Wajah Kepalsuan

Wajah Kepalsuan

Kecelakaan

Seorang wanita dua puluh delapan tahun tengah menyetir mobilnya dengan kecepatan tinggi. Tiba-tiba dari arah depan terlihat sebuah truk besar berkecepatan tinggi. Tidak sempat menghindari tabrakan karena mengalami rem blong.

Kecelakaan itu membuat Viola Maurent kehilangan kesadaran. Pandangan menjadi gelap dan darah bercucuran di sekujur tubuhnya. Karena kepalanya terantuk stir mobil dan tubuhnya terhimpit dasbor yang rusak. Begitu juga dengan wajahnya yang terkena serpihan kaca.

Pengemudi truk tidak bisa menghentikan laju kendaraannya. Khawatir jika ada yang melihatnya menabrak mobil yang berada di jalur yang benar. Sementara dirinya melawan arus, sehingga mau bagaimanapun juga ia bersalah.

"Gawat! Semoga saja selamat. Tapi aku tidak mau mengambil resiko. Saat ini kabur menjadi prioritas utama." Pria berbadan besar sopir truk pun merasa bersalah tapi tidak ingin bertanggung jawab.

Pria itu tidak habis pikir, seharusnya mobil itu bisa melambat saat ada kendaraan dari arah lain mendekat. Namun malah semakin cepat dan membuat sopir truk tidak bisa menghindar dari kecelakaan. Pada dasarnya ia yang paling banyak bersalah dalam kecelakaan tersebut. Kepala truk juga mengalami kerusakan di bagian lampu. Sementara mobil yang dikendarai Viola terseret beberapa meter ke belakang, setelah tertabrak truk.

Suara keras kecelakaan di jalan sepi, jarang ada orang lewat. Namun suaranya terdengar keras hingga ratusan meter. Saat itu ada warga yang melihat dan segera berlari menuju mobil yang di dalamnya terdapat seorang wanita yang sudah mengalami pendarahan di sekujur tubuhnya.

"Ayo cepat! Kita bawa ke rumah sakit!" Seorang pria muda tampan menggendong tubuh wanita bercucuran darah itu ke mobilnya.

***

"Gawat! Pasien ini kehilangan banyak darah! Bagaimana ini, Dok? Kita sudah kehilangan stoknya di rumah sakit ini," ungkap seorang perawat muda yang tengah memeriksa persediaan kantung darah. Dirinya sudah berusaha mencari namun memang sudah tidak ada lagi darah yang diperlukan untuk sang pasien.

"Tidak bisa! Sebagai seorang dokter, saya harus menolong nyawanya, Suster. Apakah di rumah sakit ini tidak ada golongan darah yang sama? Kamu atau suster lainnya? Kalau tidak, ambil darahku saja." Dokter pria berinisiatif untuk menyumbangkan darahnya. Ini karena jalannya sudah buntu. Kebetulan golongan darahnya sama dengan pasiennya.

"Tidak bisa, Dok. Anda tidak bisa menyumbangkan darah hari ini. Karena pasien anda masih menunggu. Bagaimana nanti bisa memeriksa pasien lain?" Perawat itu pun tidak bisa membiarkan dokter tampan itu menyumbangkan darah untuk wanita yang sedang kritis itu.

Keduanya mendesah pelan. Sementara di ruangan lain, masih banyak pasien yang membutuhkan pertolongan. Tanpa peduli apa, dokter itu pun mengambil selang infus dan jarum. Walau tidak diperbolehkan mendonorkan darahnya oleh perawat, pendirian sang dokter tidak bisa dirubah.

Wajah wanita itu dipenuhi dengan luka sayatan. Karena darah terus keluar, membuat dokter memperban hampir seluruh tubuh pasien itu. Itu sudah seperti mumi yang tertutup kain putih. Jika bukan karena takdir yang beruntung, siapapun pasti sulit untuk hidup. Memiliki luka seperti itu, masih hidup pun sudah sangat beruntung.

"Kenapa anda melakukannya, Dok? Kita tidak banyak dokter yang bertugas. Banyak korban bencana alam yang juga butuh bantuan dan mungkin saja masih membutuhkan transfusi darah. Mungkin saja sama seperti wanita itu."

"Anggap saja ini yang terakhir kalinya, Sus. kita tidak bisa membiarkan dia kehilangan nyawanya. Kamu tolong saya, Sus. Kita tidak punya banyak waktu lagi."

"Baiklah, Dok." Perawat hanya bisa menuruti kemauan sang dokter. Segera ia menyiapkan alat yang diperlukan.

***

"Ah, di mana ini?" Dengan lirih, Viola berkata sambil melihat ke sekeliling. Ia mengingat kecelakaan yang membuatnya kehilangan kesadaran. Di ruangan yang serba putih dengan bau obat-obatan dan peralatan rumah sakit terpasang di badannya.

Baru Viola sadari, dirinya berada di ruangan rumah sakit. Tidak ada keluarga yang datang, tidak ada yang menjenguknya setelah kecelakaan terjadi. Ia mengingat keluarganya. Suami dan putrinya yang baru berusia empat tahun lebih. Seharusnya ia sudah mati saja karena keluarganya telah hancur. Mengingat kenangan buruk bersama keluarga suaminya yang tidak menerimanya sebagai keluarga.

Harapannya hanyalah kematian karena sudah tidak ada lagi tempat untuknya kembali. Sebelumnya ia melihat suaminya selingkuh dengan wanita lain, tidur dengan wanita itu tanpa sehelai pakaian menutupi.

"Tidak ... kenapa aku tidak mati saja, hehh? Hidupku hancur sudah ... tidak ada gunanya hidup." Viola menutup matanya, membiarkan air matanya keluar merembes pada kain yang menutupi wajahnya.

Mengingat kejadian malam sebelum kecelakaan, dirinya tidak lagi memiliki kesempatan untuk kembali. Satu-satunya yang paling ia khawatirkan adalah putrinya yang masih balita. Bagaimana jadinya jika tidak bersamanya? Mungkin saat ini pelakor dan suaminya telah bersenang-senang. Memikirkan itu, semakin membuat hatinya hancur.

Perlahan ia menggerakkan tangannya yang diperban. Ia menyentuh wajahnya yang tertutupi kain. Seakan seluruh tubuhnya dipenuhi dengan perban layaknya mumi. Beberapa saat setelahnya, datang seorang pria dengan berpakaian putih.

"Anda sudah sadar, Nona? Untunglah anda sudah sadar dari koma panjang. Maafkan kami karena tidak bisa menghubungi keluarga anda. Untuk sementara, anda tidak perlu khawatir tentang semuanya." Pria itu memeriksa Viola dengan perlahan.

"Jadi ... siapa yang membawaku ke sini, Dok? Apakah suami dan anak saya tidak datang?" Viola melihat dokter muda itu dengan tatapan sayu.

"Tidak. Maafkan kami yang tidak bisa menemukan identitas nona. Pihak kepolisian juga sudah memeriksa semuanya. Hanya saja mobil itu sudah hancur dan tidak lagi memiliki plat kendaraan. Sementara di tas anda tidak ada informasi apapun."

Kejadian itu tidaklah masuk akal. Bagaimana mungkin mobilnya tidak memiliki plat nomor? Bagaimana juga ia tidak membawa kartu identitas dan yang lainnya? Padahal ia selalu membawa tasnya bersamanya. Ini seperti sudah direncanakan sebelumnya. Juga dengan mobil yang mengalami rem blong. Padahal sebelumnya masih baik-baik saja, sebelum masuk ke hotel di mana perselingkuhan suaminya dengan seorang wanita.

"Berapa lama saya koma, Dok? Juga bagaimana dengan biaya rumah sakit?" tanya Viola penasaran. Tidak mungkin biaya rumah sakit ditanggung orang lain ketika tidak ada keluarga yang membiayai perawatan. Jika pun ada, itu mustahil kalau tidak dikenal.

"Anda tenang saja kalau masalah biaya rumah sakit. Ada seorang pria yang telah menanggung semuanya. Ah, mungkin sebentar lagi datang. Dia biasanya datang pada saat-saat seperti ini."

"Siapakah dermawan yang telah menyelamatkanku? Saya pasti akan melunasi semua biaya yang dikeluarkan. Tidak perlu mencari keluargaku, Dok. Saya memiliki uang untuk membiayai pengobatanku sendiri. Tapi untuk saat ini, saya perlu bantuan dokter?"

"Saya Gerald. Panggil saja dokter Gerald. Anda sudah dua minggu tidak sadarkan diri." Pria itu memperkenalkan diri tanpa diminta.

Gerald tidak mengerti mengapa informasi tentang wanita yang dirawatnya tidak ada sama sekali. Ia menyimpulkan ini kecelakaan berencana dan untuk membuat wanita itu aman, maka ia akan membantunya menyembunyikan identitasnya.

***

Terpopuler

Comments

Nagisa

Nagisa

yg baca sedikit tp author semangat nulis

ok ak akan bca semuanya ....
tulisan nya bagus mudah di pahami ya

2023-01-26

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!