ayah Melinda mengangkat bahunya.
Keduanya yang sibuk berbicara menatap mobil yang baru saja berhenti, dari dalam mobil Linda yang keluar diikuti Hero membuat Ayah Melinda terkejut setengah mati.
"Panjang umur, itu dia pacarnya Paman," ucap Nanda dengan suara keras yang langsung membuat Hero dan Melinda menatap ke arahnya.
Belum selesai bicara Nanda melihat Ayah Melinda menjatuhkan bungkusan makanannya, Nanda juga melihat Ayah Melinda berjalan ke arah Anaknya dengan langkah cepat seperti sedang marah.
"Ayah, Melinda bisa menjelaskannya," ucap Melinda melihat Ayahnya yang terus menatap Hero.
"Minggir," bentak Ayah melinda menyuruh Melinda pergi dari depan Hero.
"Tapi Ayah, dengarkan dulu prnjelasan Melinda, ini... ." sahut Melinda tidak melanjutkan perkataannya karena ayahnya yang marah besar.
"Oh jadi kamu sekarang berani melawan Ayah, Kamu tidak mau lagi mendengarkan perkataan Ayah apa kamu seperti ini karenanya," teriak Ayah Melinda.
"Bukan begitu Ayah, tapi." Melinda kembali tidak melanjutkan perkataannya dan langsung berjalan menjauh dari Hero.
Buuuuuuuuug.
Satu pukulan di perut Hero membuat Hero termundur ke belakang membentur mobilnya, pukulan ayah Melinda cukup menyakitkan tapi Hero berdiri dengan tegap setelahnya.
"Segala cara kamu lakukan untuk membuat keluargaku kembali menderita, apa yang dilakukan Ibumu dulu masih kurang puas, apa membuat Melinda hilang ingatan juga belum puas. Katakan apa lagi yang bisa membuatmu dan Ibumu puas, apa aku harus mengakhiri hidupku agar kamu juga puas," teriak Ayah Melinda.
"Yang terjadi dulu hanya salah paham, Ibuku tidak bermaksud ingin menyakiti Melinda atau menjadi Ibu yang jahat untuknya. Paman dari awal tidak pernah mengizinkanku menjelaskan, bagaimana Paman akan tau kebenarannya," sahut Hero.
"Menjelaskan apa lagi, Ibumu menyuruh Melinda melakukan pekerjaan rumah seperti pembantu kamu masih bilang salah paham, lalu apa kebenarannya, apa kamu mau bilang sebenarnya Ibumu melakukannya demi kebaikan Melinda," ucap Ayah Melinda menyunggingkan bibirnya.
"Memang itu alasannya," sahut Hero.
Di pinggir jalan Melinda yang mendengar perkataan Ayahnya tiba-tiba merasa sakit kepalanya, Melinda yang berjongkok kesakitan sama sekali tidak diketahui Ayahnya maupun Hero.
"Mel kamu kenapa Mel," teriak Nanda yang menyadari Melinda merasa kesakitan.
Mendengar teriakan Nanda Ayah Melinda dan Hero bersamaan menghampiri Melinda, Ayah Melinda mencoba menepuk pundak melinda dan bertanya ada apa dengannya tapi tidak ada jawaban dari Melinda.
"Om tolong bawa Melinda ke rumah sakit, Melinda sangat kesakitan," ucap Nanda.
"Tidak, biar Om saja yang pergi," sahut ayah melinda.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments