Kebersamaan

"Karena sudah ada di sini, mengapa tidak sekalian bermain? Ayo Rosy, kita main perosotan yang di situ," ajak Violete. Ia menggandeng Rosyana dan membawanya masuk ke taman.

Di sebuah taman bermain, Violete sengaja membawa gadis mungil itu. Karena ingin menghabiskan waktu dengannya juga, saat ada kesempatan. Kesempatan kali ini tidak bisa ditolak karena tidak mudah memiliki kesempatan seperti sekarang.

"Oh, Bu Guru juga senang main perosotan? Aku juga suka main di sini, Bu Guru. Aku pernah sama mama main di luar tapi nenek selalu memarahi mama." Rosyana mengenang mamanya yang sudah dianggap meninggal.

Tanpa terasa titik bulir air mata menetes di kelopak mata Violete. Ia tidak bisa mengatakan kebenarannya meski kepada putri kandungnya sendiri. Jika ingin, ia ingin mengatakan kebenarannya yang ditutupi. Selama masih menjadi sosok Violete, tidak ada yang boleh tahu identitas sebenarnya.

"Kalau kamu suka, kita main sama-sama, yah. Ayo kita ke sana," ajak Violete kembali. Namun dengan suara serak menahan tangis.

Rosyana pun menyadari ada yang aneh dengan wanita di sampingnya. Ia merasa ada sesuatu yang salah dengannya. Namun anak lima tahun itu hanya bisa merasakan tanpa tahu harus berbuat apa.

"Bu guru kenapa?" tanya Rosyana. Melihat Violete gundah gulana. Ia menggenggam tangan wanita dewasa itu dengan erat. Ia merasakan kehangatan telapak tangannya sama dengan mamanya. Tanpa sadar ia pun bergumam, "Mama."

Tanpa sadar, Violete sudah memeluk gadis kecil yang menangis itu. Ia juga tidak kuasa menahan perasaan yang membuatnya harus berpisah dengan putri kecilnya. Hingga saat ini masih belum ada yang mengetahui identitas aslinya. Mungkin suatu saat nanti, akan ada yang membongkarnya.

Keduanya larut dalam suasana hangat. Genggaman tangan menyatu dan terlihat sangat jelas kedekatan keduanya. Orang-orang mengira mereka adalah pasangan ibu muda dan anaknya. Dengan wajah Violete yang masih terlihat muda.

"Kamu naik perosotan, ibu yang menunggu di sini. Kamu bisa naik sendiri, kan?" Violete tersenyum senang melihat gadis itu bersemangat.

Semangat mereka bermain di taman kota, membuat orang-orang melihat dengan senang juga. Mereka bermain perosotan, melihat bunga-bunga yang cantik dan beberapa permainan rumah-rumahan yang berukuran besar. Bermain petak umpet hingga hari menjelang sore.

Untuk makan sendiri, Violete sudah membeli makanan di kedai. Karena taman itu juga menyediakan makanan untuk orang-orang yang berkunjung. Setelah hari menjelang sore, akhirnya mereka keluar dari taman.

"Sekarang sudah sore, rumahmu ada di mana? Biar ibu yang antarkan kamu ke rumahmu?" Violete menawarkan diri untuk mengantar gadis itu ke rumahnya. Padahal ia sudah tahu di mana letak rumah yang dimaksud.

Meski hanya kepada anak kecil, harus betul-betul sempurna. Tidak bisa membiarkan gadis mungil itu tahu yang sebenarnya. Jika sampai terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, akan membuatnya mudah diketahui.

"Apakah ibu tidak tahu rumahku? Aku juga tidak tahu di mana rumahku," jawab Rosyana dengan bingung.

Rosyana hanyalah seorang anak lima tahun yang tidak tahu alamat rumahnya. Apalagi sudah merasa bosan berada di rumah yang sudah tidak ada orang yang diinginkan. Sosok mama yang menjadi tempatnya pulang kini sudah tidak ada lagi.

"Aduh, bagaimana mengatakannya, yah? Ibu juga tidak tahu di mana rumahmu. Alamat rumahmu pun tidak tahu?" tanya Violete. Hanya ditanggapi gelengan kepala oleh Rosyana.

Entah kesempatan atau apa, yang jelas itu memberikan senyuman kemenangan bagi Violete. Ia mengajak Rosyana pulang dengan naik taksi. Mereka menunggu taksi agar bisa cepat ke rumah.

Tidak butuh waktu lama, taksi datang dan mereka masuk ke dalamnya. Dengan teratur, rencana membawa seorang gadis, ia anggap sebagai pelajaran untuk Giovano.

"Karena tidak tahu alamat rumahmu, bagaimana kalau malam ini menginap di tempat ibu guru? Besok kan bisa berangkat ke sekolah sama-sama. Kalau ke sekolah sekarang, rasanya tidak mungkin karena sudah sore."

Rosyana mengangguk setuju. Harusnya ia pulang bersama dengan Violete. Namun saat ini ia tidak bisa pulang. Bukannya sedih karena tidak bisa pulang ke rumah, gadis mungil itu malah sangat senang.

Senyum mengembang di bibir mungilnya mendengar apa yang dikatakan oleh Violete. Setelah sekitar lima belas menit kemudian, taksi pun sampai di apartemen. Mobil masuk ke dalam atas akses Violete sebagai pemilik.

"Selamat sore, Nona Violete." Penjaga gerbang langsung melihat Violete yang datang dengan seorang anak kecil. Wajah gadis itu terlihat senang berada di pelukan wanita itu. Membuat pria itu bingung.

"Selamat sore juga. Terima kasih ya, Pak." Violete tersenyum dan membiarkan sopir taksi membawa mobilnya ke dalam.

Violete mengajak Rosyana keluar dari dalam mobil menuju ke lantai atas. Ekspresi bingung Rosyana karena baru pertama kali akan tinggal di apartemen. Tidak seperti rumah besarnya, ia tidak menyangka ada rumah yang lebih besar dari rumahnya.

"Ini rumahnya ibu? Kok besar banget? Apa nggak capek menyapu rumah sebesar ini?" tanya Rosyana polos.

"Tidak, Sayang. Sebenarnya rumah ini ada banyak yang tinggal. Dan mereka punya rumah kecil. Rumah ibu juga kecil, tidak sebesar rumahmu. Ayo kita masuk ke rumah ibu yang kecil."

"Ooh, jadi kayak di hotel, dong? Aku pernah pergi ke pantai sama mama dan ayahku. Apa di sini ada pantainya?"

"Tidak, sayang. Tapi ada kolam renangnya. Besok-besok ibu ajak berenang, yah. Nanti bisa lihat-lihat kolam renang dari atas. Kamu tidak takut ketinggian, kan?"

"Ooh, kita bisa lihat kolam renang? Seperti di hotel, dong? Asiikk," ujar Rosyana girang.

Violete menekan tombol lift dan masuk setelah pintu terbuka. Rosyana sudah beberapa kali naik lift dan sudah terbiasa. Hanya memeluk Violete yang berdiri dengan tegak. Ada orang yang juga masuk bersama dalam lift.

Pintu lift kembali terbuka, menandakan sudah sampai ke lantai tujuan. Violete mengajak Rosyana keluar dengan menggandeng tangannya. Setelah itu mereka berjalan menuju ke kamar yang ditempati Violete.

"Kamu tidur di sini sama ibu, yah. Jangan nangis karena tidak ada ayah kamu. Kalau kamu minta apa-apa, nanti ibu guru yang akan mencarikannya atau mau makan apa, nanti ibu guru masakin."

"Beneran? Asiik, akhirnya bisa makan masakan ibu guru. Aku boleh makan spaghetti? Apa ibu guru bisa membuatnya?"

"Oh, tentu bisa, Sayang. Kalau begitu, kamu masuk dulu, yah. Kamu mau sekamar dengan ibu guru atau mau tidur sendirian? Biar nanti ku bersihkan kamar yang satunya?"

"Enggak, sama ibu guru saja. Ah, rasanya capek. Aku boleh istirahat?" Rosyana juga sudah berkeringat setelah bermain. Masih dengan pakaian yang sama saat masih di sekolah.

"Kamu mandi dulu, deh. Biar ibu guru bisa cuci pakaianmu dan segera dikeringkan. Biar besok dipakai lagi. Kayaknya ibu guru punya pakaian baru untuk kamu."

Pakaian Rosyana selalu disiapkan oleh Violete. Apalagi ia sudah sejak lama berencana mengajak gadis itu tinggal bersamanya. Meski hanya satu malam, itu sudah membuatnya bahagia.

***

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!