Siasat Violete

Semalaman mencari keberadaan seorang gadis, tak ada hasil. Sudah beberapa orang suruhan yang diturunkan hanya demi mencari seorang gadis berusia lima tahun itu.

Sebuah pukulan keras menerpa diri Giovano Hengkesa. Pikiran berkecamuk tidak tahu harus berbuat apa lagi. Sejak kemarin tak dapat memejamkan mata meski rasa kantuk terus menderai. Kepalan tangan meninju stir mobil.

"Ke mana kamu perginya, Rosy. Ayah harus mencarimu ke mana lagi? Haah! Tuhan! Di mana anakku berada? Mengapa Engkau begitu kejam padaku? Aku sudah kehilangan istriku yang paling aku cinta! Sekarang, putriku satu-satunya Kau apakan lagi? Ahhh!"

Kembali, Giovano membanting stir tidak guna. Ia berkali-kali membuat gerakan mobilnya menjadi tak terkendali. Beberapa kali juga membahayakan orang lain. Hingga beberapa pengendara mengumpatinya dengan keras. Bahkan tidak sedikit dari mereka yang melempari sesuatu ke arah mobilnya.

"Woi! Gila kau yah! Kalau tak bisa nyetir, turun, Go-blokk!" umpat keras seorang yang mengemudi mobil di belakangnya.

Beberapa kali juga orang-orang menyembunyikan klakson akibat cara pengendaraan mobil pria putus asa tersebut. Namun tak ada yang dapat menghentikan pria itu. Beberapa kali juga motor dan mobil yang dekat-dekat menjadi korbannya.

Udara pagi yang mendung, membuat orang-orang bersiap akan turunnya hujan. Apalagi beberapa pengendara sepeda motor yang sudah siap dengan mantel hujannya. Ada pula yang tergesa-gesa menaiki kendaraan umum demi berangkat kerja. Ada pula anak-anak yang menantikan bus jemputan untuk berangkat ke sekolah.

"Kenapa juga aku harus mempercayakan Rosy kepada Bella? Jelas-jelas dia tidak bisa dipercaya! Sungguh aku terlalu bodoh. Rosy, kamu di mana, Nak?"

Karena efek mengantuk dan lelah, membuat mobil tak terkendali dan menyerempet sepeda motor. Sehingga membuat Giovano sadar dan mengerem mobilnya.

Tentu saja umpatan demi umpatan kotor terngiang di telinga sang CEO tampan berusia tiga puluh empat tahun itu. Dengan menahan emosi karena kehilangan sang putri tercinta, ia harus mendapatkan perlakukan dari beberapa warga. Para pengendara yang turun beberapa ada yang tak bisa menahan emosinya. Sehingga pukulan telak diarahkan ke perut dan pelipisnya.

"Ini untuk orang sombong yang menyetir ugal-ugalan! Dasar orang tak tahu malu." Seorang pria pengendara motor yang kesal, senantiasa menggertan gigi seraya meninju Giovano.

Meskipun tidak ada korban jiwa, beberapa orang yang kesal pun naik pitam. Hampir-hampir saja ayah satu anak itu dihakimi warga karena kecerobohannya. Meskipun dia memiliki masalah pribadi, tidak seharusnya ia turut menyeret orang lain yang tidak bersalah. Juga tidak tahu apa-apa tentang hilangnya seorang anak. Meskipun mereka tahu pun, mereka juga tidak akan peduli.

Yang dilakukan oleh Giovano hanyalah pasrah dan jika ada yang memukulinya. Ia tidak akan melawan meskipun ia bisa melakukan itu. Ia sadar diri setelah berbuat kesalahan.

'Oh, apakah Rosy sudah berada di sekolah? Iya, seharusnya dia sekarang sekolah, kan? Ini waktunya sudah jam sekolah dimulai,' pikir Giovano.

Tanpa berucap satu katapun, ia kembali ke dalam mobil mengambil dompet. Setelah itu, ia mengambil sejumlah uang dan kembali untuk memberikannya pada korban. Ia mengambil tangan korban dan memberikan uang begitu saja.

"Hey, apa maksudnya ini? Kalau ingin bertanggung jawab, seharusnya minta maaf. Bukannya diam kayak patung! Aku terima uang ini sebagai permintaan maaf dan biaya berobat." Korban yang merupakan seorang pria berusia dua puluhan tahun pun merasa sedikit lega. Namun merasa kesal dengan sikap orang kaya yang telah melakukan kesalahan tapi enggan meminta maaf.

***

"Aduh, kenapa sampai telat bangun? Rosy, ayo bangun, sayang. Saatnya mandi dan berangkat sekolah!" Violete yang bangun kesiangan, membangunkan gadis mungil di depannya.

Semalam mereka mengobrol sampai larut malam. Sampai akhirnya Violete harus mengurus pekerjaan rumah seperti mencuci pakaian Rosyana sampai menyiapkan untuk keesokan harinya.

Dengan pelan, Violete menepuk-nepuk punggung gadis mungil itu. Ia gemas melihat pipi tembam yang semalam banyak menghabiskan makanan. Hari ini ia juga tidak sempat masak. Sehingga ia harus bergegas, jangan sampai terlambat.

"Ohh, mama ... nanti, Ma. Rosy masih ngantuk," jawab Rosy yang masih menggeliatkan tubuhnya. Ia membuka matanya dan tersenyum pada gurunya itu.

"Maafkan bu guru, Sayang. Ini karena bu guru bangunnya kesiangan. Kita mandi bareng, yuk. Biar cepat ke sekolahnya," ajak Violete.

Rosyana mengangguk dan segera saja mereka menuju ke kamar mandi. Mereka menuntaskan mandi dengan cepat dan mengganti pakaian bersama. Setelah itu, Violete bergegas ke dapur untuk menyiapkan makanan.

Karena waktu yang mendesak, Violete memasak omelette telur dan menyajikan susu di meja. Sekedar untuk mengisi perut, mereka menikmatinya dengan cepat. Kebahagiaan Rosyana semakin mengembang saat bersama wanita yang sangat baik baginya.

"Bu guru, ngikat rambutnya sama kayak mama. Apa Bu guru kenal sama mama Rosy?" tanya Rosy polos. Saat setelah sarapan, ia diajak oleh Violete. Penampilannya sudah rapi dan rambut disisir dan memakai ikatan rambut yang hanya Viola yang tahu.

"Mama? Emm, mungkin bu guru sebentar lagi mau jadi mama, hehehe. Kalau begitu, apa boleh, ibu guru jadi mama kamu? Tapi jangan sampai orang tahu. Bagaimana?"

Mendengar apa yang dikatakan Violete, membuat Rosyana senang. Gadis itu pun berteriak kegirangan, "Hore, aku punya mama! Mama, mama!" Tanpa terasa ia sudah berada di gendongan wanita yang dipanggilnya mama itu.

"Ssst! Ini rahasia kita berdua, yah. Kamu nggak mau, kan? Kalau anak lain memanggil bu guru mama? Panggilan mama bu guru hanya untuk Rosy saja, oke?"

"Baiklah! Rosy nggak mau teman-teman memanggilmu mama. Mama hanya untuk Rosy seorang. Rosy janji, kalau sama teman-teman, panggilnya bu guru saja. Biar engak direbut."

Sepanjang perjalanan, dari pintu keluar apartemen sampai di depan gerbang, Violete menggendong Rosyana. Kebetulan hari ini ada Rosyana. Sehingga tidak lagi naik bus kota. Sehingga mereka naik mobil yang telah diberikan oleh Ricko.

"Kok mama punya mobil? Berarti mama orang kaya, toh? Kata ayah, guru TK jarang ada yang punya mobil." Begitu kalimat yang dilontarkan oleh bibir mungil gadis kecil itu.

"Oh, ini mobil teman mama. Kebetulan dia nitip ke mama. Karena takut telat, mama ajak bawa mobil saja, yah? Jalan ke jalan raya kan jauh."

"Baik, Ma." Rosyana setuju saja dengan apa yang dikatakan Violete padanya. Hari ini ia berada di satu kendaraan dengan orang yang seperti mamanya, membuatnya semakin merasa bahagia.

Mobil melenggang keluar dari apartemen. Melewati jalan raya dengan arus lalu lintas padat. Untungnya mereka sempat melewatinya dan hampir saja telat. Sesampai di sekolah, Violete tidak sengaja melihat Giovano. Sehingga ia tidak berani keluar terlebih dahulu.

"Rosy, bisa ambilkan tisu di bawah, nggak?" pinta Violete. Ia sengaja menyembunyikan Rosy agar tidak terlihat oleh pria yang berada di depan gerbang. Sehingga ia bebas masuk tanpa pria itu tahu, anaknya telah dibawa ke apartemen.

***

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!