Kesepakatan

"Saya Gerald. Panggil saja dokter Gerald. Anda sudah dua minggu tidak sadarkan diri."

Ricko mendengar suara dokter yang ada di dalam ruang rawat inap. Saat ia membuka pintu, melihat pasien yang sudah sadarkan diri. Tengah berbicara dengan dokter yang sedang memeriksanya.

Mendengar suara pintu dibuka, Viola dan Gerald melihat ke arah Ricko. Keduanya melihat seorang pria muda yang berpakaian rapi dan berwibawa. Hanya sekali lihat, sudah jelas itu seorang yang besar. Gerald sudah tahu siapa yang datang, berbeda dengan Viola yang saat itu tidak tahu siapa yang membawanya ke rumah sakit.

"Oh, Pak Ricko? Nona, ini adalah orang yang mengantarmu ke rumah sakit ini. Namanya pak Ricko. Ah, kurasa tidak perlu dikenalkan lagi. Kalau begitu, kalian bicaralah. Saya akan mengunjungi pasien lain." Gerald pamit dan meninggalkan ruangan setelah kedatangan penyelamat pasiennya.

Pandangan Viola tertuju ke arah pria muda dan tampan yang berjalan ke arahnya. Tatapan teduh dan terlihat kesedihan yang dapat dirasakan oleh wanita itu. Keduanya saling melihat satu sama lain dan kesan mereka bertemu, mereka merasa canggung.

"Anu ... apakah anda yang telah menyelamatkanku? Terima kasih sebelumnya. Aku akan mengganti semua biaya rumah sakit. Hanya saja tidak bisa sekarang." Viola mengatakan itu seraya mencoba bangkit dari tempat tidurnya.

"Hati-hati, Nona. Jangan duduk dulu, oke? Biarkan kamu berbaring dan kita bisa bicarakan semuanya. Hemm, saya ingin menawarkan kerjasama denganmu. Dan kamu tidak perlu mengganti biaya rumah sakit ini, bagaimana?" tawar Ricko.

Tanpa tahu maksud dan tujuannya, bagaimana mungkin Viola langsung setuju? Namun pria di hadapannya adalah penyelamatnya. Dirinya juga tidak mungkin bisa mengembalikan dengan mudah uang yang digunakan untuk biaya pengobatannya.

Tidak mungkin juga ia meminta bantuan suaminya yang mengkhianatinya dan melakukan hal tidak senonoh dengan wanita lain. Setidaknya sebagai seorang wanita, ia masih memiliki harga diri untuk tidak memikirkan orang yang bahkan tidak mempedulikan dirinya. Bahkan tidak ada disaat dirinya sadar dari koma.

"Aku akan menyetujui apapun asal tidak melanggar hukum dan tidak untuk melakukan hal-hal tidak senonoh," ujar Viola datar.

"Kurasa kamu akan menyukai sandiwara yang sudah kuatur untukmu. Ku yakin kau juga akan menyukainya sesaat lagi. Lagi pula Nona sudah tidak bisa kembali ke kehidupan lamamu, kan? Lebih baik kamu memulai kehidupan baru denganku, bagaimana?"

"Hemm? Maksudmu? Apakah kamu berniat untuk menjadikanku sebagai istrimu, Tuan? Asal anda tahu, saya sudah menikah dan punya anak. Apakah mungkin wanita sepertiku masih pantas mendapatkan semua itu?"

Sepertinya Viola telah masuk ke dalam cerita novel yang sering dibacanya. Seorang wanita biasa akan menikah kontrak dengan pria asing yang baru ditemuinya. Ia juga tahu jalan ceritanya, ia akan disiksa dan pada akhirnya jatuh cinta pada karakter pria dalam novel.

Bagaimana mungkin kehidupannya akan seperti itu? Seketika ia menolak semuanya yang di dalam pikirannya. Setidaknya statusnya saat ini adalah seorang istri dan seorang ibu dari anaknya yang masih balita.

"Hahaha! Pemikiran macam apa itu? Mungkin ini hanya ada dalam drama atau novel yang selama ini kau baca, Nona. Kau tenang saja, saya tidak mungkin menikahi wanita bersuami. Hanya saja, aku perlu membuatmu mau melakukan operasi plastik untuk mengubah wajahmu. Apakah kamu bersedia?"

"Operasi pelastik?" Mendengar kata operasi plastik, membuat Viola melotot tidak percaya. Apakah wajahnya sejelek itu? Ia merasa wajahnya tidak terlalu buruk dan tidak ada alasan untuk melakukan itu.

"Kenapa kaget? Apakah nona mau wajahmu terlihat buruk nantinya? Ketahuilah, wajahmu sekarang sudah rusak dan tidak mungkin bisa diperbaiki seperti semula. Lagipula saya tidak tahu wajahmu yang sebenarnya seperti apa."

Viola kembali tercengang mendengar ucapan pria tidak dikenal itu. Bagaimana mungkin wajahnya rusak? Namun saat meraba kain perban yang ada di wajahnya, ia tahu kalau wajahnya tidak baik-baik saja. Jika mengalami luka, setidaknya tidak sampai dibungkus perban seluruh kepalanya. Bagaimana mungkin suami dan anaknya akan mengenalinya nanti? Saat pulang ke rumah untuk memenuhi tugas sebagai seorang istri dan seorang ibu.

Kenyataannya tidak seperti yang ia harapkan. Ia menyadari ketidakmampuannya dalam mengurus rumah tangganya. Ia telah menjadi korban kejahatan orang lain. Juga mengingat bagaimana dirinya tidak bisa mengerem mobilnya saat itu. Sehingga ia menabrak truk dan tidak tahu apa yang terjadi selanjutnya.

"Saya akan memberikanmu waktu untuk berpikir. Walau tidak tahu apa yang membuatmu mengalami kecelakaan, tapi yang jelas ini bukan kecelakaan biasa. Karena di mobilmu juga tidak ditemukan plat nomor kendaraan. Juga tidak menemukan identitas apapun di dalam tasmu."

Benar apa yang dikatakan Ricko. Viola baru saja mengalami kecelakaan yang sudah direncanakan sebelumnya. Tentu saja ia tahu siapa saja yang punya niat menghilangkan nyawanya. Di antaranya ada beberapa orang yang sangat membencinya. Bahkan dengan terang-terangan ingin membunuhnya.

Walaupun Viola seorang wanita lemah lembut dan tidak ingin memiliki musuh, nyatanya pernikahannya dengan sang suami tidak berjalan dengan lancar. Ia sudah mengalami penyiksaan dan sudah puluhan kali hampir kehilangan nyawanya. Nyatanya ia masih hidup hingga saat ini. Walaupun sekarang wajahnya tidak dikenali lagi.

"Apakah aku masih boleh menemui anakku, kelak?" Satu-satunya yang ia khawatirkan adalah putrinya. Ia sangat menyayangi anak yang ia kandung dan lahirkan dengan mempertaruhkan nyawanya.

"Kau bisa menemui anak bahkan suamimu. Tapi tidak bisa membocorkan identitas aslimu. Kamu sekarang telah berganti identitas sebagai adikku. Yah, kamu sekarang bernama Violete Renata."

"Oh, baiklah ... kalau begitu, saya menyetujui kesepakatan ini." Viola mengulurkan tangan dan mengatakan, "Namaku Viola Maurent. Dan nama ini sudah mati dan sekarang namaku adalah Violete Renata."

"Yah, namamu adalah Violete Renata. Selamat datang ke dunia kembali, adikku Violete. Selamat datang di keluarga besar kami. Dengan ini, kita akan menjadi keluarga yang saling bergantung sama lain."

"Hehehe, sekarang bagaimana saya memanggilmu? Kakak atau Abang?" tanya Viola dengan senyum di balik kain perban yang menutupinya.

"Di antara kita, panggilannya aku dan kamu. Kalau bisa, kamu memanggilku nama saja. Karena adikku selalu memanggilku dengan namaku, Ricko Mukhtar. Kamu cukup memanggilku Ricko Saja."

"Ricko? Baiklah ... sekarang aku memanggilmu Ricko. Terima kasih untuk semuanya. Dan kapankah kita akan melakukan operasi plastiknya?"

Ricko memutar bola matanya, menatap ke arah adik barunya itu. Ia merasa sifatnya kini seperti adiknya yang dahulu. Memiliki seorang adik merupakan sesuatu yang ia inginkan sejak dahulu. Namun kehadirannya hanya sesaat saja.

"Ah, kamu sudah dewasa, sudah dua puluh lima tahun. Tapi kenapa sifatmu seperti anak-anak saja, hahaha!"

"Dua puluh lima tahun? Hey, aku sudah dua puluh delapan tahun. Mengapa baru dua puluh lima, sih?" ketus Viola. Namun sifatnya berubah drastis karena merasa sudah memiliki seorang kakak yang sejak dahulu ia inginkan. Namun ia hanya anak tunggal yang kemudian kehilangan seluruh anggota keluarganya.

"Kalau begitu, seharusnya aku yang memanggilmu kakak. Hahaha, kenapa umur kita kebalik begini? Aku baru berusia dua puluh enam. Tapi punya adik yang berusia dua puluh delapan tahun."

***

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!