Mencintai Mantan Kakak Tiriku
Siang yang tadinya cerah tiba-tiba berganti gelap gulita begitu saja. Di dalam kantor Melinda sesekali menatap jendela yang tidak jauh darinya, tidak tahu kenapa Melinda sangat tidak menyukai hujan turun baginya hujan hanyalah hukuman yang di kirim oleh Tuhan untuk manusia yang berdosa agar bisa menjernihkan hati dan pikirannya.
"Sial, padahal aku berencana pulang cepat hari ini, ada sesuatu yang harus kulakukan tapi jika terus hujan seperti ini bagaimana aku bisa pulang aku juga tidak membayar payung," ucap Melinda menggerutu kesal, ingin sekali Melinda berteriak dan meminta hujan agar segera berhenti.
Melinda melihat jam tangannya yang sudah menunjukan pukul 12:15, setelah menunggu sejenak namun hujan hanya redah sedikit dan menyisahkan rintikannya saja, Melinda bergegas mengambil tasnya dan berjalan keluar kantornya.
Melinda berjalan cepat ke arah motor maticnya yang di parkir di depan kantornya, tanpa membuang waktu Melinda menyetater motornya dan pergi meninggalkan kantor.
Sebelumnya Meiga sudah meminta izin pulang lebih cepat itu juga alasan kenapa tidak ada yang bertanya padanya apalagi mencoba menghentikannya.
Sesampainya di rumah Melinda menatap rumahnya yang masih kosong, sambil tersenyum Melinda berjalan ke dapur mempersiapkan bahan yang akan digunakannya untuk membuat kue.
Tik tik tik, tik tik tik, breeeeees.
Hujan yang mulanya hanya gerimis kini berganti deras, Melinda tidak menghiraukan hujan di luar rumahnya dan melanjutkan kembali membuat kuenya.
Ting tong, ting tong.
Bunyi bell rumah mengejutkan Melinda, Melinda yang mengira Ayahnya telah pulang bergegas membuka pintu walau rencana kejutannya akan gagal jika ketahuan oleh Ayahnya.
Ceklek.
Mata Melinda terbelalak setelah melihat siapa yang berdiri di depannya. Seorang pria tampan berjas hitam yang memegang satu payung di tangan kiri dan sebuah plastik di tangan kanannya membuat Melinda terpatung tidak bergerak sedikitpun.
Melinda merasa pria itu tidak asing tapi tidak bisa mengingat di mana Dirinya pernah bertemu, padahal Melinda biasanya selalu mengingat wajah-wajah tampan yang biasa ditemuinya walau hanya pertama kalinya bertemu.
"Melinda Pak Sandiaga ada?" tanya pria itu mengejutkan Melinda. Melinda terkejut bukan karena pria itu ingin bertemu Ayahnya tapi bagaimana bisa pria asing itu mengetahui namanya pikir Melinda.
"Kamu siapa? Apa kita pernah bertemu?" tanya Melinda sambil terus menatap pria yang ada di depannya.
"Sudah lama kita tidak bertemu wajar saja kamu lupa," sahut pria di depan Melinda sambil menatapnya dan tersenyum.
"Benarkah, memangnya kita pernah bertemu di mana?" tanya Melinda lagi.
Buuuuuuuuug.
Belum sempat menjawab pertanyaannya Melinda terkejut setengah mati saat sang Ayah mendorong pria di depannya, Melinda tidak tau apa yang terjadi dan kenapa Ayahnya sampai mendorong pria tampan itu sampai terjatuh.
"Ayah dia tamu Ayah, kenapa Ayah mendorongnya? Bukankah seharusnya kita membiarkannya masuk," ucap Melinda.
"Diam, cepat masuk ke dalam," sahut Ayah Melinda yang terlihat sangat marah besar.
Tak membantah perkataan sang Ayah Melinda langsung masuk ke dalam rumah, Melinda yang mengintip dari balik jendela melihat Ayahnya marah besar dengan pria tampan itu bahkan berulang kali memaki pria itu.
"Sudah ku bilang jangan injakan lagi kakimu, Sepertinya kamu benar-benar cari mati," teriak Ayah Linda dengan suara jelas dan lantang.
"Jangan seperti itu, bagaimanapun juga kita pernah menjadi keluarga Om," sahut pria itu bangkit berdiri di tengah hujan.
"Aku tidak merasa kita pernah menjadi keluarga, jadi sekarang pergilah jangan buat aku mengulangi perkataan ku," ucap Ayah Linda menunjuk jalanan kosong di depannya.
Linda bisa melihat wajah pria itu yang sangat kecewa, plastik yang di bawanya ditaruhnya di depan Ayah Linda sebelum akhirnya berjalan pergi.
Melinda masih berpikir di mana Dirinya pernah bertemu pria itu, tapi setelah melihatnya yang merasa kecewa dan sedih Melinda malah malas memikirkan itu, Melinda lebih memikirkan Kenapa ayahnya sampai Semarah itu.
"Tidak perlu mengintip lagi," ucap Ayah Melinda.
"Ah maaf Yah, tapi kenapa Ayah sekejam itu padannya, memangnya apa salah pria itu tadi," sahut Melinda.
"Itu tidak penting, dari pada kamu bertanya yang tidak jelas kenapa tidak kamu lanjutkan saja membuat kuenya," ucap Ayah Linda sambil mengelus kepala putrinya.
"Ayah kok tau, ini tidak adil padahal aku sangat ingin memberikan kejutan," sahut Melinda, Melinda tidak menyangka Ayahnya tau kalau dirinya membuatkan kue untuk Ayahnya.
"Hahahaha, Ayah pasti tau, Ayah kan yang paling mengerti kamu," ucap Ayah Melinda Ekspresinya berubah tidak lagi terlihat marah.
"Ya sudah kalau begitu Melinda kembali lanjut bikin kue, nanti kalau sudah matang melinda akan panggil Ayah," sahut Melinda.
"Baiklah. Ayah tidak sabar untuk itu," ucap sang Ayah sambil berjalan masuk ke kamarnya.
Melihat Anaknya yang sudah tumbuh dewasa membuat Ayah Melinda merasa sangat senang, tapi dibalik kesenangannya menyimpan seribu rasa bersalah pada putri semata wayangnya yang harus Amnesia karena kesalahannya.
"Maafkan ayahmu ini Nak, jika ayahmu tidak melakukan semua itu kamu juga mungkin tidak akan melupakan semuanya, Ayah merasa bersalah dan akan melakukan apa saja untukmu," ucap ayah Melinda yang bersandar di balik pintu.
***
Saat itu sekitar 10 tahun yang lalu dimana masa kejayaannya sebagai pengusaha membuatnya sangat sibuk, 3 bulan yang lalu istrinya meninggal dunia karena serangan jantung dan dirinya harus merawat Melinda yang sudah tidak lagi memiliki Ibu seorang diri.
Membagi pekerjaan dan menjaga anaknya membuat Sandiaga kewalahan, disaat merasa dirinya tidak Mampu melakukannya seorang diri Sandiaga bertemu dengan Mega yang saat itu berstatus janda dengan anak kurang lebih seumuran putrinya.
Perkenalan singkat keduanya tanpa mereka sadari semakin berjalan ke tahap serius, setelah menceritakan kelebihan dan kekurangan masing-masing keduanya yang merasa cocok memutuskan untuk menikah tapi Sandiaga tidak menyadari keputusannya bukanlah pilihan yang tepat.
sesuatu yang buruk malah terjadi pada putrinya, semua karena kesalahan istri barunya. Sandiaga menyesali semua keputusannya yang terlena karena cinta Dan Hampir membuat putrinya mati.
"Ayah, apa Ayah tidur," ucap Melinda dari luar kamar Ayahnya.
Suara Melinda mengejutkan ayahnya yang teringat kejadian lama, Ayah melinda mengepalkan tangannya sendiri setelah mengingat itu.
"Ahhh apa yang ku lakukan, kenapa aku kembali mengingatnya. Sialan," ucap Ayah Melinda pelan di dalam kamarnya.
"Belum, apa kuenya sudah jadi? Ayah keluar ya," sahut Ayah Melinda.
Siapa yang sangka keputusannya waktu itu malah membuat Putri semata wayangnya hampir kehilangan nyawanya, ayah Melinda tidak bisa melupakan semua itu walau sudah 12 tahun berlalu, kejadian itu terus terngiang di kepalanya dan sangat sulit dilupakannya.
Sejak saat itu juga Ayah Melinda berpikir kalau Putrinya sangat penting, dan tidak ada yang lebih penting selain putrinya tidak peduli dulu, sekarang, maupun nanti.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments