"Huahhh ... rasanya empuk banget. Tinggal sendirian tanpa mengurus ini itu, memang sangat menyenangkan." Violete membaringkan tubuhnya di tempat tidur yang empuk dan nyaman.
Di sebuah kamar apartemen yang diberikan Ricko, Violete tinggal seorang diri. Kali ini tidak ada yang mengganggu aktivitasnya. Kehidupan seorang gadis, memang seharusnya sebebas itu. Tanpa adanya beban rumah tangga dan beban pikiran. Apalagi menghadapi mertua yang selalu menyalahan semuanya. Juga musuh yang terus waspada dan merencanakan sesuatu yang kejam.
Bukan berarti bisa melupakan kehidupan masa lalunya. Tapi setidaknya kehidupan masa mudanya harus dijalani dengan kebahagian. Meskipun kebahagian itu palsu, setidaknya bisa mendapatkannya walau sementara. Setidaknya sebelum maju ke dalam medan perang.
Bak seorang jenderal wanita dari kerajaan masa lalu, memimpin prajurit siap mati demi membela negara. Violete melewati hari-hari berada dalam neraka, ketika berada dalam istana musuh. Saat ini ia dalam gelap dan tidak bisa dilihat musuh. Namun musuh bisa menjadikannya target ketika salah langkah.
"Setidaknya jenderal perang ini harus istirahat sejenak. Barulah memulai rencana balas dendam. Rosy, maafkan ibu yang tidak ada untukmu. Walau ibu merindukanmu, tapi ibu tidak ada di sisimu. Sampai masalah ini selesai, bersabarlah, nak."
Mengingat anak perempuannya yang akan menginjak bangku taman kanak-kanak. Membuat hatinya miris karena tidak bisa menemani sebagai orang tua. Namun bersyukur karena bisa menjadi guru pembimbing untuknya nanti.
"Permisi, Nona Violete. Jasa pesan antar paket." Suara seorang terdengar dari luar. Seorang pria membawa kotak paket untuk diantarkan pada penghuni apartemen.
"Ahhh ... kenapa ini, datang lagi. Padahal mau rebahan sebentar. Jadinya nggak jadi santai-santai dulu. Oke, ini yang terakhir, yah," sungut Violete.
Dengan kesal, Violete membuka pintu dan menerima paket yang ditujukan padanya. Seorang pemuda berusia dua puluhan tahun datang membawa kotak besar dengan troli. Sudah pasti pengirimnya adalah Ricko. Meski baru sampai beberapa jam lalu, langsung diberondong dengan banyak paketan. Yang berisi perlengkapan dan bahan makanan untuk mengisi apartemennya. Meskipun di dalam sudah lengkap.
"Dengan Kak Violete? Ini paket dari pak Ricko. Tolong tanda tangan di sini." Kurir muda itu memberikan secarik kertas dan pena untuk tanda tangan. Sesekali mencuri pandang pada perempuan yang di depannya.
"Oh, ini yang terakhir kalinya, yah. Hehh, ini si Ricko, bisa-bisanya ngirim paket banyak banget hari ini," kesal Violete menerima kertas dan pena. Lalu ia menandatangani kertas di tembok. Lalu memberikannya pada kurir.
"Terima kasih Kak Violete. Kalau begitu saya permisi." Pria kurir itu masih mencuri-curi pandang pada Violete sampai wanita itu menutup pintu kembali.
Hari pertama berada di apartemen membuat Violete bebas. Hari yang sudah dinantikan olehnya sejak beberapa tahun terakhir. Kini akhirnya memiliki kebebasan menjadi seorang wanita single.
"Ah, rasanya bebas begini ... ada waktu untuk bersantai dan berdandan cantik. Harusnya dari dulu aku melakukannya. Dari dulu ke mana saja?" ucap Violete sambil bersantai.
Meski mengatakan hal itu, di dalam hatinya masih ada rasa yang tidak bisa ia sembunyikan. Melihat Rosy, putrinya, ia juga merasa menderita. Hanya dirinya yang selama ini dekat dengan putri kecilnya itu. Hanya dirinya yang menemani gadis kecil itu bermain.
Terbayang wajah manis dan imut sang buah hati, membuat bulir-bulir air mata terus menetes. Ia duduk dan merebahkan tubuhnya di sebuah tempat yang mewah. Ia seorang diri tanpa ada teman yang menemani hidupnya.
Melangkah semakin jauh, semakin membuat derita dan air mata. Namun semua akan teratasi setelah pertemuan nanti. Yah, akan ada waktunya untuk bisa bertemu di tempat yang telah diatur.
Meski dengan status yang berbeda, ini adalah sebuah usaha untuk membalas dendamnya pada seseorang. Tidak. Tidak hanya satu orang yang harus menerima akibat dari rasa sakit yang terus mendera.
"Rosy sayang, mama mungkin tidak bisa memelukmu. Maafkan mama yang pergi darimu. Kamu anak yang kuat, sayang. Mama yakin, kamu bisa menjadi wanita yang hebat suatu hari nanti. Meski kamu tidak bersama mama, akan ku pastikan kamu hidup dengan bahagia."
Violete tidak ingin lama-lama berada dalam situasi menyedihan seperti itu. Ia harus bangkit dan harus memulai hidup seperti yang seharusnya ia lakukan. Ia akan menjadi seorang wanita yang kuat menghadapi kenyataan. Ia akan menjadi seorang guru yang bisa mengajari anak-anak dengan baik dan benar.
Meski tidak mudah melakukannya, ia telah berjanji pada dirinya sendiri akan menjadi lebih kuat.
"Apakah kau sudah menerima semuanya? Maksudku kau sudah menerima dengan kerelaan hatimu yang paling dalam?" Sebuah pesan masuk dari Ricko yang menanyakan pada Violete.
Pria itu menjadi sangat perhatian padanya. Sehingga tidak ada yang dapat dilakukan dengan mudah. Violete masih saja terkungkung oleh pria tampan dan seorang pemilik perusahaan itu.
"Aku sudah tidak apa-apa. Bukankah kau terus mengusik hidupku? Bisakah kau tidak menggangu kegiatanku hari ini? Meski kau yang sudah memfasilitasi aku sepenuhnya, tidaklah tindakanmu berlebihan?"
"Ooh, maafkan aku Violete. Aku hanya merasa kesepian karena kepergianmu. Aku hanya ingin punya teman berbicara. Tapi kelihatannya kamu tidak mau bicara. Aku bersama seorang pria di sampingku, rasanya tidak enak dan membuatku muak."
Violete terkekeh membaca pesan dari Ricko. Memang sekertarisnya adalah seorang pria yang membosankan. Tentu saja akan lebih baik jika Ricko memiliki sekertaris cantik yang menemani setiap waktu. Sehingga tidak harus mencari kesempatan mengusik Violete lebih jauh.
Wanita itu tidak ingin kehidupan pribadinya diusik oleh seorang yang dianggap sebagai keluarga sekalipun. Meski status mereka adalah kakak dan adik, mereka tidaklah sama seperti seorang yang memiliki darah sama.
"Besok aku harus mengajar dan sekarang aku harus belajar untuk mengajari banyak anak-anak besok. Aku harus memikirkan materi apa yang harus aku berikan pada mereka, anak-anak yang lucu nantinya."
"Iya-iya ... yang mau jadi guru TK. Kalau begitu, aku juga mau menjadi murid TK lagi. Biar setiap hari bisa bermain dan menari denganmu, Bu guru Violete," goda Ricko dalam pesannya.
Violete sengaja tidak membalasnya lagi. Ia menaruh ponselnya ke sembarang tempat. Ia mengistirahatkan badannya dengan rileks. Pembicaraan dengan pria itu membuatnya senyum-senyum sendiri.
"Menjadi seorang gadis memang sangat menyenangkan. Apalagi jika memiliki kesempatan hidup ke dua kalinya menjadi seorang gadis cantik dan diperebutkan banyak pria tampan."
Khayalan tingkat tinggi Violete dapat mengalahkan tingginya langit. Namun ia tidak bisa bayangkan nanti, kalau dirinya akan jatuh cinta lagi dengan seorang pemuda lalu menikah. Maka ia harus benar-benar melupakan masa lalunya yang kelam. Namun bayangkan masa lalu harus ia pendam sekuat tenaga. Yang difokuskan hanyalah masalah yang terus menerpa.
"Kita akan memulai ini besok. Ah, sebenarnya apa yang harus aku persiapkan untuk besok, yah? Mungkin aku harus berpikir sebelum bertindak lebih jauh. Materi tidak perlu dipikirkan. Aku sudah biasa mengurus Rosy. Seharusnya ini bukan masalah yang besar."
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments