Mengatasi Pria

"Huahh ... selamat pagi dunia dan selamat pagi duniaku. Ha ha ha ... aku sudah siap menyambut anak-anak baruku yang lucu." Violete menenteng tas kecil. Ia sudah berdandan dengan rapi dan cantik. Hari ini adalah hari di mana ia mulai bekerja.

Hari yang ditunggu-tunggu sejak dahulu, menjadi seorang guru TK. Mulai dengan membiasakan bangun pagi, yang memang ia selalu lakukan dari dulu. Ia segera memasak untuk dirinya sendiri. Meski ia merasa kurang karena masih harus membiasakan diri.

Mulai hari ini, Violete akan mengajar di Taman Kanak Kanak. Sebuah tempat belajar pendidikan yang ditunjukan kepada anak yang sama sekali belum diajarkan untuk membaca dan menulis. Tentu saja mengajar anak-anak yang berusia lima tahun, akan lebih berat daripada mengajar anak-anak sekolah dasar atau sekolah menengah.

Untuk sampai ke tempat mengajar, Violete menggunakan kendaraan umum. Meski ia diberi mobil oleh Ricko, ia biarkan saja mobilnya terparkir di garasi apartemen. Ia tidak menduga, pria itu malah memberikan sesuatu secara berlebih. Hingga membuatnya pusing karena memiliki kakak sepertinya.

"Bisnis lama banget, sih?" dengus Violete. Saat ini ia sedang menunggu bus lewat. Sudah berdandan rapi dan memakai riasan seperlunya.

"Maaf, Nona ... sedang menunggu bus? Apakah tidak ada yang mengantar? Bukankah kau keluar dari apartemen itu?" Seorang pria menghampiri Violete dan menunjuk ke sebuah apartemen tempat tinggal Violete.

"Maaf, siapa yah?" Violete tidak kenal dan tidak ada masalah dengan pria di sampingnya namun baru pertama bertemu langsung mengatakan hal yang tidak seharusnya.

"Ooh, aku lupa memperkenalkan diriku. Namaku Kennan. Panggil aku Ken. Dan nona sendiri siapa namanya?" tanya Ken yang melihat wanita secantik itu duduk sendirian menunggu bus.

"Namaku Violete," sahut Violete cuek. Ia sebenarnya merasa tidak nyaman dengan orang yang tiba-tiba menghampirinya dan membuatnya curiga.

Siapa orangnya yang tidak curiga kalau ada orang yang datang tiba-tiba dan mengatakan sesuatu yang tidak penting seperti itu? Tentu saja ada niat lain dari Ken dari caranya memulai pembicaraan dengan lawan jenis.

"Ah, aku lupa memberitahu temanku untuk datang ke rumahku. Aduh, di mana ponselku? Ah, Nona. Apakah kau bisa membantuku? Sepertinya aku kehilangan ponselku. Aku lupa menaruhnya di mana. Bisakah kau membantuku untuk menghubungi nomorku? Nomorku adalah kosong–"

"Ponsel saya juga ketinggalan di tempat kerjaku, maaf," potong Violete. Lalu ia melanjutkan, "Aku meninggalkannya di meja kerjaku kemarin. Jadi aku juga tidak membawanya sekarang. Maaf, mungkin bisa minta bantuan pada orang lain."

Violete tahu modus pria itu karena ia bukan lagi gadis remaja polos. Ia sudah pernah merasakan hal seperti itu. Dulu ia pernah digoda oleh pria yang menaklukannya.

Teringat dulu saat sedang menunggu bus, ia juga digoda oleh Giovano Hengkesa. Seorang pria yang akhirnya menikahi Viola dan membuat wanita itu melahirkan Rosy. Tentu saja godaan pria tidak akan berhenti ketika mendapat tantangan.

Ken yang merasa caranya tidak mempan lagi, ia segera memikirkan yang lain. Namun sebelum mengatakan sesuatu, Violete terlebih dahulu masuk ke dalam bus tanpa izin. Ia tidak ingin lagi bertemu dengan pria tidak dikenal itu.

Namun usaha Ken tidaklah mudah, membuatnya mengejar wanita itu. Dengan ikut naik bus yang baru pertama kali untuknya. Meski ia sudah sering mengenal banyak wanita, ia tidak pernah melihat seorang wanita seperti Violete.

Wanita yang bersikap acuh dan tidak peduli dengan orang lain. Sulit untuk ditaklukkan dan dikira sok jual mahal. Membuat jiwa Ken tertantang. Setelah masuk ke dalam bus, ia diharuskan berdiri karena tempat duduk terisi sepenuhnya.

"Apakah kau sering naik bus? Aku sudah lama tidak naik bus. Karena mobilku sedang di bengkel, jadi aku terpaksa naik bus juga. Kita barengan saja, yah? Di mana kamu bekerja, Nona Violete? Mungkin kita satu kantor?"

Melihat penampilan Violete, di mana lagi dia bekerja jika bukan di kantor? Tentu saja itu adalah tempat kerja yang umum karena penampilan rapi dan cantik mempesona.

"Oh, mungkin kita satu kantor. Aku mungkin belum tahu, sih. Terima kasih." Hanya itu jawaban dari Violete untuk Ken yang berusaha mengejarnya.

Dalam bus, Ken selalu mengajak Violete untuk berbicara. Namun setelah sekitar lima belas menit, Violete sampai di area perkantoran yang dekat dengan sekolah TK. Pandangan Ken beralih ke sebuah gedung tingkat. Itu adalah sebuah perkantoran sebuah perusahaan besar. Ia mengira bahwa Violete bekerja di sana.

Violete turun dari bus dan diikuti Ken yang juga ikut turun. Setelah membayar biaya bus, mereka turun di depan perkantoran itu. Sebenarnya Violete juga sengaja turun di sana untuk membuat bingung orang yang selalu mengikutinya sedari tadi.

"Kalau begitu, anda duluan masuk. Apakah anda juga bekerja di sini?" tanya Violete sambil memandangi gedung yang menjulang tinggi tersebut.

"Oh, sebenarnya aku ada urusan hari ini. Aku mau mencari makan terlebih dahulu. Apakah kau mau menemaniku mencari makan?" tawar Ken. Karena tidak mungkin masuk ke kantor yang bukan tempat kerjanya. Ia juga harus segera ke tempat kerjanya yang jauh dari sana.

"Saya sudah makan tadi pagi. Kalau begitu, saya duluan saja, selamat tinggal," pamit Violete yang berjalan mendekati lingkungan kantor.

Sementara Ken langsung meninggalkan tempat itu. Tidak mungkin dirinya masuk ke dalam jika tidak bekerja di sana. Meninggalkan tempat itu sejauh mungkin dan berusaha di lain waktu.

Karena pria itu sudah pergi, Violete tidak masuk ke dalam. Karena sudah berada di depan kantor, ia bertemu dengan petugas keamanan. Sengaja ia mendekati orang itu untuk bertanya.

"Permisi Pak, saya mau bertanya. Kalau Taman Kasih Bunda di mana, yah? Saya orang baru dan tidak melihatnya karena supir bus menurunkan saya di sini. Katanya sudah dekat sini."

"Ooh, Taman Kasih Bunda? Kalau mau ke sana, tinggal lurus saja ke depan tiga puluh meter. Itu di sana Taman Kasih Bunda berada. Dekat dari sini, kok."

"Ooh, yang itu? Kalau begitu, terima kasih atas bantuannya, Pak. Saya permisi dulu, sekali lagi terima kasih." Violete pun meninggalkan penjaga itu dan segera berjalan menuju ke tempatnya akan mengajar.

Kebetulan Violete melihat orang yang ada di masa lalunya. Giovano Hengkesa yang membawa mobil mengantar seorang gadis kecil. Tentu saja gadis kecil itu bernama Rosy. Dan ada satu wanita yang keluar dari dalam mobil itu. Dialah orang yang bertanggung jawab atas kecelakaan yang dialami Viona.

Issabell Nathan, seorang wanita cantik yang sejak dulu mengejar Giovani Hengkesa. Saat ini berangkat satu mobil mengantar sekolah Rosy. Tatapan tajam Violete terhadap sosok Issabell yang merupakan artis dan model dewasa. Ia juga membintangi film bergenre dewasa dan seluruh lekuk tubuhnya sudah dipertontonkan ke semua orang yang pernah menonton filmnya.

***

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!