Kencan Buta

Hampir semua karyawan mendekati Melinda agar jika mereka mendapat hukuman dari Hero Melinda akan membebaskannya, begitulah hari-hari berlalu dengan sangat cepat.

Di dalam rumah Melinda yang berbaring santai di akhir pekan dikejutkan suara ketukan pintu, Melinda menatap jam di dinding yang baru menunjukan pukul 09:00.

"Iya Ayah," ucap Melinda dari dalam kamar.

Melinda yang membuka pintu disambut sang Ayah yang berdiri di depan pintu sambil tersenyum.

"Nak nanti malam Anak teman Ayah mengajakmu kencan buta, maaf Ayah tanpa sadar sudah menyetujuinya," ucap Ayah Melinda.

"Oh hanya kencan buta, tidak masalak kok Yah," sahut Melinda, Melinda tidak pernah menolak apa yang diinginkan ayah sekalipun dirinya tidak mau.

Ini bukan pertama kali baginya kencan buta dengan Anak dari teman Ayahnya, walau Anak teman Ayahnya tampan-tampan dan manis belum ada satupun yang cocok dengan tipe Melinda.

Malam harinya Melinda sengaja berpenampilan seadanya dan berjalan pergi ke tempat yang sudah ditentukan, Melinda memasuki sebuah ruangan khusus yang sudah di pesankan oleh Anak teman Ayahnya.

"Hei duduklah, aku sudah lama menunggumu," ucap Ruel menepuk sebelahnya.

Melinda mengernyitkan dahinya tidak senang, ini kencan buta pertama mereka tapi kenapa pria di depannya sok akrab sekali dengannya.

"Oh sudah lama menunggu," sahut Melinda memilih duduk paling jauh dari Ruel.

"Hei kenapa jauh sekali, kemarilah," ucap Ruel menatap Melinda.

"Tidak aku di sini saja," sahut Melinda.

"Jangan sok jual mahal, kamu itu tidak cantik-cantik sekali kenapa bergaya seperti itu," ucap Ruel berjalan ke arah Melinda.

"Cih, sepertinya dia memiliki niat buruk, aku lebih baik pergi saja," dalam hati Melinda.

Melinda bergegas berlari ke arah pintu sebelum Ruel mendekatinya, sadar Melinda akan melarikan diri Ruel berlari ke arah pintu dan langsung menarik tangan Melinda.

"Sudahlah jangan sok jual mahal," ucap Ruel lagi.

"Lepaskan aku, aku akan berteriak jika kamu memaksaku begini," sahut Melinda.

"Teriak, silahkan saja," ucap Ruel tersenyum sendiri.

"Tolong," teriak Melinda.

Bruuuuuuuuuuuuuuuuuaaaaakkk.

Dobrakan pintu mengejutkan Ruel. Ruel yang melihat ke arah pintu tidak menduga siapa yang ada di sana.

"Lepaskan dia," teriak Hero.

"Ini hanya salah paham Kak Hero, aku hanya ingin bermain dengan wanita ini Kak Hero tidak perlu turun tangan," ucap Ruel.

Buuuuuuuuug.

"Sudah ku bilang lepaskan tanganmu darinya," teriak Hero yang baru saja menendang Ruel hingga terlempar.

"Kamu tidak apa-apa Mel?" tanya Hero berjongkok di depan Melinda.

"Tidak apa-apa Pak, aku mau pergi dari sini," sahut Melinda.

"Baiklah baiklah ayo kita pergi," ucap Hero sambil menggenggam tangan Melinda berjalan meninggalkan Ruel.

"Hei ini belum berakhir," teriak Hero sambil mengangkat satu tangannya ke atas.

"Habislah, bagaimana bisa ini terjadi padaku," dalam hati Ruel bersiap menerima hukuman yang sebenarnya.

Siapa yang tidak kenal Hero, Anak angkat yang akan menjadi pewaris satu-satunya keluarga Virza. Siapa yang tidak tau kehebatan Hero dalam bidang bisnis bahkan mafia prantara dunia bawah, berani mencari masalah dengannya sama saja mencari jalan kematiannya sendiri.

Sepanjang jalan Hero menatap Melinda yang hanya terdiam menunduk, tak ada satu kata pun keluar dari mulutnya. Setelah sampai di depan gang rumah Melinda Hero menepikan mobilnya, Hero menggenggam tangan Melinda dan membawanya berjalan pelan menuju rumahnya.

Tok tok tok, tok tok tok.

Hero berulang kali mengetuk pintu berharap Ayah Melinda bergegas keluar, tidak beberapa lama apa yang diharapkan Hero akhirnya terkabul namun berakhir dengan sesuatu yang tak terduga.

"Kamu lagi, sudah berapa kali aku bilang jangan datang kemari apa yang kulihat sekarang," teriak Ayah Melinda yang langsung menarik tangan putrinya.

"Om dengarkan aku dulu," sahut Hero mencoba menjelaskan.

"Masih tidak mau pergi dari sini, apa mau dilempar batu dulu baru pergi," teriak Ayah Melinda lagi.

"Ayah biar Melinda jelaskan," ucap Melinda dengan suara serak menahan tangis.

Plaaaaaaaaak.

"Bukannya sudah Ayah bilang jangan lagi bertemu dengannya, lihatlah sekarang kamu bahkan tidak mendengarkanku," ucap Ayah Melinda yang baru saja menampar Putrinya.

"Om jangan keterlaluan," teriak Hero tidak terima melihat Melinda di tampar Ayahnya.

"Ayah jahat, Ayah kejam berarti Ayah berharap agar aku tidak bertemu dengannya walau aku hampir mati," teriak Melinda sambil berlari ke kamarnya.

"Cekh, ku kira Om adalah orangtua yang baik, Anak sendiri hampir dilecehkan malah menamparnya," ucap Hero yang langsung berjalan pergi.

Ayah Melinda kaget mendengar perkataan Hero, Ayah macam apa dia yang hampir saja menjerumuskan Anaknya sendiri.

Ayah Melinda merasa bersalah setelah mendengar perkataan Hero, kabar selama ini dirimu selalu menjaga anakku teman-teman Lalu bagaimana mungkin ada pria yang berani ingin melecehkannya dan dirinya malah tidak mengetahuinya.

Tok tok tok, tok tok tok.

"Mel, Nak buka pintunya sayang," ucap Ayah Melinda di depan pintu kamar Melinda.

Melinda yang tidak ingin berdebat sengaja tidak membuka pintu kamarnya, Melinda memilih meluapkan semua dalam tangisannya sambil mengelus dadanya bersyukur Hero datang menolongnya tepat waktu.

"Nak, Ayah minta maaf Ayah tidak tau kalau kamu. Huhuhuhu."

Ayah Melinda menangis di depan pintu kamar Melinda dengan penuh penyesalan, Ayah Melinda tidak menyangka Anak Temannya berani ingin melecehkan Putrinnya.

Tok tok tok, tok tok tok.

Suara ketukan pintu dari luar membuat Ayah Melinda bergegas berdiri, Ayah Melinda yang membuka pintu melihat ke arah Hero yang berdiri di depannya membawa Anak temannya.

"Ini dia yang hampir merenggut harga diri Melinda," ucap Hero, kakinya masih menginjak Ruel yang babak belur di hajar anak buahnya.

"Beraninya kamu mau menghancurkan Putriku, apa kamu sudah bosan hidup. Sini aku bunuh kamu," teriak Ayah Melinda yang langsung masuk ke dalam rumah mengambil golok.

"Ampun Om, aku salah," sahut Ruel dengan suara keras.

"Ampun, ampun apa kalau kamu bilang ampun Putriku akan memaafkanku," ucap Ayah Melinda dengan golok tajam di tangannya.

"Sini ku bunuh kamu," sambung Ayah Melinda.

"Haaaah, kalau Om membunuhnya bagaimana nasib Melinda ke depannya. Om putuskan saja bagaimana cara menghukumnya biar aku yang mengeksekusinya," ucap Hero.

"Hem kalau begitu aku mau dia tidak bisa lagi melihat, aku mau dia tidak lagi bisa merasakan kenikmatan dunia," sahut Ayah Melinda.

"Akan ku kabulkan," ucap Hero menarik rambut Ruel berjalan meninggalkan rumah Melinda.

"Walau kamu menolongku dan Putriku jangan pernah berharap aku akan memaafkan mu dan Ibumu," teriak Ayah Melinda.

"Ya, tidak masalah. Aku juga tau itu," dalam hati Hero tanpa menghentikan langkahnya.

Hero menarik Ruel seperti karung berisi sampah, kebetulan dirinya juga tidak berniat memberikan hukuman ringan pada pria yang ingin menyentuh Melinda.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!