Waktu berlalu Cia dan Zayyan belum juga kembali ke tenda.
"Pak! Cia belum kembali loh pak!" protes Vinna.
"Bapa bilang kalau sudah lewat jam 18.00 bakal cari dia! Sekarang sudah lewat hampir 30 menit pak." ucap Vanno.
"Zayyan juga belum kembali pak!" ujar Andra.
Bunga hanya diam di samping Andra.
"Ada apa ini?" tanya Bu Sari selaku wali kelas dari kelas 3-4 yang merupakan kelas Cia.
"Cia hilang Bu! Dan pak Arif nanti-nanti buat nyari mereka." lapor Vinna.
Bu Sari melihat gelang jam yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Jam sudah menunjukkan pukul enam lewat dua puluh delapan menit.
"Ayo kita cari mereka bersama-sama biar cepat ketemu."
Akhirnya mereka semua masuk ke hutan kecuali Bunga, cewek itu kembali ke tendanya menemui dua sahabatnya yang baru pulang dari hutan beberapa saat yang lalu.
"Nes! Raya!" panggil Bunga.
"Apaan?" tanya Vannesa sambil bermain handphonenya. Raya tidak ada disana. Cewek itu masih mandi di kamar mandi yang sudah disediakan disana.
"Mereka sudah ke hutan nyari Cia sama Zayyan." ujar Bunga.
Vannesa langsung duduk dan meletakkan handphonenya. "Sebentar lagi mereka pasti dikeluarkan dari sekolah." gumam Vannesa sambil tersenyum jahat.
*
Disisi lain. Zayyan dan Cia berada di balik pohon besar dengan keadaan telanjang. Tidak, bukan telanjang bulat. Cia masih memakai pakaian dalamnya dengan lengkap. Sedangkan Zayyan hanya bertelanjang dada. Entah bagaimana ceritanya di leher dan dada mereka berdua terdapat merah-merah seperti bekas itu.
"Ash..." Zayyan baru saja sadar.. Cowok itu melihat ke sekelilingnya. Dia begitu terkejut melihat Cia yang hanya memakai pakaian dalam sambil menangis sesenggukan.
"Jahat! Lo jahat!" ucap Cia.
"Lo-lo kenapa?" tanya Zayyan.
"Apa yang Lo lakuin ke gue bangshat?!" tanya Cia. Air matanya tidak bisa berhenti mengalir.
Zayyan menelan ludahnya dengan susah payah. Cowok itu melihat dirinya sendiri. Dirinya telanjang dada. Zayyan mengerutkan keningnya ketika melihat tanda merah yang ada di dadanya. Kemudian beralih menatap Cia dan serupa dengannya.
"Gue nggak ngapa-ngapain Lo!" ucap Zayyan.
"Terus?! Lo pikir gue bisa percaya Lo?!" tanya Cia.
"Sumpah demi apapun gue gak ngapa-ngapain Lo! Kalau gue bohong gue rela mati sekarang juga!" ucap Zayyan tanpa ragu. Karena memang cowok itu tidak melakukan apa-apa kepada cewek didepannya itu.
Cia masih menangis. Dia takut mahkotanya diambil tanpa seizinnya. Entah itu Zayyan yang mengambilnya atau orang lain yang mengambilnya. Dia tidak peduli. Dia takut mengecewakan orang tuanya.
Zayyan melihat ke sekelilingnya. Tidak ada pakaian Cia. Yang ada hanya kaos yang berada tidak jauh darinya dan jaket miliknya yang berada tepat disampingnya. Cowok itu langsung mengambil jaketnya dan menggunakannya untuk menutupi tubuh Cia.
"Gue takut... gimana kalau orang tua gue tahu keadaan gue saat ini?" tanya Cia sambil menangis.
Zayyan tidak bisa berbuat apa-apa. Cowok itu masih kalut dengan pikirannya sendiri.
"Mommy.. daddy maafin Cia." ucap Cia dengan sesenggukan.
Zayyan tidak bisa melihat seorang perempuan menangis, cowok itu langsung menarik Cia kedalam pelukannya berharap cewek di depannya itu berhenti menangis. Walaupun Zayyan memiliki sifat nakal, cowok itu memiliki hati yang lembut berkat didikan mamanya.
"Jangan nangis, gue..." Zayyan kebingungan melanjutkan kalimatnya. Cowok itu hanya memeluk Cia yang menangis tanpa mengucapkan apa-apa. Dia tidak bisa mengatakan akan bertanggungjawab padahal dia tidak melakukan apapun kepada Cia.
"Maaf... maafin Cia..." Cia terus mengucapkan kata itu sambil menangis tersedu-sedu.
Tiba-tiba sebuah cahaya mengenai wajah Zayyan. Deg. Cowok itu langsung menoleh ke arah cahaya. Seketika Zayyan langsung melepaskan pelukannya. Begitupun dengan Cia, cewek itu buru-buru mengusap air matanya dan melihat ke arah cahaya.
"Pak Arif.. Bu Sari.." gumam Zayyan melihat siapa yang datang.
"APA-APAAN INI ZAYYAN! CIA!" bentak Bu Sari dengan emosi yang sudah memuncak.
"Bapak kecewa dengan kalian." ucap Pak Arif sambil memalingkan wajahnya.
"Pak, Bu ini nggak seperti yang kalian lihat. Kita nggak melakukan apa-apa." ucap Cia.
"Apa maksudmu tidak melakukan apa-apa hah?! Kamu pikir kami percaya?!" tanya Bu Sari dengan nada tinggi.
"Demi apapun kami gak melakukan hal yang kalian pikirkan Bu." Cia masih berusaha membela dirinya.
Sedangkan Zayyan, cowok itu hanya diam. Bukan karena dia salah. Tetapi cowok itu tahu, sekeras apapun dia membela diri tetap tidak akan ada yang percaya.
"Pak, Bu saya mohon percaya--"
"Kembali ke tenda!" perintah Bu Sari kemudian dia pergi meninggalkan Cia dan Zayyan bersama pak Arif. Bu Sari akan memberi tahu teman-teman mereka agar kembali ke tenda karena Cia dan Zayyan sudah di temukan.
"Pakai pakaian kalian, dan kembali ke tenda." ucap Pak Arif. Memang guru PJOK tersebut tidak meninggikan suaranya, tetapi terlihat jelas raut kekecewaan di wajahnya.
"Pak Arif.. bapak percaya sama saya?" tanya Cia.
Pak Arif memalingkan wajahnya. Seolah enggan menatap mereka berdua.
"Pakai jaket gue, baju Lo nggak tahu dimana." ucap Zayyan. Kemudian cowok itu berjalan mengambil jaketnya yang berada tidak jauh dari sana dan kembali lagi menghampiri Cia.
Cewek itu masih tidak mau berdiri.
"Berdiri atau gue tinggal." ancam Zayyan. Cowok itu langsung meninggalkan tempat itu mengikuti pak Arif
"Jahat Lo anjg!" Cia buru-buru berdiri. Kemudian berjalan pelan di belakang Zayyan.
Saking pelannya dia berjalan, jaraknya dengan Zayyan hampir dua meter. Zayyan yang sadar akan hal itu berbalik dan menghampiri Cia yang tertinggal di belakang.
"Jangan jauh-jauh, nanti tersesat lagi gue juga yang repot." ucap Zayyan kemudian tangannya menggenggam pergelangan tangan Cia dan menuntunnya.
"Lo serius gak ngapa-ngapain gue?" tanya Cia lagi.
"Hm." jawab Zayyan singkat.
"Terus tanda apa yang di dada gue?" tanya Cia.
"Mana gue tahu."
Cia menghela napasnya. Cewek itu juga sedikit percaya dengan perkataan Zayyan. Karena area bawahnya tidak terasa sakit untuk berjalan. Setahunya jika melakukan itu ketika berjalan aka terasa sakit.
"Di leher dan dada Lo juga ada." ucap Cia.
"Hm, tahu."
"Bukan gue ya yang bikin!" ucap Cia dengan spontan.
"Gak peduli." jawab Zayyan.
Cowok itu juga tahu tidak mungkin Cia yang membuat tanda-tanda itu. Dia sangat yakin jika ada yang menjebaknya. Tapi dia merasa tidak punya musuh di sekolah.
"Mungkinkah dari sekolah lain?" batin Zayyan. Cowok itu langsung menggelengkan kepalanya. Tidak mungkin jika musuhnya yang dari luar sekolah. Karena keamanan SMA Pelita Cahaya sangat ketat, tidak mungkin anak sekolah lain bisa masuk area perkemahan.
"Siapapun itu, Lo salah cari gara-gara sama gue." ucap Zayyan di dalam hatinya.
...***...
...Bersambung......
...Zaidan Devanno Sanjaya...
...Devinna Zeline Sanjaya...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
Chnd Leee
lanjut thor
2023-01-20
2