Mendengar suara keras seseorang, membuat Ricko mendekat ke sumber suara. Ia melihat Violete yang memeluk Rosy di depan pria itu. Dan identitas pria itu sudah dikantongi oleh Ricko. Ia sudah menyelidiki identitas adik pura-puranya.
'Orang ini, bagaimana mungkin adikku menikah dengan pria seperti ini? Lebih bagus sekarang identitasnya jadi adikku. Maka tidak akan aku biarkan kamu merebutnya dariku,' batin Ricko. Menatap jauh ke depan, menghampiri mereka.
Pandangan mata Violete dan Giovano saling bertemu. Dalam kisah percintaan, mereka telah bersama dalam mahligai rumah tangga. Namun itu dulu, sebelum Viola masih di sisi Giovano. Sekarang tidak ada lagi nama Viola yang dulu. Yang ada adalah Violete yang merupakan adik kandung dari Ricko.
"Kenapa anda berteriak dengan anak kecil, hah? Ini di tempat umum, sebaiknya tidak membuat keributan di sini." Begitu Ricko datang dan mencengkram tangan Giovano.
Giovano tidak mengerti karena dari tadi ia terpesona dengan Violete. Jadi ia tidak melihat kedatangan pria di belakangnya. Begitu melihat siapa yang datang padanya, seketika itu langsung berubah.
Dia tahu siapa yang datang padanya. Yah, seorang CEO muda dan terkenal seperti Ricko, siapa yang tidak tahu. Setelah kematian kedua orang tuanya, dirumorkan harta warisan keluarga akan jatuh ke tangan anak angkat dari keluarga itu. Namun seketika berubah ketika adik kandung Ricko ditemukan. Maka dengan mengandalkan seorang gadis, bisa membuat keadaan berubah total.
"Kau-kau ... apa ini benar, Tuan Ricko?" ujar Giovano tergagap, mengulurkan tangan untuk berjabat tangan. Ia. Tidak menyangka, orang besar yang ada di hadapannya. Jika dibandingkan dengannya, maka ia hanya orang kecil.
"Anda mengenal saya? Oh, benar. Saya adalah Ricko. Saya bicara dengan siapa, yah?" sambut Ricko balik. Mengulurkan tangannya dengan ekspresi malas.
"Perkenalkan, nama saya Giovano. Eh, ini adalah putri saya, Rosyana." Giovano menunjuk ke arah gadis lima tahun yang sedang berada dalam pelukan Violete. Ia juga merasakan akrap dengan wanita muda yang memeluk putri kecilnya. Hanya saja ia tidak berani berasumsi. Karena wajah itu, tidak ingat betul pernah bertemu.
"Oh, ini anakmu? Maaf, Pak. Anak sekecil ini, mengapa dibiarkan sendirian? Jika saya menjadi ibu dari anak ini, mungkin saya akan memukul suami saya. Karena anak semanis dan secantik ini, bisa saja diambil orang lain."
Rasa gugup melanda perasan Violete. Pasalnya ia tidak menyangka akan ketahuan oleh pria yang ingin ia hindari. Namun ia tidak ingin terjadi apa-apa pada gadis yang ia rindukan itu. Jika bisa, ia ingin menghabiskan waktu seharian bersama dengan Rosy.
"Tante, senang bertemu dengan Tante. Mau nggak, Tante menemani Rosy?" tanya Rosy dengan penuh harap. Ia merasa dekat dengan wanita yang memeluknya. Walau ia sadari, bukan ibu yang selalu dirindukannya.
Anak sekecil itu terpukul dengan kematian sang ibu. Apalagi melihat pusara masih belum kering. Masih mengingat kasih sayang seorang ibu yang tiba-tiba pergi untuk selamanya. Sebagai seorang anak yang masih dalam usia balita, rasa kehilangan begitu mendalam. Apalagi harus menerima kenyataan pahit, kehilangan sosok yang telah melahirkan dan menemani hidupnya.
Wajah gadis mungil itu terlihat lebih kurus daripada terakhir kali Violete masih menjadi Viola. Bagai tersambar petir melihat keadaan putri kesayangannya mengalami trauma kehilangan. Namun ia tidak bisa menunjukan kasih sayangnya lagi sebagai seorang ibu untuk sang anak. Ia harus tegar menghadapi kenyataan pahit yang memisahkan hubungan antara ibu dan anak.
"Dek, kenapa manggilnya tante, sih? Apa aku sudah setua itu? Aku baru dua puluh lima tahun, lho. Harusnya kamu panggil aku kakak."
Miris ketika Violete merubah cara bicaranya terhadap anak yang pernah ia kandung selama sembilan bulan. Juga yang sudah ia beri kasih sayang, memberi asi selama satu tahun lebih. Menyuapi dan juga mengganti popok saat masih bayi.
Kenangan itu tidak pernah hilang dalam ingatan Viola. Tidak, namanya bukan lagi Viola karena nama itu sudah mati dan tidak pernah mengenal siapa itu Viola. Yang ada hanyalah Violete yang masih muda dan seorang gadis yang manja terhadap kakak kandungnya, Ricko.
"Kak, aku mau beli baju di sana! Ayo kita pergi ke sana! Ayolah, Kakakku yang paling tampan, hehehe," kekeh Violete. Ia berusaha menutupi sifat keibuannya dan berubah menjadi gadis yang manja.
Peran baru sebagai seorang gadis berusia dua puluh lima tahun, membuatnya merasa aneh dan tidak seperti dirinya. Ia juga menyesal karena tidak mengaku saja, jika ia adalah wanita yang telah melahirkan gadis kecil di sampingnya.
"Apa yang kamu mau, hemm? Sadar diri, lah. Sudah umur segini masih saja manja-manja terus sama kakakmu yang tampan ini. Bagaimana nanti kamu punya pacar, kalau masih seperti anak kecil?" Ricko menanggapi dengan canggung. Meski ia sangat takjub dengan bakat yang dimiliki adik perempuannya itu.
"Wah, maaf karena sudah mengganggu. Rosy baru saja kehilangan mamanya. Mungkin bertemu denganmu, mengingatkanmu dengan mamanya yang sudah meninggal. Ayo, Rosy. Kakak itu mau berbelanja. Kamu sama papa, yah."
"Anda bilang dia seperti mamanya? Maaf, Pak. Adik saya masih seorang gadis yang belum menikah. Mana mungkin dia seperti mamanya anak ini? Lagipula jika anda bilang dia mamanya, secara tidak langsung, anda menganggap adik saya sebagai istrimu, 'kan?"
Ricko menunjukan kemarahannya dengan kata-kata menekan dan mengintimidasi. Pandangan matanya begitu tajam, mengecam pria yang ia ketahui sebagai masa lalu Violete.
"Maaf, maafkan saya. Saya tidak berani." Rasa gugup menyelimuti perasaan Giovano. Dia memang bersalah karena tidak seharusnya ia tidak berkata yang tak seharusnya ia katakan.
Kenyataan pahit harus diterima, baik oleh Rosy, Giovano maupun oleh Violete. Mereka adalah sebuah keluarga di masa lalu yang tidak lagi bisa bersama. Ketika Ricko memeluk pinggang Violete dan meninggalkan ayah dan anak itu, membuat jarak di antara ibu dan anak, suami dan istri itu berjarak semakin jauh.
Karena ditinggal oleh Violete, Rosy menangis dengan keras. Giovano juga merasa panik karena dia juga terbawa suasana yang canggung, melihat Violete. Ia juga merasa tidak bisa menerima ada pria yang memeluk wanita yang baru pertama kali ditemuinya. Namun ia harus menerima kenyataan pahit yang terus saja membuatnya mengingat sosok wanita yang sudah mati.
'Tidak mungkin, seorang yang sudah mati hidup kembali menjadi seorang gadis. Apalagi menjadi seorang yang tidak dikenal sebelumnya. Ah, mengapa dengan diri ini? Mengapa malah membayangkan gadis itu sebagai istriku? Apa aku terlalu merindukannya? Viola, mengapa kamu pergi begitu saja? Apakah kamu tahu, aku belum siap kehilanganmu. Rosy juga tidak mau kamu pergi,' batin Giovano.
Rosy yang menangis dipeluk dengan erat oleh Giovano. Gadis itu terus saja membuat suasana menjadi lebih menegangkan. Di pusat berbelanjaan itu mereka menjadi pusat perhatian karena suara tangisan gadis kecil yang saat ini berada dalam gendongan Giovano.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments