"Kali ini masih belum bertemu dengan Rosy. Di mana sebenarnya kamu, Nak? Ayah sudah mencarimu semalaman. Jika diculik, kenapa belum ada telepon masuk meminta tebusan?"
Jika ada nomor telepon masuk ke nomornya untuk meminta tebusan, Giovano akan merasa lebih lega. Setidaknya jelas, anak gadisnya ada pada orang lain. Ia hanya perlu menyiapkan uang tunai sesuai yang diminta.
Hanya menunggu telepon masuk dari penculik anak yang diharapkan oleh pria berkepala tiga itu. Pekerjaan yang harusnya dikerjakan pun tidak terurus lagi. Sejak kepergian sang istri, ia sangat terpukul dan mengalami kesulitan untuk merawat putri kecilnya. Ia belum juga menyewa perawat maupun mencari asisten rumah tangga.
Selama masih ada, Viola lah yang telah mengurus semuanya. Mulai dari pekerjaan rumah sampai mengurus anak dan suami. Namun tetap ada saja orang tua tidak pernah menganggapnya. Rheny Sandoro, ibu dari Giovano selalu memperlaku Viola dengan buruk.
Keadaan rumah berantakan, makan selalu membeli dari luar. Hanya menyewa jasa pembersih online setiap hari. Sehingga setiap hari akan berganti orang dan terkadang menemukan pencuri yang mengambil beberapa barang saat membersihkan rumah.
Rheny yang bertugas mengurus rumah pun sudah frustasi. Ia terlalu tergantung terhadap Viola selama hidupnya. Bahkan sengaja tidak menerima asisten rumah tangga demi menyiksa sang menantu. Yang ia sukai hanyalah wanita berpenampilan mewah dan glamor dan boros seperti Issabell.
"Semakin lama aku mencari, mengapa tidak juga bertemu denganmu, Rosy? Tolong tunjukan padaku, di mana kamu berada, nak. Ayah selalu menyayangi dan mencintaimu. Kumohon kau kembali pada ayah. Jangan tinggalkan ayah sendiri setelah kehilangan mamamu."
Setelah meninggalkan sekolah, pria itu pun kembali ke jalanan. Tak peduli dengan rasa kantuk yang kian berat. Setelah berkendara menjauhi sekolah, ia memutuskan untuk pulang ke rumah.
Panggilan masuk begitu banyak di ponselnya. Namun tak ada satupun yang digubrisnya. Ia terlalu sedih dan fokus menyetir yang tidak tahu tujuannya.
'Aku tidak boleh seperti ini. Aku tidak boleh sakit saat bertemu dengan Rosy kembali. Aku harus bangkit. Rosy, semoga saja kamu cepat ditemukan.'
Dalam hati, Giovano terus berucap kata-kata penyemangat untuk dirinya sendiri. Mengenai usahanya untuk mencari sang putri, ia kesampingkan terlebih dahulu. Ia tiba di sebuah restoran yang menjual makanan mewah dan tempatnya menenangkan.
'Selama ini aku jarang memiliki waktu untuk Viola dan Rosy. Jika saja waktu bisa diputar kembali, aku akan baik pada kalian. Aku pasti tak akan mengecewakan kalian berdua. Ini salahku. Ini adalah salahku yang telah berdosa dan penuh penyesalan.'
"Permisi, Pak. Selamat datang di restoran kami. Ini adalah menu restoran kami. Kalau boleh tahu, mau makan, minum apa?" tanya seorang pelayan restoran. Seorang wanita muda dengan tampilan rapi.
"Aku mau yang ini dan ini." Giovano menunjuk menu makanan dan minuman dengan asal. Bahkan tidak melihat sama sekali, apa yang ia pesan. Ia hanya melirik letak makanan dan minuman dengan acak.
"Baiklah, beef burger dan minumnya orange juice. Mohon menunggu ya, Pak," pungkas sang pelayan dengan sopan. Lalu ia pun meninggalkan pria malang itu.
Giovano mengangguk dan membiarkan wanita muda itu pergi tanpa ia lihat siapa. Ia membuka ponselnya dan membaca beberapa pesan dan panggilan yang tidak terlalu penting. Yang paling banyak, panggilan dan pesan dari Issabell dan juga Rheny. Kedua wanita itu khawatir dengan kondisinya.
"Gio, pulang, Nak. Kamu jangan sedih terus menerus. Bella datang ke rumah sangat menghawatirkan kamu. Dia sudah menangis karena sudah dimarahi sama kamu."
Sebuah pesan suara yang terdengar dari Rheny, membuat Giovano kesal. Masih saja wanita tua itu peduli dengan wanita penghancur rumah tangga dan penyebab semua kekacauan selama ini. Meski tidak tahu, Giovano curiga dengan Issabell yang selama ini memusuhi Viola.
Dengan keadaan yang seperti saat ini, mustahil bagi Giovano untuk tenang. Masalah demi masalah kian datang tanpa jeda. Baru saja kehilangan sang istri yang selama ini dicampakan. Kini menyesal setelah kehilangan, setelah tiada.
"Seandainya kamu masih ada, Viola. Mungkin aku tidak akan kehilangan Rosy. Huhh! Sialan! Suami dan ayah macam apa aku ini? Aku hanya seorang pria tidak berguna!" jerit Giovano frustasi. Ia meremas rambut kepalanya dengan keras.
Penyesalan hanya ada penyesalan dalam hidup. Lika-liku kehidupan yang harus dijalani. Seiring berjalanya waktu, akan merubah setiap sendi kehidupan.
Orang-orang yang berada di dalam restoran mulai waspada. Ada yang ketakutan dan ada pula yang kesal dengan apa yang dilakukannya. Beberapa orang saling berbisik namun tak berani menegur. Bahkan pelayan yang datang sebelumnya merinding ketakutan.
"Permisi, Pak. Apa ada yang bisa dibantu? Mohon maaf sebelumya, bukannya mau mengganggu atau apa. Tapi tindakan anda telah membuat takut yang lainnya. Mohon anda tidak berteriak dengan keras di sini. Jika ada masalah, baiknya jangan di sini."
Seorang manajer restoran tidak tahan untuk menegur. Karena sebelumnya melihat karyawan wanita yang merasa takut. Hal itu juga membuat para tamu pun mengalami syok dan kaget. Bahkan ada anak-anak yang menangis karenanya.
"Yah, mohon maaf semuanya. Apa pesanan saya sudah datang? Saya pesan kopi hitam saja tanpa gula. Rasanya hari ini membuatku gila."
"Iya-iya ... baiklah kalau begitu. Mohon bapak untuk bersikap baik di sini." Sang manajer pun meninggalkan pria itu dari sana. Ia melihat pelanggan yang mulai tenang dan waspada.
Untung saja Giovano tidak sampai bertindak anarkis akibat frustasi. Namun ia sudah merasa tidak nyaman berada di restoran itu. Namun saat ia kembali ke rumah, ia berpikir juga hanya akan melihat kekecewaan.
Kalau di rumah, sudah pasti hanya akan bertengkar dengan ibu dan wanita yang selalu menempel itu. Wanita yang terus menerus mengejar dirinya yang tak ada perasaan apapun. Namun sang ibu selalu menjodohkan mereka.
Giovano kembali melihat pesan. Kali ini ia membaca pesan dari Issabell yang berisi permintaan maaf. Bukan hanya itu saja, ia juga berbicara buruk tentang Rheny yang sempat mengusirnya dari rumah.
Rheny sendiri juga sangat kesal dan marah terhadap Issabell. Namun yang namanya wanita sudah berumur, jika ada yang bisa membuatnya tenang, Issabell telah mengubah pikirannya.
"Aku sudah ada di rumahmu. Awalnya ibu sangat membenciku. Tapi setelah aku bicara banyak dan dengan ketulusanku, akhirnya dia mau menerimaku. Pokoknya kamu harus pulang ke rumah. Aku sudah bilang kalau aku sedang hamil anak kamu. Jadi ibu tidak akan sedih kalau kehilangan cucu dari wanita bodoh, kampungan itu."
Membaca pesan dari Issabell, justru membuat Giovano tersulut emosi. Tetap saja, meski orangnya sudah tak ada, tetap Viola akan menjadi wanita yang selalu dihina.
"Viola, Viola. Bahkan kamu akan selalu tersenyum saat dihina. Kamu tidak akan membalasnya, bukan? Kamu tetap menjadi wanita paling cantik di dunia ini."
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
Meriati Sibarani
lanjut
2023-04-24
1