Wajah Dan Identitas Baru

"Apakah kau menyesal?" Pria itu melontarkan pertanyaan pada wanita terbungkus kain putih di bagian kepalanya. "Ah, kurasa tidak ada penyesalan. Jika menyesal pun sudah terlambat."

"Tidak! Bagaimana aku menyesal dengan semua ini? Bukankah kau membutuhkanku dan aku juga perlu identitas lain."

Viola tersenyum getir di balik kain putih yang menyelimuti wajahnya. Ia telah menjalani operasi wajahnya supaya terlihat seperti Violete, adik dari Ricko. Sejak saat itu, ia sudah semakin berpikir lebih dewasa. Ia harus menjalani peran sebagai seorang gadis muda. Tentu saja seorang gadis muda penuh semangat.

Sementara Ricko juga sudah tidak sabar menunggu lagi. Ia berharap dokter yang dipercaya melakukan operasi, seperti yang dikatakan. Tentu setidaknya harus memiliki keakuratan tinggi. Harus semirip mungkin dengan adiknya, Violete.

"Violete. Aku tahu kau tidak akan pernah menyesal. Kau tenang saja, setelah semua ini berhasil, aku akan memberikanmu setengah harta yang ku dapatkan." Meski ia mengatakan dengan jelas, hatinya belum cukup yakin operasi berhasil. Setidaknya ia harus menunggu beberapa saat lagi.

"Aku tidak membutuhkan harta itu, Ricko. Tapi terima kasih karena telah memberiku identitas baru. Hanya saja aku perlu pekerjaan tapi yang bisa dekat dengan anakku. Hemm, sepertinya sebentar lagi anakku akan memasuki masa sekolah. Bagaimana jika kau bantu aku menjadi guru di tempat anakku berada?"

"Kalau masalah itu, mudah melakukannya. Hanya perlu alamat sekolah di mana anakmu sekolah. Asalkan kamu jangan ungkap identitasmu. Termasuk kepada anakmu sendiri."

Pria itu tersenyum getir, menunggu datangnya dokter yang melakukan operasi plastik pada calon adiknya. Tak lama kemudian, ia melihat seorang wanita membuka pintu. Seorang wanita cantik, tinggi, berpakaian serba putih. Melihat Ricko, wanita itu menampakan senyumnya.

"Hi, sorry for just arriving. There's an urgent business just now." Kedatangannya diikuti dua wanita yang akan membantunya. "Are you ready, Miss?" Dilihatnya Viona yang menjadi pasiennya.

"Of course, please Doc!" balas Viola lirih. Ia melirik ke arah Ricko untuk memastikan. Setelah mendapat anggukan kepala, segera saja sudah siap untuk melihat wajahnya.

Dokter wanita itu pun melepas perban yang menutupi seluruh kepala Viola. Dibantu beberapa perawat di sisi kanan dan sisi kirinya. Ricko sudah tidak sabar menunggu hasil operasi wajah calon adiknya.

"Ah, I think you are already beautiful. Are you satisfied with this face? Nurse, bring the mirror to the patient!" perintah sang dokter. Ia melihat wajah baru wanita yang menjadi pasiennya disertai senyuman.

Begitu Viola melihat wajahnya di cermin, ia menyentuh wajahnya sendiri. Seakan tidak percaya dirinya telah berubah menjadi orang lain. Kini ia bukan lagi wanita rumah tangga atau wanita dengan banyak luka di wajahnya. Ia kembali menjadi seorang gadis berusia dua puluh lima tahun.

Ricko yang penasaran pun mendekat dan alangkah terkejutnya, melihat sosok wanita dua puluh delapan tahun itu menjadi seperti gadis dua puluh lima tahun. Ia benar-benar takjub dengan kemampuan dokter wanita yang mengoperasi wajah Viola dengan sempurna.

"Viola? Eh, maksudku Violete. Kamu sudah kembali, adikku yang paling ku sayang." Karena ia sangat merindukan adiknya yang sudah meninggal, membuatnya memeluk erat Viola yang berubah menjadi Violete.

Karena kaget, membuat cermin yang dipegang Viola terjatuh. Sementara dokter wanita dan kedua perawat menunggu mereka selesai berpelukan. Setelah beberapa saat, dokter itu berdeham untuk menghentikan aktifitas mereka. Karena ia masih ada keperluan lain yang harus dilakukan.

"Excuse me, please give me a moment, Sir. I need to examine miss Violete's face," ungkap sang dokter meminta izin. Setelah diberi ruang, ia segera memeriksa keadaan wajah Viola yang sudah menjadi Violete.

Ekspresi dokter wanita itu hanya manggut-manggut dan merasa puas. Hari ini ia sudah melakukan pekerjaannya dengan baik. Karena dilihat dari ekspresi Ricko yang terlihat senang, membuatnya juga puas.

Setelah memeriksa keadaan Violete, dokter meninggalkan ruangan. Di luar ruangan terlihat seorang pria yang tengah menunggu bosnya. Anak buah Ricko atau asisten pribadinya ditugaskan membeli beberapa makanan. Setelah kembali, ia memutuskan menunggu di luar karena tidak ingin mengganggu tugas dokter bedah kecantikan melakukan pekerjaannya.

"Bagaimana keadaan adik dari bos saya, Dok? Apakah wajahnya sudah kembali cantik?" tanya Zen, asisten pribadi Ricko. Ia melihat dokter yang tampak kebingungan. Baru ia menyadari jika ia menggunakan bahasa yang tidak mungkin dimengerti dokter wanita itu.

"Sorry, I don't know what you're saying. You'd better wait here a moment." Dokter wanita itu meninggalkan Zen. Walau tidak mengerti bahasa yang digunakan, ia tahu maksud dari ucapan Zen. Intinya ia tahu, pria itu mengkhawatirkan pasiennya.

"I'm sorry, Doc. In that case, I'll wait here until the boss calls me in. Thank you, beautiful doctor." Zen menundukan kepala, memperlihatkan giginya yang rapi. Menahan rasa malu karena sudah pasti ia terlihat bodohnya dan tidak membaca situasi, di mana ia berada sekarang.

Seorang yang paling bahagia saat ini adalah Ricko. Ia sudah hampir putus asa setelah kehilangan adiknya. Karena semua warisan orang tuanya akan terancam menjadi milik orang lain jika ia tidak bersama adik perempuannya. Itu sudah tertulis di surat wasiat dari mendiang ayahnya. Bahwa semua harta warisan keluarga Mukhtar dilimpahkan kepada anak perempuan satu-satunya dalam keluarga. Namun jika Violete mau membaginya, maka harta itu bisa dibagi dua atau tiga, tergantung keputusan Violete.

"Kak, sekarang wajahku sudah terlihat cantik, bukan? Hari ini aku sangat senang karena terasa terlahir kembali. Kapankah kita akan pulang, Kak?" tanya Viola yang sekarang bernama Violete.

"Kita tidak bisa terburu-buru, Violete. Kita akan menikmati liburan di negeri ini dulu. Anggap saja ini sebagai perayaan untuk kemenangan kita." Ricko tersenyum senang karena hari yang membahagiakan baginya akan segera terlaksana. Keinginan untuk mendapatkan kembali haknya.

Melihat senyuman dari kakaknya yang sekarang, membuat wanita itu melotot dengan rasa penasaran tinggi. Ini tidak seperti sifatnya sebelumnya yang pendiam dan pekerjaan keras. Kali ini ia harus bersikap lebih manja dan kembali ke masa mudanya seperti seorang gadis. Walaupun dari rahimnya pernah mengandung seorang anak perempuan yang sangat cantik.

"Hei, Kak. Jangan bilang kamu malah tertarik padaku? Apakah kamu ingat, kita ini saudara kandung, bukan? Jadi kamu tidak bisa memperlakukan aku sebagai wanitamu, hemm?" gumam Violete seraya melontarkan senyumannya yang manis.

Ricko sendiri sebenarnya memang tidak tertarik pada wajah adik kandungnya. Namun yang di depan matanya bukanlah adik yang sesungguhnya. Meski ia merasa seperti melihat Violete hidup kembali walaupun hanya dengan wajah yang serupa. Namun tubuhnya tidak sama, hanya tinggi badan yang tidak begitu terlihat.

"Apa? Aku? Tertarik padamu? Hehehehe, bagaimana mungkin aku memilki perasaan padamu? Aneh saja kamu," elak Ricko. Ia tidak ingin mengaku secara langsung walau ia sudah merasa salah. Ia sudah membohongi semua orang, termasuk dirinya sendiri.

***

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!